"Hemm, tentu dia datang berkunjung untuk
mencarimu. Engkau telah menjadi kawannya yang
baik, bukan?"
Karena dalam kata-kata itu terkandung nada suara
penuh arti, wajah Niken menjadi kemerahan. "Kalau
begitu halnya, tentu peristiwa itu tidak penting dan
luar biasa, Bapa. Akan tetapi Budhidharma datang ke
Gagak Seto untuk mencari Bapa dan bahkan untuk
membunuh Bapa Guru."
"Hahhh...........? Mengapa demikian? Aku tidak
mengenalnya dan tidak mempunyai urusan dengan
dia!"
"Akan tetapi Bapa mengenal ibu dan bapanya.
Tahukah Bapa siapa pemuda itu sebenarnya? Akupun
baru mengetahuinya saat dia datang ke Gagak Seto
itu. Dia adalah putera kandung Ni Sawitri dan hendak
membalas dendam untuk kematiana Ni Sawitri dan
Margono."
Wajah Ki Sudibyo tiba-tiba menjadi pucat sekali dan
dia memandang wajah muridnya seperti orang
melihat hantu. " Ya Jagad Dewa Bathara.......!"
Akhirnya dia berseru. "Bagaimana ...........bagaimana
engkau tahu tentang Sawitri dan Margono?"
"Aku telah mendengar semuanya sebelum Budhi
muncul, Bapa. Karena ketika bertemu dengannya
dahulu kami tidak saling menceritakan riwayat kami,
maka aku tidak athu bahwa dia putera Ni Sawitri.
Aku sudah mendengar bahwa Bapa menyuruh
Klabangkoro untuk membunuh Ni Sawitri dan
Margono!"
"Aduhhh.......jangan ingatkan lagi itu kepadaku, Niken!
Aku merasa menyesal sekali sejak itu terjadi. Aku
hanya menyuruhnya membunuh Margono karena
murid itu murtad dan pantas dihukum, akan tetapi
Sawitri ikut membunuh diri........aku menyesal
sekali......." Orang tua ini nampak berduka sekali.
"Akupun sudah mendengar akan hal itu, Bapa. Akan
tetapi melihat watak Klabangkoro yang amat jahat,
bukan tidak mungkin Ni Sawitri juga dibunuh olehnya.
Dan aku mengerti pula mengapa Bapa mengeluarkan
perintah yang kejam itu. Karena Margono Ni Sawitri,
isteri Bapa."
Dengan kepala tertunduk Ki Sudibyo mengangguk.
"Benar.......ah, aku menyesal sekali karena kematian
Sawitri, aku berdosa besar dan kalau sekarang
puteranya datang mencariku, aku siap untuk mati di
tangannya untuk menebus dosa....."Orang tua itu kini
memukul-mukuldadanya dengan perasaan berduka