Copyright 2014 by Crownadya.
All Right Reserved.•••
Tas Ripcurl berwarna hitam pekat itu dipanggul oleh kedua bahu tegapnya. Sepatu Nike hitam juga dipakai dikaki ukuran 40-nya. Ia juga baru saja mengganti model rambutnya menjadi Oseledets, tidak jauh beda dengan model sebelumnya yaitu Undercut. Lalu, ia berjalan menyusuri koridor sekolahannya yang sudah lumayan ramai.
Senyum manis tersungging dibibir tipis kemerahannya yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Senyumannya itulah yang mampu memikat semua cewek seantero sekolah.
Jangan tanya siapa namanya karena semua orang pasti tahu siapa dia. Tetapi, dia misterius. Dia seperti warna hitam.
Gelap dan kelihatan jahat.
Baiklah, panggil dia Reano. Cukup Reano saja karena ia tidak ingin memakai nama keluarganya itu. Sebenarnya ada alasannya, tapi sangat rumit hingga Reano sendiri tak ingin mengingatnya lagi.
"Rean, sayang"
Reano menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sosok perempuan berkulit putih dengan potongan rambut panjang ini membuat dirinya ingin segera berlari. Bukan. Bukan karena cewek itu adalah kuntilanak, tetapi karena cewek itu adalah Shesya. Cewek yang mati-matian mengejar cinta Reano dan juga cewek yang rela menyerahkan apapun agar Reano pun mencintainya.
Termasuk nyawanya sekalipun.
Reano menghembuskan napas frustasinya saat melihat Shesya sudah menggandeng tangannya dengan mesra. Reano muak melihat tingkah cewek disebelahnya ini yang menjijikan.
"Sya, lepasin" ujar Reano seraya melepaskan kaitan tangan Shesya di tangannya. Shesya memanyunkan bibirnya beberapa senti hingga membuat siswa-siswa yang ada dikoridor menertawainya.
Reano tak ambil pusing dengan hal itu. Ia langsung berjalan duluan meninggalkan Shesya menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Dan, Reano melihat dia.
Cantik.
Banyak cewek cantik disekolahnya tetapi hanya dia yang terlihat cantik di wajah dan cantik di hati. Bukan hanya kali ini Reano terpikat, bahkan sejak pertama kali Reano melihat cewek itu, ia langsung jatuh hati. Tetapi sayang, dia cewek yang terlalu baik. Untuk mendekatinya saja, sudah membuat Reano minder karena dirinya terlanjur dicap kacau oleh semua orang.
Kacau karena dua tahun nggak naik kelas.
Seharusnya ia sekarang sudah berada dimasa perkuliahan. Tetapi karena ia terlalu kacau, ia harus menanggung resikonya sendiri. Bukankah itu adil?
Terjadi eye contact selama beberapa menit sebelum kemudian akhirnya bel masuk membuat Reano dan cewek itu membuang pandangan masing-masing. Reano tersenyum kecut lalu berlari kekelasnya.
Seenggaknya ia senang bisa melihat cewek itu pagi ini.
•••
Dering telepon masuk membuat suasana kelas yang tadinya hening menjadi berisik. Suara itu berasal dari handphone milik guru matematika yang biasa dipanggil Pak Dodit. Lelaki berkacamata tebal itu berjalan keluar kelas lalu mengangkat teleponnya.
Sementara keadaan kelas mulai gaduh. Seorang cewek yang menjadi pelopor kegaduhan itu malah berdiri didepan kelas sambil berjoget-joget dance ala koreografi cheers.
Shesya.
Cewek itu lagi. Trouble maker. Sama seperti kekasihnya, Reano. Reano malahan teriak-teriak dikelas dengan suara beratnya itu. Ia mengejek-ngejek koreo Shesya yang katanya alay setengah mampus.
"Koreo alay, whuuuu" teriak Reano yang diikuti oleh seluruh teman-teman sekelasnya. Shesya menghentikan joget alaynya itu lalu menghampiri Reano yang sedang tertawa dengan santainya.
"Rean, kamu kok gitu, sih? Itu kan koreo aku sama tim aku, emang ada yang lucu?" Tanya Shesya sambil berkacak pinggang. Cowok berambut Oseledets itu mengerlingkan mata kirinya lalu menunjuk-nunjuk kearah depan. Shesya mati gaya. Ia benar-benar nggak kuat dengan semua hal romantis yang dilakukan oleh Reano.
Pak Dodit sudah selesai dengan urusan telepon meneleponny itu dan lelaki itu telah kembali lagi ke kelas. Ia melihat siswinya, Shesya, sedang berdiri didekat Reano sambil mengobrol-ngobrol. Sontak, lelaki yang pakar dalam hitung mengitung itu menjewer telinga Shesya dari belakang.
"Duh, Pak, ampun sakit banget, nih" rintihnya keras. Reano tertawa ngakak. Cowok itu bahkan sampai menepuk-nepuk mejanya saking lebaynya.
"Terus Pak jangan dilepasin!" Teriaknya tidak sopan. Reano lalu mendapat pelototan dari Pak Dodit dan lelaki itu menyuruh Reano kedepan kelas untuk mengerjakan soal-soal latihan yang ada dibuku cetak.
"Ayo, kerjakan!" Perintahnya sambil tersenyum sinis. Ia menyuruh Shesya untuk duduk dibangkunya karena ia rasa sudah cukup menghukumnya.
Reano mati gaya.
Ia nggak bisa apa-apa. Bahkan, untuk menghitung lima belas dikali enam saja rasanya sulit. Padahal itu adalah pelajaran SD.
"Reano! Kamu ini gimana, sih?! Perkalian sederhana begini saja kamu tidak tahu, apalagi kalau mencari volume bola ini!" Ujar lelaki berkacamata itu.
Emang dasar Reano-nya nggak tau diri atau gimana, cowok itu bahkan berkacak pinggang didepan papan tulis sambil mencibir omongan Pak Dodit barusan. "Yaelah, Pak, suruh Irfan Bachdim aja Pak yang ngitung. Saya kan bukan pemain bola jadi nggak tau gimana cara ngitung volume bola"
Tawa anak-anak langsung pecah. Lelaki yang baru saja mencerna omongan Reano itu melotot kearah murid-muridnya hingga murid-muridnya itu kembali diam.
Reano tersenyum lebar lalu kedua matanya itu melirik Pak Dodit.
"Apa kamu lihat-lihat saya?" Katanya galak. Reano nggak takut sama sekali. Ia malah ketawa pelan lalu mulai melanjutkan menjawab soal-soal itu kembali.
"Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar..." Tangan kanannya dengan luwes menggambar lingkaran-lingkaran dipapan tulis. "Dan jadilah, Pak Dodit!"
Wadefuq.
Itu gambar babi pakai kacamata.
"REANO! KELUAR DARI KELAS INI, SE-KA-RANG!"
•••
Dan kayaknya ini nggak bakalan panjang. Cuman ada beberapa bab.
Gue lagi depresi mikirin Camilo. Stuck abis.
Iya gue tau, Lovely You sama Enchanted aja belum selesai, tapi gimana....diotak gue malah muncul ide tentang cerita ini.
Yatapi....semoga suka sih!:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Over Distracted
Teen FictionNobody loved me. Nobody needed me. Nobody missed me. This my fucklife. So, it’s up to me, then? I was over distracted. Copyright 2014 by Crownadya. All Rights Reserved.