langit malam.

667 51 1
                                    

“Sayang kamu ngapain tu hm?” Soobin melonggarkan dasinya, meletakkan tas kerjanya di atas kasur mereka. “Kok main diluar? Nanti masuk angin kan susah sayang.” Soobin berjalan ke arah Kamal yang sedang berdiam diri memandang langit di luar balkoni.

“Oh mas udah pulang?” Kamal lantas berdiri. “Mau aku buatin minuman?” Soobin menggeleng perlahan. “ Gak usah, mas dah makan di kantor tadi.” Soobin menarik kerusi di sebelah Kamal dan melabuhkan pantatnya. “Kok telat pulang sih? Capek tau nungguin.” Kamal memuncungkan bibir semerah cerinya, menciptakan sebuah kekehan perlahan dari Soobin.

“Maaf sayang, tadi kerja lembur. Banyak banget proyek-proyek yang belum disiapin. Makanya agak telat pulang. Jangan ngambek ok?” Soobin mengelus pelan kepala Kamal— menyisir poni rambutnya ke belakang telinga. Soobin pikir, rambut Kamal agak sedikit memanjang. Mungkin harus dipotong, atau dibiar saja? Toh Kamal lebih cantik kalau berambut panjang, benak Soobin.

Kamal tidak berniat untuk melanjutkan bicara— maka dia hanya memandang semula ke arah langit malam, memerhati bintang-bintang indah yang bergemerlapan. “Cantik banget. Andai aku bisa miliki...” Kamal bergumam perlahan— matanya langsung tidak bisa lepas dari langit malam yang begitu indah dihiasi bintang-bintang itu.

“Apa yang cantik?”

“Bintang tuh.” Kata Kamal sambil menuding jari ke arah angkasa.

“Ada yang lebih cantik kok, dan aku beruntung banget dapat memilikinya.” Soobin tersenyum sumringah.

“Apanya?”

“Kamu, sayang.” Kamal menoleh dan memiringkan kepalanya, menatap Soobin heran. “Aku? Mana mungkin aku lebih cantik dari bintang.” Soobin tersenyum lembut— dia meraih tangan lentik Kamal dan menggenggamnya hangat.

“Sudah tentu kamu bintang yang paling indah bagiku. Semenjak kamu wujud dalam hidupku— semuanya terasa seperti mimpi. Aku gak bisa percaya ada orang sesempurna kayak kamu. Aku jatuh cinta pandang pertama— dan setelah mengenalimu lebih dalam, aku jatuh cinta berkali-kali. Personalitasmu tak pernah gagal membuatku kagum. Sampai suatu saat aku berpikir— apa aku sedang bersama dengan seorang malaikat? Kamu tau, kamu sangat indah. Mata unik ini, hidung mancung ini, bibir semerah ceri ini, pipi berisi ini— semuanya terpahat dengan sempurna bagiku. Kamu bagai ciptaan terindah yang Tuhan pernah berikan padaku.” Soobin menatap lekat netra hazel Kamal— baginya mata indah itu seperti terisi seribu bintang bersinar di dalamnya. Soobin tak akan pernah bosan menenggelami dirinya dan hanyut dibawa netra indah Kamal.

Sudut bibir Kamal terangkat perlahan— matanya mula berair, dia merasa benar-benar dihargai oleh Soobin. Soobin amat menyayanginya— dia seperti rela membiar dirinya terbakar hanya untuk menghangatkan Kamal dikala badai angin mendatang.

Kamal menghamburkan dirinya ke pelukan Soobin, melingkarkan tangannya di leher Soobin dan bergumam— yang pastinya didengari oleh Soobin.

“Aku mencintaimu, sangat. Tak ada kata-kata yang bisa menjelaskan perasaanku terhadap kamu. Bahkan jika aku diberi berlian, aku tetap akan memilihmu karna kamu itu tiada gantinya.” Soobin menghela nafas lega, memeluk pinggang ramping Kamal erat dan mencium pucuk kepalanya lembut.

Untuk kali ini, biarlah mereka tenggelam dalam euforia masing-masing— dalam sebuah pelukan hangat di bawah indahnya langit malam.









































lmaooo cringe, ya? aduh aku ga bisa nulis kata ii puitis nih. mau berasap otak aku mikirnya. ya udah, dibaca aja. abaikan kata ii puitis anehku. mohon saran ya.

— 5 June, 2020.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

sookai oneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang