Chapter 1
Makan Sebelum MigrasiAku adalah Abinaya, seorang yang katanya terlihat Polos, konyol, atau mungkin bodoh, namun aku merasa diriku terkadang juga pintar. Aku bisa menjadi pemalu dan juga bisa menjadi orang yang memalukan dalam waktu yang berdekatan. Kamu bertanya, seberapa pemalu dan memalukannya aku? Pernah suatu waktu aku tidak makan selama 2 hari. Hal ini terjadi pada saat aku menginap di kontrakan saudara jauhku, sampai aku sendiri tidak tau dia saudara dari mana, kata ibuku namanya Alvin, setingkat diatas ku. Saat itu, aku akan melakukan Ujian masuk perguruan tinggi negeri.
“Aduh… Laper, seharusnya makan dulu sebelum kesini” kataku dengan nada yang rendah.
Tidak lama kemudian, terdengar suara yang memanggil namaku dari luar kamar.
“Bin… Makan yuk, sekalian mau ngopi, entar lagi berangkat” Panggil Alvin.
“Ah… enggak kak, masih kenyang barusan aku makan sebelum kesini”
“Oh yaudah, kalau butuh sesuatu bilang ya?”
“Iya kak (dengan senyum)” Alvin kemudian berlalu.
Sebenarnya kemarin sore terakhir kali aku makan, dan sekarang sudah pukul 2 sore. Aku terlalu keki untuk mengiyakan ajakannya, namun di hari pertama ini aku masih dapat menahan lapar.
Keesokan harinya, aku bersiap untuk melakukan tes masuk perguruan tinggi. Dengan diantar Alvin ke tempat tes menggunakan motornya. Perjalanannya tidak terlalu jauh, mungkin hanya berjarak sekitar 1 sampai 2 km dari kontrakan Alvin.
“Kamu tempat tesnya dimana?” Tanya Alvin.
“Aku daftar di UN (Disamarkan) kak, jurusan teknik” Sahutku dengan ragu, karena suaranya samar-samar dari atas motor.
“Oalah tempat tesnya di UD (Disamarkan), daftar di UD (Disamarkan) juga, ambil apa?”
“Hahaha… Iya kak”
“Oalah gitu, kira-kira entar pulangnya jam berapa biar nanti aku jemput”
“hahaha… iya kak”
“Oalah, iya udah entar chat atau telepon aja kalo udah selesai”
“hahaha… iya kak” Jawabku.
“Tadi Alvin nanya apa aja sih? Kira-kira jawabanku bener gak ya? Kayanya bener deh” gumam ku di dalam hati dengan penuh tanda tanya.
Sepanjang perjalanan kami tidak banyak melakukan basa-basi dan banyak diam hingga ke tempat tujuan.
Setelah Alvin mengantarku ke tempat ujian, aku langsung bergegas menuju ruangan tempat berlangsungnya ujian. Untungnya, kemarin sebelum ke kontrakan Alvin, aku lebih dahulu mengecek ruangan ujian. Jadi sekarang aku bisa duduk santai sambil menunggu ujian di mulai. Sepanjang menunggu dimulainya ujian, banyak Mahasiswa yang berjualan makanan hingga minuman di area kampus UD.
“Wah… Syukur ada yang jualan makanan, beli ah” Kataku yang belum makan sejak kemarin.
“Tapi gimana cara ngebelinya?” Sambungku. Jujur, aku tidak pernah makan di luar rumah sebelumnya, kecuali jika aku keluar bersama ayahku, sehingga ini menjadi hal baru untukku. Terlihat tidak nyata, tapi aku sungguh mengalami hal ini. Satu jam aku Menyusun strategi untuk membeli, sayangnya aku tidak jadi membeli dikarenkan ujian akan segara di mulai.
“Kringg…” Suara bel berbunyi, pertanda ujian akan segera di mulai. Peserta ujian bergegas masuk ke ruang ujian. Akupun bergegas masuk dengan keadaan kecewa.
“Seharusnya aku beli aja gak usah banyak mikir” kataku di dalam hati.
Tidak lama kemudian, pengawas masuk ke ruang ujian membawa soal ujian yang masih tersegel.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPASITAS IKAN MIGRASI
Teen FictionKisah perjalanan menemukan kehidupan, melalui berbagai kejadian yang unik, menarik, atau bahkan aneh yang di lalui oleh seorang pria bernama Abinaya.