Epilogue

7 2 0
                                    

-No Longer-

Pagi harinya, Haidar dan Joko sudah berada dikoridor ruang lab pemeriksaan. Mereka menunggu hasil dari laporan obat tersebut.

"Semoga aja hasilnya bisa bikin semuanya membaik ya, bos," ujar Joko pada Haidar.

Pintu ruangan terbuka, menampakkan sosok Dokter Angga dengan membawa sebuah amplop putih ditangannya. Haidar yakin pasti itu laporannya.

"Bagaimana hasilnya, Dok?" tanya Haidar.

"Obat ini memang sangat berbahaya. Obat ini bisa membuat siapapun yang meminumnya menjadi tak terkendali, ini mengandung unsur halusinasi yang tak wajar, yang membuat seseorang hilang akal," jelas Dokter Angga sambil memberi amplop putih pada Haidar.

Haidar dan Joko yang mendengar itu ikut terkejut. Pernyataan apa ini sebenarnya? Bagaimana bisa seorang Ibu menyakiti putrinya sendiri.

"Benar dugaan gue, bos," sahut Joko sambil menepuk bahu Haidar.

"Apakah obat ini sudah ada yang mengonsumsinya?" tanya Dokter Angga.

"Ada, Dok. Ada seorang Ibu yang memberikan obat ini kepada anaknya yang sedang dirawat di rumah sakit jiwa," jawab Joko. Haidar masih diam tak bergeming.

"Saya kira sepertinya anak itu sudah diberikan dosis tinggi oleh Ibunya. Apakah anak itu sering mengalami hal-hal yang aneh?" ujar Dokter Angga.

"Selama saya merawat dan menjaganya, saya melihat dia sudah tak terkendali selepas Ibunya menjenguk," jawab Joko.

"Saya sudah dipanggil untuk mengontrol pasien lain, saya permisi," pamit Dokter Angga lalu pergi.

"Bos, lo baik-baik aja kan?" tanya Joko ketika melihat Haidar diam saja.

"Telepon polisi sekarang juga," suruh Haidar. Lalu Joko hanya mengangguk.

Ponsel Haidar berdering, ia melihat layar ponselnya siapa yang meneleponnya. Nomor asing yang ia dapatkan, lalu Haidar mengangkat telepon tersebut.

"Halo pak, saya sudah melihat ada seorang Ibu masuk ke dalam ruangan 24B."

"Bagus. Waktunya yang tepat, terima kasih sudah mengabari saya."

Haidar langsung menutup telepon itu. Lalu Joko kembali menghampiri Haidar, mengikuti langkahnya keluar.

"Kita akan berjalan bersama mobil polisi. Ini waktu yang tepat, Jok," seru Haidar sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Bagus. Gua harap Ibunya masih ada diruangan Netta," jawab Joko.

"Gua udah suruh para petugas buat mencari alasan agar ia tak segera pulang. Setidaknya kita harus tepat waktu disana," ujar Haidar.

"Pak, mohon sirine mobilnya agar tidak dinyalakan supaya wanita tua itu tidak tahu ada polisi yang datang," teriak Haidar pada salah satu mobil polisi yang ia dekati.

-No Longer-

Haidar dan Joko berjalan ke arah ruangan 24B bersama para polisi. Mereka mengketat penjagaan rumah sakit.

Haidar membuka pintu ruangannya sendiri, ia masuk membuat wanita paruh baya itu terkejut.

"Mengapa raut wajah anda tegang sekali? Saya berada disini untuk mengecek kondisi Netta saja, apakah dia baik-baik saja?" seru Haidar mendekat ke arahnya. Sedangkan, Netta hanya menatap Haidar.

"Iya tentu dia baik-baik saja. Saya kan Ibunya, pasti saya jaga dia baik-baik disini," jawab Maya.

"Bolehkah saya melihat apa yang sedang anda pegang ditangan anda?" tanya Haidar menatap tangan kanannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 06, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

No Longer #SFM✔Where stories live. Discover now