Dunia bukan surga, dunia itu tempat dimana kamu bakal nemuin kekejaman hidup, pertumpahan darah, dan pelecehan.
**
Semilir angin kota semakin terasa dingin disetiap menitnya, hembusan nya semakin kencang, warna langit yang menghitam pertanda hujan sebentar lagi menyapa bumi, namun seoarang pria dengan Hoodie tipis dan tudung yang menutupi separuh wajahnya itu tidak berpindah tempat sama sekali.
Masih setia duduk di pinggiran kota menatapi jalanan yg bercelah di beberapa bagian, wajahnya dingin tanpa ekspresi, lengannya dimasukan kedalam kantong hoodie, menghembuskan napas sejenak lalu melirik kearah langit, kemudua ia berdiri dan berjalan menuju tempat singgahnya, sesekali menendang kaleng soda yang berada di jalanan.
Tidak ada yang spesial, hidupnya hanya tentang kekejaman, bahagia itu omong kosong.
Dia tidak pernah tersenyum, tidak pernah merasa ada debaran kebahagiaan di dadanya, jantungnya berdetak namun raganya bagai mayat.
Pria itu, Aksara Prayoga.
Pria yang membenci kehidupannya,
Juga kedua orang tua yang telah membuangnya.
**
"BANG AKSA!!"Pria yang di panggil menoleh, lalu mengangkat satu alisnya melihat pria berumur 16 tahun itu berlari ke arahnya.
"Markas kita digeledah polisi bang"
Aksara masih diam, wajahnya tenang tanpa emosi dan kepanikan, ia merapatkan tudung hoodie membuat wajahnya semakin tidak terlihat
"Semua barang udah gue sembunyiin ditempat yang aman,"ujarnya
Kemudian Aksara berjalan diikuti pria tadi disampingnya, masih dengan wajah panik dan terengah-engah.
"Yakin bang? Grafitty nya?"Aksara mengangguk, lalu pria yang diketahui bernama Dean itu mengangguk, wajahnya berangsur tenang dan mulai berjalan santai di samping Aksara.
"Bang kemarin gue denger si Vano cerita sama anak-anak kalo dia abis nemuin suatu tempat"cerita Dean.
Aksara masih berjalan dan menyahut dengan suara beratnya"Tempat apa?"
Dean mendekatkan dirinya kearah Aksara, dan membisikkan sesuatu ke telinga pria ber Hoodie hitam itu.
"Tempat Pelelangan manusia"
Aksara berhenti sejenak dari berjalannya, melirik Dean yang menatapnya penuh keyakinan, lalu Aksara menghembuskan napasnya untuk yang kedua kalinnya
"Wajar"
Mata Dean membulat"Kok wajar bang? Yang di lelang manusia lho bukan barang"ujar Dean, merasa aneh dengan pemikiran Aksara.
Aksara menatap Dean"Dunia ini bukan dimana lo bakal nemuin sesuatu yang menggembirakan"Aksara menyeringau tipis"dunia ini cuman bayang bayang Dean, bahagia itu cuman angin lalu, nyatanya kekejaman lebih mendominasi kan?"
Aksara menghembuskan napas untuk yang kesekian kali"Kita hidup dijalanan dari kecil, nakal dari kecil, buat onar bareng bareng, sampai gebukin orang hampir mati, kejahatan yang sering kita lakuin atau kenakalan yang sering kita perbuat itu wajar, termasuk pelelangan manusia di dunia yang sama sekali gak bakal lu temuin titik celah bahagiannya Dean"
Dean menatap mata Aksara, berisikan dendam dan rasa sakit yang langsung Aksara panglingkan.
"Bahagia itu Bullshit"
Lalu setelahnya Aksara berjalan meninggalkan Dean, Dean terdiam sembari mengepalkan tangannya.
"Lo bener bang"Dean menutup matanya sejenak lalu bergumam"bahagia itu bullshit"
**
"Hoi aksara!"
Teman teman dalam markas nya itu menyapa Aksara ketika ia baru datang dengan Dean yang berada di belakangnya.
"Polisi nemuin sesuatu?"
Salah satu temannya yang bernama Gibran menggeleng"Bersih, lo kemanain?"
Aksaran duduk di sofa bekas yang kumuh dan telah sobek di beberapa bagian itu, memejamkan matanya sembari berucap"Ada, aman sama gue"
Yang lain mengangguk, kalau sudah ditangan Aksara dipastikan aman.
Teman temannya kembali melanjutkan aktifitas mereka masing masing, salah satunya duduk disebelah Aksara.
"Dari mana lo?"
"Biasa"
Zidan mengangguk lalu menegak air dibotol yang tadi ia bawa, lalu menutup kembali selepas minum kemudia menatap Aksara dan mulai berbicara.
"Lo tau gak? Vano bilang dia nemuin tempat-"
"Pelelangan manusia"sela Aksara.
Zidan mengangguk"Kok tau?"Aksara melirik Dean yang bermain ponsel dan Zidan mengikuti arah pandang Aksara lalu mengangguk lagi"nah, rencanannya anak anak pada mau nyelinap kesana, lo mau ikut?"
Aksara melirik Zidan, alisnya terangkat satu menambah kesan visual tampan nya"Buat apa?"
Zidan mengkedik bahu"Pengen liat aja, siapa tau nemuin yang menarik"
"Lo mau beli manusia yang di lelang?"
"Uang gue cukup buat beli mie instan dua, gimana mau beli manusia lelangan yang setiap harganya naik gitu coba?"Zidan mendegus.
Aksara mengangguk, ada benarnya juga, selain berbuat onar mereka juga bekerja sambilan menjadi pelayan minimarket atau sebagainya.
"Ikut sar?"
"Gatau"
Zidan hampir saja meloloskan pukulan pada paha Aksara namun sudah mendapat lirikan tajam dari pria itu yang membuat nyali Zidan ciut.
Hampir lupa Aksara tempramental dan mudah emosi.
**
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen FictionKetika tidak ada lagi rasa simpatik dihatinya, rasa manusiawi di dirinya membuatnya menjadi sosok manusia yang jantungnya terus berdetak namun hati nya telah mati, perasaanya telah pupus semenjak orang tuanya membuangnya dengan bersisa kardus dan se...