Kau tak terganti, kau yang selalu ku nanti~
✨✨
Senja menatap Prilly, seperti ingin menyampaikan sesuatu yang ada di dalam hatinya. Prilly dan Senja sudah kenal lama. Mereka berteman baik, karena yang awalnya Senja adalah teman Ali.
Kalau dipikir-pikir, dulu, ketika Ali sedang mengalami permasalahan dengan Papi Vano, lelaki itu memilih kabur ke Belanda. Disaat itu lah pertama kali Ali bertemu dengan sosok Senja. Sosok yang mengajarkan Ali arti sebuah hidup. Sosok yang membuka pikiran Ali kedepan. Sosok yang menjadi panutan Ali karena memiliki jalan hidup yang sama, dulu.
Kalau bukan karena Senja waktu itu, Ali sekarang mungkin tak kembali. Kalau bukan karena cerita dan nasihat Senja, Ali tak mungkin menjadi seperti sekarang. Ali banyak belajar dari Senja. Ali harusnya berterima kasih pada Senja, begitu pun Prilly. Bukan, bukan karena Senja gila terima kasih. Tapi memang kenyataannya Ali dan Prilly berhutang budi atas kebaikan Senja. Karena Senja lah Ali kembali, pada keluarga dan orang-orang terdekatnya.
"PAPIII JAWABB DUND PELTANYAAN KAKAK! INI ADEK KICIL NAA CIAPAA? LUCUUW PAPI, MUKA NAA BULEWW KAYA DACAA HIHIHI." Neca kembali melontarkan pertanyaannya lagi. Kali ini anak itu sambil terkikik gemas.
Senja menoleh sebentar ke Neca, ia mengelus kepala Neca penuh sayang. "Sebentar ya cantik, Onti mau ngobrol sama Papi Maminya Neca dulu. Nanti onti yang kasih tau adek kicil ini siapa ya." Kekehnya pelan. Baiklah, sudah saatnya Senja membicarakan semuanya pada Sean. Sudah saatnya Sean tau apa yang sedang terjadi. Tapi biarkan Senja berbicara terlebih dahulu pada Prilly.
"Prill," Senja membuka suara. Kini mereka sedang terduduk di kursi bersampingan, di samping brankar Ali. Neca dan Sean masih ada diatas brankar Ali, keduanya duduk dipangkuan Ali.
"Sebelumnya gue mau minta maaf sama lo. Gue sama Sean kesini gak ada maksud apa-apa. Gue pribadi minta maaf banget udah bikin rumah tangga kalian berantakan. Gue gak akan rebut Biru dari lo dan anak-anak. Gue cuma butuh waktu buat bilang semua ke Sean kalau Biru bukan dadda nya. Gue minta maaf juga udah bikin lo sakit hati lagi karena kedekatan gue sama Biru. Serius Prill, gue berani sumpah sama lo, gue sama Biru gak ada apa-apa. Gue sama dia cuma sebatas adek kakak." Air mata Senja mulai runtuh dari pertahanannya. Bayangkan, ia harus menanggung semuanya sendiri. Bagimanapun juga Senja adalah seorang wanita. Punya hati, dan punya rasa lelah.
Prilly mengelus bahu Senja. Ia bisa merasakan beban yang dipikul oleh Senja. Prilly tau seberat apa rasanya menjadi single parents. Ia yang ditemani Ali terus untuk mengurus anak-anak saja kadang capek, lelah dan jenuh, apalagi Senja:(
"Ja, gue gak papa. Gue ngerti Ja, semua yang terjadi sama gue, sama Biru, sama lo, udah kehendak Tuhan. Gue gak bisa nyalahin siapa-siapa, Ja. Gue tau lo sama Biru gak ada apa-apa. Biru udah jelasin semuanya ke gue. Gue kenal Biru, gue kenal lo. Gue yakin kalian gak akan main belakang dari gue." Prilly ikut menitihkan air matanya. "Soal Sean, gak papa, gak papa kalau Sean masih mau anggap Biru sebagai dadda nya. Gue tau Ja, Sean masih kecil. Masih membutuhkan figure ayah. Sean pasti kangen gimana rasanya kasih sayang seorang ayah. Gue gak masalah Sean dekat sama Biru." Katanya lagi. Memperhatikan Sean dan Neca yang masih anteng dalam dekapan Ali. Ya Tuhan! Bagaimana Prilly bisa marah? Tentu tidak bisa. Hatinya mencelos melihat Sean yang bahagia bersama Ali. Bukan karena Prilly tidak terima, justru karena Prilly merasa iba pada Sean. Anak kecil tak berdosa seperti Sean harus ikut merasakan dampak perpisahan dari kedua orang tuanya.
Neca dan Sean tentu mendengar percakapan Prilly dan Sean. Bahkan Sean kita menatap keduanya secara bergantian. Lalu ia mendongak menatap Ali,

KAMU SEDANG MEMBACA
TPB Season 2
FanfictionA Perfect Boyfriend is a guy who makes you smile and be happy! 💃 The Perfect Boyfriend Season 2💃