PROLOG

68 8 4
                                    

     Aku menatap layar ponsel remang - remang, melihat sudah pukul berapa saat ini. Sedari pagi aku memaksakan diri untuk tidur karena, semalaman aku sibuk dengan bebarapa proyek kantor yang tak kunjung usai. Setelah lama duduk usai bangun tidur, aku segera beranjak menuju wastafle membersihkan muka dan menggosok gigi, tak sengaja mataku menatap kalender pada meja rias yang terletak lurus dari pintu keluar kamar mandi, hari ini tanggal merah, waktunya merawat dan memanjakan diri mengunjungi salon kecantikan, kemudian dilanjutkan dengan shopping sebentar karena beberapa keperluan apartemen yang sudah mulai menipis.

Kring..kring..(handphone berdering mambangunkan ku dari lamunan)

     Siapa sepagi ini menelpon, dan mengganggu kegiatan yang ternilai sakral bagiku. Dengan malas aku terpaksa mengangkat handphone, membiarkan sikat gigi masih kegenggam beserta busa yang masi melekat pada mulutku.
“ Halo, selamat pagi…”
“.…………..”
“Iya…, halo dengan siapa yaaa?”
“.…………..”

Tut..tut..tutt..

       Panggilan dimatikan, tanpa ada sedikitpun kata sebagai pengisinya. Entah salah sambung, atau bagaimana aku tetap melanjutkan dan mengabaikan panggilan yang menurutku aneh itu. Aku bergumam sendiri dalam hati, siapa yang menelponku sepagi ini?, beberapa kemungkinan yang mencoba kutebak.
Persiapan selesai, aku beranjak menuju basement untuk mengambil mobilku yang berada disana. Salon yang akan aku tuju tak begitu jauh dari tempatku tinggal, hanya membutuhkan setengah jam untuk sampai sana. Diperjalanan sambil menyetir, pikiranku seutuhnya sedang tidak karuan pagi ini, hanya karena telpon tanpa suara tadi pagi,masih penasaran siapa dan ada urusan apa sebenarnya, dan kebetulan juga hari ini bukan hari kerja. Macetnya Jakarta membuat moodku semakin memburuk. Setengah jam berlalu, akhirnya aku sampai di salon tujuanku. Aku segera masuk dan langsung menuju resepsionist untuk mendaftar, aku menatap sekeliling ruangan yang cukup sepi membuatku sedikit lega, segera aku duduk menunggu ruangan yang akan aku pakai nantinya. Memposisikan duduk dengan nyaman, memasang earphone sambil memilih lagu yang sedang trending bulan ini. Mataku tertuju pada coffe maker yang sedang dipergunakan barista untuk melayani satu pelanggan didepannya tiba-tiba membuatku sangat haus, segera aku beranjak dari tempat duduk untuk memesan secangkir kopi tersebut. Sepersekian detik kemudian aku sampai didepan didepan meja pemesanan, lalu aku memesan secangkir kopi hitam dengan sedikit gula batu didalamnya. Tak membutuhkan waktu yang lama, secangkir kopi hitam telah berada di tanganku, kemudian aku membalik badan dan..

Bruggg…
Ups, aku menabrak seseorang hingga kopiku menumpahi sepatu kets putihnya. Dengan pelan-pelan aku mencoba mendongak melihat siapa yang bertabrakan denganku sekaligus pemilik sepatu yang terkena tumpahan kopiku.

“ Liona…..”

     Tanpa berpikir panjang setelah suara itu dilontarkan oleh seseorang yang ku tabrak tadi, dengan tergesa-gesa aku menghampiri resepsionis dan membatalkan agendaku hari ini. Berjalan tergesa-gesa menuju mobil dan segera meninggalkan salon itu, tanpa berfikir panjang apakah seseorang itu mengikutiku atau tidak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKU DAN ANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang