1

18 1 4
                                    

-SORRY-

Aku tahu aku lemah jika menyangkut dia, sejak dulu memang selalu sama, terus menerus terulang kembali. Namun mengapa diri ini tak jera juga, entahlah. Aku menghea nafas untuk kesekian kalinya. Teringat pertemuannku degannya di kantin tadi,

"Raka,," orang di depanku menoleh, berdampingan dengan seorang gadis cantik
Ah kalau tidak salah namanya rose, memang cantik, anggun dan pastinya berasal dari keluarga berada. Berbeda sekali bila dibandingkan denganku.

"oh hai wi, kamu ngapain disini? Kenalin ini pacar baru aku rose namanya." Sambil mengelus pelan kepala rose , raka tersenyum kepadaku

Aku yang tak enak dengan raka Lagsung saja kujulurkan tanganku
"halo, aku dewi " sambil ku julurkan tanganku kearah nya namun tak kunjung juga ia sambut. Mungkin dia tidak mau tangannya kotor . Melihat itu aku langsung tergagap dan menyusupkan tangan kedalam saku jaketku kembali.

"dia siapa sih beb,, kucel gitu bau lagi ihh" sambil melirik sinis ke arahku

Aku tak peduli apa perkataannya, aku hanya menunduk dalam diam sambil terus menghilangkan sesak dalam dada.

Kalian pasti bertanya-tanya siapa raka dalam hidupku. Raka adalah pacarku. Anggap saja aku bodoh mau saja berpacaran dengan orang yang jelas-jelas tidak pernah menganggap dirimu ada. Namun hanya raka lah yang peduli terhadapku, mungkin memang aku sudah cinta buta kepadanya namun sekali lagi aku tidak peduli, selagi itu membuat raka bahagia.

Kuhela napas perlahan lalu kuangkat kepala tersenyum kearah dua sejoli yang sedang dimabuk kasmaran ini

"kalo gitu aku balik ke kelas dulu raka," aku pun membalikkan badannku.
Jangan pernah berharap raka akan memanggilku sekedar mencegah sungguh itu hal yang mustahil.

Dan lagi, aku hanya tersenyum miris di kursi taman kampus ini, aku memang selalu sendirian tanpa ada teman yang mewarnai hari-hariku. Aku hanya berharap saat aku sudah lelah untuk bertahan kamu akan selalu bahagia entah dengan siapa.

.
Kelasku berakhir pukul 4 sore, langsung saja aku bereskan semua buku lalu berhalan menuju halte tampat bis yang akan menjemput. Di tempat yang sama tepat didepanku tampak mobil raka berjalan, masih besama gadis yang sama, sebelum menutup jendela aku dapat melihat raka tersenyum kecil untukku.
Hanya senyuman kecil namun efeknya luar biasa, dadaku begitu hangat. Aku terus melihat kearahnya hingga tak tersadar bis telah melewati halte.
Ah sial sekali, namu aku tak menyesal. Aku sangat bahagia sekarang. Tak henti-hentinya bibir ini tersenyum. Ku putuskan akan berjalan kaki saja menuju kontrakan.
.

Di tengah perjalanan aku melihat seekor kucing yang amat lucu, ia terlihat kebingungan diantara mobil-mobil yang berjalan. Ku tengok ke kanan dan kiri setelah lumayan sepi aku langung menyebrang hendak mengambil kucing tersebut, dan benar saja bulu nya sangat halus . namun sepertinya aku lupa tempat sekarang. Ketika hendak berdiri sebuah truk sedang melaju kencang hingga tak sempat aku menghindar tubuhku sudah terpental jauh ke depan.

Brakk...

Awalnya aku tak merasakan apa- apa sampai kemudian suara bising menyadarkanku.
Tubuhku sangat sakit, terlebih kepalaku, pandangan sudah mulai mengabur. Ditengah rasa sakit yang menjera ini, raka terus menatapku lalu tersenyum, Mungkin aku sedang bermimpi entahlah sampai rasanya aku tak mau berpaling hingga akhirnya akupun menutup kepalaku dengan tenang.
.

Raka POV

Entah mengapa aku terus gelisah, teringat senyuman dewi yang entah mengapa terasa berbeda. Senyumannya sangat tulus. Aku tau aku bodoh aku salah selalu mempermainkan dewi. Aku terus mengulanginya karena aku tahu dewi akan terus memaafkannku. Aku bertemu dewi setahun lalu tepatnya di gudang belakang yang sudah tidak terawat. Aku yang memang tak sengaja lewat melihat seorang gadis tengah terduduk dengan pakaian yang sudah kotor, mungkin korban bullying pikirku.
Aku yang tak tega lantas menghampirinya lalu memberi sapu tangan untuk membersihkan wajahnya. Dia yang tak kunjung menyambut uluranku, akhirnya aku berinisiatif membersihkan mukanya. Dia masih diam membisu lalu dapat ku dengar dengan suara kecilnya

"terima kasih"
lalu menunduk lagi Mungkin dia pemalu. Ku perhatikan wajahnya cukup manis andai saja ia mau merawat wajahnya mungkin sekarang ia sudah menjadi idola.

Itu adalah awal kami bertemu hingga lama kelamaan kami pun cukup dekat namun hanya sekedaranya saja.
Hari minggu aku sudah berjanji akan mengajaknya ke taman. Aku yang iseng menembaknya tapi ternyata ia terima. Karena sudah terlanjur akupun mengajukan syarat bahwa tidak boleh ada yang mengetahui tentang hubungan ini, aku pun yang memang lelaki bebas tidak suka dilarang. Egois memang, namun sekarang aku baru menyadarinya, sungguh menyesakkan dada, kenapa aku begitu tega padanya. Ku sadari perasaan yang awalnya kasihan kini sudah berubah sepenuhnya sungguh aku mencintainya.

Langsung kuhentikan mobilku lalu kuusir rose keluar awalnya ia marah namun aku tak peduli..

Entah darimana datangnya perasaan yang menggebu-gebu ini,aku sudah tidak sabar bertemu dewi. Namun ditengah perjalanan macet. Paling kecelakaan pikirku lagi. Hinga tak sadar aku melihat mobil jenazah yang melintas. Perasaanku semakin tak enak. Sampai di halte ternyata dewi sudah tidak mungkin sudah naik bis.

Akupun melanjutkan perjalannanku ke kontrakan dewi. Ia memang mengontrak sendiri katanya ingin mandiri. Setelah sampai aku turun dan melihat kontarakan dewi ramai lengkap dengan bendera kuning yang melengkung.

Tidak,,,aku tidak akan percaya apa yang kulihat,

Dengan langkah terseok seok dapat kulihat orang tua dewi yang menangis. Dadaku sangat sesak bahkan hanya untuk bernafas.

Tuhan tolong katakan semua ini mimpi,, aku tidak akan sanggup kehilangan dewi. Aku benar benar mencintainya namun sangat sangat terlambat.
Aku menyesal wi...
Maafkan aku,.
Maaf..

sorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang