Tahu alasan asmaraloka memilihmu?
Kau menarik, kau berbeda.
Kau pintar namun bodoh pada waktu bersamaan.
Es krim vanilla itu memang sangat berharga bagi kelangsungan hidupku.Setelah dipikir-pikir, bertemu dirimu ternyata jauh sangat berharga bagi kelangsungan detak jantungku.
Dan, ya, aku berharap dua hati bersatu adalah akhir untuk ceritaku.Ah, maksudku, Kita.
°°°°°
Siang yang panas membara-bara di Kedai Es Krim Meriajin.
"453+145+69-4,55+988+56×87-54÷56-32×0=?? "
"Titik-titik. "
Spontan barisan bulu-bulu alis bergejolak turun. Air muka siap siaga mengaktifkan mode paling datar sejagat raya.
"BEGO! "
"Anak bujang stupid nya menari-nari!! "
Makian Mas Jane dibarengi kiriman paket terbaik berupa hantaman centong es krim. Ubun-ubun titik sasarannya.
"Sakit, Mas! "
Si korban tersakiti secara fisik termasuk juga batin. Seorang pelanggan yang notabenenya langganan keluar-masuk kedai sekaligus berlangganan menerima pukulan setiap datang.
Gama.
"Gue bermaksud baik, " ucap Mas Jane, "gue ngasih soal matematika tiap hari itung-itung untuk melatih otak serta kecepatan berpikir lo biar cerdas sedikit, biar nilai matematika lo berhenti anjlok lagi! "
Mas Jane berpidato panjang. Rentetan kalimat mencelos bak kereta kencana Nyi Roro Jonggrang yang nahasnya sama sekali tak didengarkan oleh Gama. Gumoh sendiri setiap mau menikmati es krim harus dihadang dulu dengan soal-soal memusingkan.
Otak dan hatinya tak kuasa menggapai.
"Ternyata, oh, ternyata, usaha gue selama ini sia-sia! Otak lo permanen rusaknya! "
Bola mata Gama agak menjengkit ke atas. Centong es krim Mas Jane beralih profesi menjadi senjata mematikan. Bagian ujungnya diarahkan lurus ke pangkal hidung Gama.
"Ketua OSIS, muka ganteng, pangerannya sekolah, fansnya banyak, sok jadi cool boy, tapi otak beku ngadepin pelajaran. Mau jadi apa lo?! Merusak martabat keluarga, desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara! " kecam Mas Jane setajam jarum jahit. Sang centong disingkirkan, diletakan Mas Jane ke tempat yang semestinya.
Dengusan sebal lolos tanpa diminta. Niat awal Gama ke sini ingin memperbagus mood-nya yang tengah diterpa angin tornado. Bukannya membaik justru kian memperburuk perasaannya saja.
"Pokoknya gue berhenti! Ogah gue ngajarin lo! "
Keputusan Mas Jane bulat, utuh, dan tak bisa diganggu gugat. Ia jengah menghadapi adik semata wayangnya yang pandainya mengalahkan kepandaian tupai melompat.
Emosinya meletup-letup layaknya erupsi anak Gunung Krakatau. Mau sampai Mak Lampir bangkit dari kubur pun Mas Jane yakin Si Gama tidak paham sedikit pun dengan pelajaran yang selama ini ia ajarkan.
"Gue ke sini mau menikmati dinginnya es krim, bukan adu cerdas cermat. "
Gama bersedakep tangan. Dagunya diangkat setara bahu. Mata legam Gama menusuk tajam. Terlihat selayaknya cool boy. Memang seperti itu kepribadian Gama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taken 12.12
Teen Fiction"Sekarang angka 12 akan jadi istimewa bagiku. Dua angka yang bertemu dan disatukan menjadi saksi bisu saat dua hati bertemu dan disatukan pula karena cinta. " ::::::: Ini kisah bukan sembarang kisah. Ini kisah saat dua anak cucu Adam dan Hawa dengan...