Dahulu kala ada sebuah pohon yang disebut pohon suci. Pohon ini terletak di tengah danau yang berbatasan langsung dengan hutan. Pohon suci memiliki keistimewaan yaitu ada batu permata.
Legenda mengatakan siapapun yang bisa memiliki permata ini sama dengan menguasai wilayah danau dan sekitarnya. Bahkan jika berhasil menelannya akan memiliki kekuatan yang luar biasa.Di pohon ini berdirilah sebuah kerajaan burung yang dipimpin oleh burung hantu putih. Burung hantu putih adalah yang dianggap paling bijaksana akhirnya semua yang tinggal di pohon itu sepakat menjadikan mereka raja dan ratu mereka sekaligus burung yang menyimpan permata tersebut.
Sejak dulu permata pohon suci kerap mendapat bahaya. Untuk menjaga keamanan pohon suci didirikan di The Guardian sebuah pasukan penjaga. Sebelum menjadi The Guardian seekor burung yang ingin bergabung harus masuk ke Sekolah Avatar dan lulus ujian The Guardian. Sekolah Avatar merupakan sekolah yang didirikan oleh para tetua bangsa burung untuk mengajari generasinya yang lebih muda. Sekolah ini dibagi ke dalam dua kategori yaitu sekolah untuk laki-laki dan perempuan. Di dalam sekolah laki-laki ada beberapa kelas yang bisa diambil seperti kelas bertarung, kelas pembuat senjata, kelas bertahan hidup, kelas kedokteran dan kelas strategi. Untuk kelas perempuan diajarkan seperti memasak, menjahit, menari, menyanyi, dan berdandan.
Seekor burung hantu elang muda mengamati langit senja dari dahan terluar pohon suci. Ia sedang mengamati para pasukan The Guardian yang sedang patroli keliling. Ia mengamati mereka dengan pandangan yang takjub. Setelah beberapa lama akhirnya seekor burung elang lainnya menghampirinya.
“Gil, ayo kita pulang ini sudah sore nanti ibu memarahi kita” Ujar sang ayah diikuti kakaknya yang kedua ada dibelakangnya.Sambil terbang menuju sarangnya Gilda membuka percakapan
“Ayah, apakah aku bisa bergabung dengan The Guardian suatu hari nanti”“Bisa saja tapi kamu harus kembali ke telur dan meminta tuhan mengganti kelaminmu dulu” Ujar kakak keduanya sambil tertawa sementara Gilda cemberut
“Bon!” Ucap ayahnya dengan nada memperingatkan. Sang anak kedua pun memasang muka bersalah
“Sayang tidakkah kamu tertarik dengan hal-hal yang lebih lembut seperti memasak, menjahit atau menjadi perawat?” Ujar sang ayah lembut
“Aku tidak menyukainya,ayah!” Ujar Gilda masih cemberut
“Hei Gil Mari kita bertanding yang sampai rumah terakhir adalah bayi cengeng dan jatah makan malamnya dipotong setengah” Ujar kakak nya langsung melesat mendahuluinya menuju rumah
“Hei kakak curang!” teriaknya sambil menyusul kakaknya
Sang ayah pun hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ia tahu betul bahwa anaknya memiliki mimpi untuk menjadi Jendral perempuan pertama The Guardian dan ayahnya juga tahu betul bakat Gilda lebih dari kakak-kakaknya sayanganya ia perempuan sehingga Gilda tidak bisa bergabung. Sebenarnya sang ayah agak menyayangkan peraturan bahwa hanya laki-laki yang boleh bergabung padahal kalau Gilda bergabung suatu hari ia pasti akan menjadi seseorang yang hebat.
Ketika semua sedang terlelap Gilda diam-diam keluar dari sarang kemudian pergi ke barat menuju perbatasan pohon suci dan danau diantara semak-semak. Tempat itu relatif sepi dan patrol jarang memantau daerah itu karena daerah itu daera tempat banyak buah beracun. Kemudian Gilda menggunakannya untuk tempat persembunyiannya. Disitu Gilda akan melatih kecepatan terbangnya, penglihatannya, dan kemampuan membuat racun beserta penawarnya. Ketika malam tiba angin di sekitar pohon suci relatif lebih kencang sehingga menjadi momen yang pas untuk berlatih. Ia selalu melihat kedua kakaknya ketika sedang berlatih sehingga mempelajari semuanya diam-diam. Ketika ia sedang beristirahat di dekat semak-semak. Seekor burung terbang meluncur ke arah semak semak tak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan hati-hati ia mendekat ke semak-semak. Ia mengamati burung yang terluka tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guardian
ActionKisah mengenai seorang burung hantu elang muda yang menjadi komandan perempuan pertama di wilayahnya