“I love to show everything I have. But showing Wonpil, it's a big no.”
;Kalau ada orang lain yang bangga bersanding sama seseorang berseragam, Jae akan dengan lantang teriak dia bangga punya seorang Wonpil di sisinya.
Boleh lontarkan pertanyaan ke orang-orang sekitar Jae yang rasa-rasanya udah mulai muak dengan kalimat-kalimat manis Jae saat muji Wonpil.
Terkadang mereka semua mau murka dan hampir smack down muka Jae. But still, Jae being Jae.
“Y'all know lah, Baekhyun is perfect,” ujar Chanyeol membuka topik pembicaraan para lelaki-lelaki di café siang itu.
“Lo sadar gak sih, lo mancing singa menye buat bangun,” balas Sungjin sambil putar-putar sedotan di gelas ice americano-nya.
“Siapa, menye?” tanya Jae yang masih fokus dengan handphone di genggamannya.
“Yang ngerasa aja.”
“Lo liat apa sih? Gue jadi merasa bersalah ngajak kumpul kalo lo fokus sendiri gitu,” seru Sehun si pencetus ide buat kumpul siang ini.
“Liat Wonpil.”
“Emangnya Wonpil kirimin lo apa? Foto nudes?” tanya Chanyeol penasaran lalu lipat tangannya di depan dada dan natap Jae dengan tanda tanya.
“Lo gila? Gue gak pernah minta foto kaya gitu,” seru Jae lalu putar bola mata jengkel, “ㄧgue kan bisa liat sendiri.”
“Gila lo. Lo yang gila,” respon Chanyeol yang bergidik ngeri setelah telinganya nangkap kalimat tak senonoh dari mulut rekannya itu.
“Tapi... Lo juga gila ke Baekhyun,” ucap Sungjin membuat dua orang lainnya ketawa dan menyisakan Chanyeol yang natap Sungjin gak percaya.
“Belom aja lo gue bongkar sama Younghyun,” ujar Chanyeol protes, gak terima.
“Bongkar aja, tapi gak nanggung ya kalo lo pengen.”
;
Jae sanggup jawab seribu pertanyaan general untuk dia. Tapi pertanyaan sederhana seperti Why you love Wonpil atau
Why you choose to stay with Wonpil instead of model yang sempet deketin dia beberapa waktu lalu, sama sekali gak bisa.Setelah memikirkan random thought-nya malam itu, tangan Jae terulur cari pucuk kepala buat diusap. Si manis yang diusap makin erat di dalam rengkuhan.
Tangannya turun lalu beralih buat usap collarbone yang gak tertutup baju tidur lalu dicium lembut, buat yang lebih muda kegelian.
“Kak ngantuk, jangan ganggu,” protes Wonpil dengan mata yang mengerjap lucu.
“Kok gue bisa sesayang ini ya, sama lo?” Jae tersenyum kecil saat liat yang lebih muda mendongak buat natap dia dari bawah.
“I don't know...”
“Me too.” Mata yang lebih tua natap Wonpil lekat-lekat, tangannya cari genggaman.
“May I?” ucap Jae dengan atensi penuh ke wajah si Kecil yang hanya dibalas mata yang mulai tertutup.
Bibir Jae kerjakan tugas, tangan lainnya usap lembut pipi sang submissive.
Kecup, kecup, kecup, lalu cium pelan-pelan tanpa jeda.
Suka, Wonpil suka. Wonpil suka bibir Jae waktu bungkam miliknya. Tangan si Manis terulur cari leher dominan dan peluk erat-erat. Jangan lepas!
Turun. Pangutan itu turun. Cari tempat favorite; tinggalkan jejak. Usap lalu kecup berulang-ulang di collarbone favorite milik bibir Jae.
Wonpil juga. Dapat yang dia mau; remas rambut belakang yang lebih tua, kembang api yang meletup-letup di kepala, dan Jae.
Bibir dominan itu naik lagi, jumpa bibir ranum yang lebih muda dan cium hati-hati. Tapi berakhir dilahap habis.
Kalau Jae itu bisa dirate, Wonpil akan kasih 99999/10. Wonpil suka cara Jae ngajak pergi berdua ke surga.
Posisi berubah, dipimpin Wonpil; duduk di atas Jae yang masih run of breath.
Si manis lancarkan aksi. Dimulai dengan cium sekilas dagu yang lebih tua.
“Nah, good boy,” puji Jae, tangkup wajah Wonpil. Tapi ditepis. Wonpil mau cari jalan sendiri.
Taking off his shirt softly lalu kecup pundak kesukaannya. Dimulai dari kanan lalu kiri lalu turun, cari spot lain yang harus dikasih tanda cinta.
“Manis banget kamu, Wonpil sayang.”
Wonpil makin naik, lebihi puncak sebelumnya.
“Eum, can I have this. Please?”
Yang lebih muda natap sesuatu lalu beri puppy eyes andalannya ke seseorang yang gak bisa lepasin pandangan dari dia.
“Get what you want.”
Demi apapun, Jae selalu nahan-nahan sampe head over heels buat gak ngeluarin swear words dari dalam otaknya kalau Wonpil udah berubah jadi begini.
Lampiasin semua kata yang gak bisa keluar dengan kalimat-kalimat manis yang bikin Wonpil pusing sendiri. Berasa dikasih motivasi untuk berbuat lebih.
Gila banget. Jae ngerasa gila. Tau kesayangannya improved a lot and going wild with him.
“Wonpil, kamu cantik banget, Sayang,” ucap Jae and show his wide smile dengan tangannya yang masih setia genggam tangan kecil punya kesayangannya.
Wonpil still busy doing his job. Jae sibuk menunduk, pandang submissive-nya dari atas yang 1000% lebih cantik.
Jae usai. Posisi diubah ketiga kalinya. Lepas sempurna celana jeans yang lagi-lagi sesak. Kecup setiap inci wajah Wonpil. Mata kanan-mata kiri-hidung-pipi kanan-pipi kiri-dahi-dagu; akhiri dengan bibir dengan durasi lebih lama dibumbui lumatan manis. Jae rakus, semua miliknya.
Tangan kekar dominan pegang perlahan waist si Kecil dan lakuin pergerakan andalannya.
“Kak Jaeㄧ hhh.”
“Yes, moan my name.”
;
Malam yang panjang diakhiri dengan berendam di bath up isi air hangat berdua. Lepas penat sambil beri afeksi satu sama lain tanpa lepas rengkuhan.
Kepala yang lebih muda diletakkan di bahu dominan, minta diusap.
“Thank you, Sayang.”
Lagi-lagi kalimat dari bibir Jae buat pipi Wonpil bersemu. Yang sedang malu sembunyikan mukanya di dada kekasihnya lalu geleng-geleng, tanda terimakasih karena dia juga suka.
“Makasih juga Kak Jae,” cicit Wonpil dari dalam pelukan.
“Anyway, you improved a lot babe.”
“Sshhh, aku bingung balesnya gimana kalo Kakak bilang gitu.”
“Just let yourself show your wilder sideㄧ”
“KAK!”
“Tapi beneran Sayang, aku bingung. You're too sexy tapi kamu tetep manis, aku bingung,” ucap Jae lalu cium puncak kepala si Kecil, “kayanya thank you pun gak cukup buat kamu. Kamu mau apa?”
“Mauㄧ”
“Oh, I know. I'll get you a wedding ring.”
“Hah gimana? Ini... Lamaran?”
“Iya,” balas yang lebih tua lalu terkekeh pelan, “tapi ambil jatahnya sekarang, ya?”
“KAK!”
“I love you.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Collarbone
Fanfiction[Reupload from my write.as; one shoot; rated; read it for your own risk.]