satu.

16 2 0
                                    

Dengarkan......

di luar sana sedang terjadi hujan, hembusan angin malam dengan diiringi suara gemericik yang dangat berisik, membuatnya  tak ada niat mau berpesta air langit...

Iboy memutar stang kemudinya ke kiri dan membelok ke arah jalan hantu njarakan. Seketika langit terkesan lebih gelap, Hembusan angin kencang menerpa sepeda gunung itu. Di balik semak belukar itu ada keranda kayu yang rapuh di makan cuaca, tempat yang penuh ilalang itu tampak menanjak dari jalan. Kabut tipis terlihat mengambang di antara batu-batu nisan yang miring.

Dan... "oh tidaaak!!, apa itu?!!"Iboy terdiam dan memekik tertahan.

Di bawah pohon purba tua di tengah perkuburan, beberapa ranting- rantingnya yang kering kurus seperti mencakar- cakar langit, angin awal bulan juli yang dingin menderu- deru bagai meniup seluruh bukit perkuburan.

"apa, siapa itu?!" Pikir iboy pelan, dari jauh tampak sesosok tubuh duduk bersila msnghadap sekumpulan makam- makam tua. Kabut dingin kelabu merendah mengelilingi tubuhnya.

Tanpa di sadari Iboy sudah berjalan mendekat naik ke bukit. Suasana begitu mencekam hening senyap dan tidur, sampai dia bisa mendengar suara nafasnya sendiri.

" akhhhh......!!!!!Itu kan?!" Pekiknya tertahan.
Dilihatnya seongok tubuh di balut kain putih panjang di kelilingi kabut kelam.

"Hantu!?" Pikirnya singkat. Bukan! Karena orang mati tidak akan hidup lagi...lalu siapa orang ini? Kenapa dia berada di tempat ini?-

pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalanya, rasa penasaran terus menuntut mencari tahu, sendal karet berwarna hitam menginjak tunas-tunas rimbun hijau rerumputan dan dedaunan mati berwarna cokelat terang yang dibasahi embun.

Pelan sekali, jaraknya kian mendekat, semakin dekat, dan terus mendekat. nafasnya terengah-engah antara takut dan dingin.

"akh!" Iboy memekik ketika kakinya menyandung nisan pendek basah yang di penuhi lumut berwarna hijau tubuhnya terhempas ke tanah yang berwarna gelap.Dua tanganya tiba lebih dulu di susul jerembab tubuhnya di atas tumpukan dedaunan mati.

Jantungnya berdegub kencang, nafasnya kian memburu bercampur kaget bukan main. Rasa sakit segera menjalar dari ujung kaki, tapi bukan itu masalahnya sekarang. Iboy harap dia tidak mendengar kedatangannya.

Tapi, "oh....!!!!" Dia perlahan menoleh kearahnya.

"jangan! Tidak! Kuharap dia tidak memperhatikanku. Bagaimana ini?! ya Allah kumohon lindungilah aku... hambamu yang imut,tampan,dan baik hati ini belum menikah...eh!" Setelah sadar dari lamunannya, boy segera memperhatikan orang itu baik-baik dalam keadaan masih tiarap lima belas meter di depannya tampak seorang pemuda sebaya dengannya, wajahnya keras berkonsentrasi penuh, matanya, terpejam tak perduli keadaan sekitarnya. Mulutnya sibuk komat kamit membaca doa. Sebuah aura suci menyebar kuat..ada apa ini?

"Kau pernah dengar tentang waliyulloh?" Ucap pemuda yang berada di hadapan Iboy.

"Aku pernah. Tapi di jaman hand phone seperti ini kayaknya mustahil," Iboy terus memperhatikan pemuda itu dalam keremangan cahaya di sela-sela kabut kelabu, bulan purnama yang menggantung pucat di sebelah timur.

Setelah mengumpulkan sisa-sisa tenaga dia merangkak ke arah makam Ibunya tak jauh dari tempat dia jatuh lalu meletakkan kedua telapak tangannya di batu nisan Ibunya yang berwarna orange.

Begitu dingin, udara juga dingin, tapi sebagian mereka yang di alam kubur juga tak kalah kedinginan atau mungkin sebaliknya...



Misteri Kubur beranduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang