Bagian Dua | Melalui Ini

62 10 4
                                    

Terlihat seorang laki-laki tampan bertubuh tegap tengah berjalan santai. Pandangannya menyapu ke sekeliling koridor sekolah. Membuat para siswi yang berjalan di sekitarnya terkagum oleh kharisma sang aktor Lentera itu.

Teriakan demi teriakan menggema di indra pendengarnya. Sudah menjadi rahasia umum, jika ia dikagumi oleh banyak kaum hawa mulai dari adik kelas hingga teman sebayanya. Namun dari dulu hanya ada satu orang yang bisa membuat Bara merasa takut kehilangan.

Tiba-tiba dari arah belakang Bara terdengar gelak tawa dua orang laki-laki yang sangat familiar. Gema dan si tengil Sean Ananta.

“Woii Bara santai aja lo, tuh lihat banyak yang ngomongin lo”, omel Sean menjengkelkan.

“Santai aja kali yan, kasihan tuh Bara pagi-pagi langsung lo omelin”, ucap Gema pengertian.

“Marahin aja ma, pukul sekalian sebel gue lama-lama dari dulu tengilnya nggak hilang-hilang”, canda Bara.

“Kasian kali bar soalnya pukulan gue terlalu percuma buat dia”, sahut Gema renyah.

“Yeee dasar kalian semua, nggak sayang Sean, nangis nih”, ujar Sean dramatis.

“Alay lo yan”, ucap Bara dan Gema serempak.

Ya memang begitulah tiga sekawan itu. Saling melengkapi dan saling memahami. Dimana Bara dengan sejuta pengertiannya, Gema dengan sejuta kekuatannya dan Sean dengan semilyar tawanya. Berharap dunia tetap untuk mereka, tanpa disadari dunia mulai beranjak pergi menjauh.

Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak karena kegirangan hingga ada suara...

“BARAAA GEMAAA SEANNN AAAA”, teriak Raina senang.

“RAINNN”, jawab mereka serempak.
Mereka bertiga berangkulan saling menghantarkan rasa yang tak bisa disalurkan, rasa rindu.

Memang selama liburan mereka tidak bertemu karena enam sekawan itu membuat kesepakatan untuk tidak bertemu dahulu. Masing-masing dari mereka harus menuntaskan urusan pribadi yang belum selesai entah itu tentang tugas sekolah, keluarga, angan-angan yang belum terwujud atau semacamnya. Jadi sudah pasti mereka tidak sabar untuk menuangkan rasa rindu itu.

“Sumpah Rain gue kangen banget sama lo, baik-baik aja kan udah nggak kepikiran soal itu lagi kan”, tutur Sean antusias sekaligus prihatin.

“Iya aku baik-baik aja kok, kan juga berkat kalian makasi ya udah selalu ada buat aku”, balas Rain terharu.

“Kita disini selalu ada buat kamu kok, jadi jangan khawatir. Semangat terus Raina”, jelas Bara dengan tulus.

Kedua manusia itu saling menatap, menahan perasaan yang sudah lama terpendam. Tanpa tau bisa menjadi luka nantinya.

“Santai aja kali bar natapnya kaya takut Rain hilang”, sindir Sean.

“Mulut lo ya ngawur emang minta ditimpuk pakai buku”, kesal Gema. Hmm...

“Udahlah gapapa kok Gema, kita kan juga tau Sean orangnya kayak apa. Tetep kayak dulu ya, jadi Sean yang super tengil biar kita bisa ketawa terus”, pinta Rain dengan tersenyum.

“Tuh lihat Rain aja ngerti, masa lo nggak?”, sungut Sean.

“Iya-iya maaf, lagian sih lo nyebelin”, ucap Gema.

“Gitu dong baikan kan enak dilihat, jadi gue nggak repot-repot buat beliin sajen”, canda Bara sambil tertawa renyah.

“Sialan lo bar”, ucap Gema dan Sean bebarengan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia Untuk KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang