Sesaat setelah hujan reda. Aku melihatmu berdiri menggenggam payung di seberang jalan, melambai ke arahku yang berdiri di depan warung bakso favorit kita. Kamu tersenyum padaku. Senyummu hangat. Hangatnya mengalahkan gigil yang memeluk ku malam ini. Aku mengingat semua kenangan yang terjadi di tempat ini. Aku menyatakan cintaku di sini, kita berpacaran di sini, kita bertengkar di sini dan banyak hal lagi yang kita lakukan di sini.Beberapa saat kemudian, kamu berdiri tepat di depanku. Kamu bertanya, apakah aku sudah lama menunggu, seakan tak peduli dengan keadaan pakaian dan tubuh mu yang basah. Basah yang kau alami membuat payungmu nampak tak berguna. Rasanya, aku sudah keterlaluan karena telah membuat seorang wanita basah kuyup malam-malam begini. Aku tak menjawab pertanyaan mu."Kenapa kamu menerobos hujan?" ucapku sedikit meninggikan suara. Lagi-lagi kamu tersenyum. Katamu, kalau tidak begini, kamu tidak akan tepat waktu untuk menemui ku. Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan ku. 19:30. Kamu bahkan lebih cepat setengah jam dari janji kita.
Aku menatapmu. Tak ada cinta yang terasa . Entah sejak kapan dia hilang. Yang ku tahu, aku bukan pria yang baik untukmu. Kamu menerobos hujan demi memenuhi ajakanku. Tanpa kau tahu, aku mengajakmu bertemu untuk memutus ikatan kita. Ikatan yang selama ini menghubungkan aku dan kamu. Hubungan yang entah sejak kapan mulai hambar rasanya.
Ku rasakan tanganmu yang dingin menggenggam tanganku. Aku menatap matamu. "Ada apa?", tanyamu lembut. Aku menggelengkan kepala lalu melepas genggamanmu. Lisa, aku ingin bicara sesuatu, ucapku parau. Udara dingin membuat suara ku sedikit serak. Tersenyum. Kamu tersenyum untuk ketiga kalinya malam ini. Rona wajahmu membuat suaraku tertahan. Padahal sedari tadi, aku sudah merangkai kata-kata yang ku yakini tak akan menyakiti hatimu. Meski aku sadar bahwa, tidaklah mungkin ada hati yang tidak tersakiti bila diputuskan secara sepihak.
Kamu tidaklah salah. Hanya saja, aku adalah pria yang tidak baik untukmu. Aku ingin memutuskan ikatan ini bukan karena kesalahanmu. Bukan juga karena kamu yang berhianat. Hatiku terlalu bosan dengan hubungan yang terlalu lama ini. Kepribadian ku sangat buruk. Sangat buruk untuk mendapatkan cinta tulus dari wanita cantik sepertimu. Kamu layak mendapatkan yang lebih baik dariku. Seorang pria yang pantas menerima semua cinta dan kebaikan darimu. Dan itu bukan aku. Aku tidak mau jika nantinya, hatimu tersakiti jika aku memacari wanita lain di belakang kamu.
Tiba-tiba kamu memelukku. Pakainku basah karena pelukanmu. "Ada apa?" ucapmu parau. lebih parau dariku. Ku rasakan tubuhmu menggigil karena dingin yang merasuki tubuhmu. Aku merasa bersalah sekarang. Sedari tadi aku tidak menyadari, bahwa dirimu tengah di selimuti kedinginan. Aku terlalu sibuk bermonolog dalam batinku. Aku hanya memikirkan diriku sendiri. Sekarang aku sadar. Barangkali, aku yang terlalu egois. Aku beralasan takut menyakitimu, padahal aku hanya ingin menemukan kebahagiaan ku sendiri. Tentu saja dengan mengorbankan perasaan mu.
"Aku harap kamu tidak pernah berpikir untuk meninggalkanku." ucapmu tanpa melepas pelukanmu. Aku tertegun sendiri. Kini suaraku benar-benar tertahan. Dadaku sesak. Seluruh sendi dalam tubuhku kaku. Ucapanmu barusan benar-benar menusuk dadaku. Merobek relung hatiku. Seakan-akan kamu telah mengetahui, alasanku memintamu datang kemari. Kamu seperti telah menyadari, bahwa selama ini aku tak lagi mencintai kamu.
Apakah benar, ini yang aku inginkan?Aku bertanya pada diriku sendiri. Apakah aku benar-benar ingin menyia-nyiakan kamu? 3 tahun hubungan kita, apakah harus aku akhiri sekarang?
Aku pernah dengar bahwa, cinta sejati hanya datang sekali seumur hidup. Lalu apakah kamu adalah cinta sejati ku?Sekejap telintas dalam benakku semua kebaikanmu. Ketulusan cintamu. Perhatianmu. Apakah aku benar-benar ingin kehilangan itu semua? Aku membalas pelukanmu. Apakah selama ini, kamu bahagia bersamaku?tanyaku. Kamu mengangguk pelan. "Kalau begitu, izinkan aku membahagiakan kamu selamanya." ucapku sembari mengeratkan pelukanku.
Wahyudi | 7/6/2020