Day 1

152K 1K 4
                                    

Sarah Pov

"Kamu sama Vins ?" Mata pasangan suami istri ini menatapku secara bergantian setelah pertanyaannya itu. Mungkin mereka kaget, dengan berita pernikahanku yang begitu mendadak. Terlebih lagi ketika mereka tahu, bahwa calon suamiku adalah adik dari Jordan, suami kakakku sendiri.

"Woahhhh...!!! Kakak nggak percaya ini!" Mata Jordan membulat sebentar, sebelum akhirnya melanjutkan perkataanya lagi. "Kakak akan panggil Vins kesini." Jordanpun langsung meraih ponselnya dari saku. Sebelum pergerakan tangannya benar-benar berhasil meraih ponsel, aku mencegahnya sesegera mungkin.

"Nggak usah kak, Vins ada disini." Aku lalu berdiri dan memanggil Vins dengan sangat antusias yang sudah berada di luar sana. "Sayang sini!" Panggilku padanya. Vinspun muncul dengan gentlenya menghampiriku. Dia juga langsung memeluk pinggangku erat-erat ... seakan ingin menunjukkan bahwa aku ini hanya miliknya. Aku terenyuh.... sungguh, calon suamiku itu selain ganteng, gagah, dia juga pria yang hangat dan sangat romantis.

"Jadi bagaimana kakak ipar? Kakakku yang tampan? Apa kalian setuju ?" Setelah mengatakan itu... Vins mencium puncak kepalaku dengan gemas. Pasangan suami itu saling bertatapan sebentar, lalu kembali menatap kami secara bergantian. "Mau bagaimana lagi? Kalau kalian saling cinta ... aku setuju aja." Ucap Jordan akhirnya, dengan senyuman manisnya itu.

"Aku juga setuju, tapi aku rasa... setelah kalian menikah, sementara kalian harus tinggal di mansion ini dulu. Ya itung-itung supaya kita bisa pantau kalian. Karena aku nggak mau, adik kecil kesayanganku di kecewakan olehmu Vins!" Ucap kakakku sambil menunjuk wajah Vins dengan menyeringai. Aku dan Vins hanya saling berpandangan lalu mengangguk secara bersamaan, sebagai tanda 'iya' atas pernyataan kakakku itu.

"Kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?" Sejurus dengan pertanyaan Jordan itu, Vins mengambil 1 lembar undangan pernikahan dari tas miliknya, dan diberikannya kepada Jordan. Lagi –lagi mata lelaki itu membulat, ketika melihat tanggal pernikahan kami yang begitu mendadak. "HAH.....? Lima hari lagi ? Kalian gila ? "

Vinspun kembali mendekati Jordan dengan wajah memelas, "semua udah siap kak, ayolah... bantu kami." Vins juga langsung memeluknya dengan begitu erat... hingga membuat Jordan risih sendiri karenanya. "Aku bukan gay Vins, baiklah! Kita akan bantu urusan pernikahan kalian."

Ya..!! Jawaban itulah yang kami tunggu. Karena semua urusan keluarga ada ditangan kakak-kakak kami itu. Asalkan mereka setuju, orangtua juga akan megikutinya. Keluarga kami memang tidak pernah saling memperhatikan satu sama lain. Terlebih lagi orangtua, yang tahunya hanya kasi fasilitas, sisanya terserah kita mau memilih jalan apa untuk menjalani masa depan kita sendiri.

"Makasih kak. Sayang... ayo kita pergi buat mastiin gedung dan segalanya aman." Dengan tangan yang melingkar di pinggangku. Vins menggiringku untuk melangkah keluar dari mansion. Meninggalkan sepasang suami istri yang masih memasang wajah tak percaya atas apa yang sudah kami bicarakan.

*********

Aku dan Vins berkeliling memeriksa segalanya. Gedung, makanan, souvenir dan undangan yang sudah dipastikan tersebar ke seluruh daftar nama orang yang kita undang. Setelah semua dipastikan aman. Kini kami kembali ke apartement untuk istirahat. Aku merebahkah diri di sofa, sambil memejamkan mata sejenak. Melepas segala rasa lelah, setelah seharian berkeliling dan bertemu dengan banyak orang.

"Capek ya ?" Ucap Vins sambil merebahkan tubuhnya untuk duduk disampingku, lalu mengangkat badanku duduk di atas pangkuannya. Tangan Vins melingkar di perutku dan memelukku dengan sangat erat. Akupun langsung menyandarkan kepalaku nyaman di atas dadanya.

"Sayang, apa iya kita harus tinggal di rumah kakak ?" Aku langsung membalikkan badan duduk menghadapnya, begitu mendengar pertanyaan itu keluar dari mulutnya. Aku mengalungkan tanganku di lehernya... lalu menatapnya lekat-lekat. "Sayang.... ini sementara aja, kamu tahu kan? Kakakku itu curigaan dan posesif banget
sama aku?"

"Tapi sayang, masa kita mau kayak gini di depan mereka hmmm ?" Ucap Vins langsung mengecub bibirku singkat, "terus kayak gini...?" Ucapnya lagi sambil mengecup leherku dan kami susul dengan tertawa. "Tapi nggak apa sih sayang. Biar mereka ingat dengan masa mudanya, masa sampai sekarang belum punya anak, iya kan ?" Aku hanya tertawa dan Vins melanjutkan perkataannya,"kalau kita udah nikah mungkin... aku akan membuatmu melahirkan 5 anak sekaligus."

Akupun terkekeh lalu menarik daun telinganya setelah kata-katanya itu keluar dari mulutnya. "Kamu yang urus ya? Aku sih gak mau punya anak sebanyak itu." Pria itu tersenyum padaku lalu mengecup bibirku singkat, "Tapi aku mau." Sejurus dengan kata-kata itu, Vins merengkuh wajahku dan menciumku lagi dengan sangat panas. Ia juga merebahkan tubuhku di sofa sambil menindihku, mencium leherku... dan...

klek.......!!!! Suara pintu apartement kami terbuka.

"Astaga Vins, Sarah.....!!!!" Teriak seseorang dari sebrang sana. Vins mengangkat kedua alisnya lalu memandang kearah suara dengan sangat santai. "Mau bergabung ?" Ucap Vins dengan santainya, saat secara tiba-tiba kedua kakak kami itu membuka pintu apartement dengan mata melototnya. Aku hanya diam dengan wajah memerah karena malu telah kepergok seperti ini. Sedangkan Vins? Dengan santainya ia mengecup bibirku lagi , lalu membantuku bangkit dari sofa.

****

Affair With Brother In Law [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang