Dari sebagian besar manusia
Dimuka bumi ini
Sebagian besar hidup mereka
Mereka habiskan hanya untuk mengeluh!
Terlalu membawa beban
Dalam kehidupan,Padahal jika mereka mampu memahami diri sendiri
Mengerti akan kemauan diri
Hidup mereka akan jauh lebih baik dari pada terlalu memikirkan dunia yang tiada henti nya menjatuhkan kita kedalam jurang kesedihan! .
--------------------------------------Yah hidup dalam dunia yang penuh tipuan ini memang butuh perjuangan terkadang kita harus terjebak oleh Orang-orang bodoh yang berlaga pintar dan harus selalu siap dalam jurang kesedihan bahkan tipuan tipuan kebahagiaan yang selalu manusia berikan,
"Lepaskan aku, aku mohon"
Ah sialan gadis ini selalu saja berisik hanya bisa merengek saja sedari tadi dasar lemah
"Sstttt tidak bisakah kamu diam dengan tenang apa hanya ini kerjaanmu hmm"
"Arghhh Sa....sakittt" Rintihan nya apa kah dia merasakan sakit? Padahal aku hanya sedikit saja menggoreskan pisau ini pada lengannya,"Apa ini sakit sayaang" Bisiku tepat pada telinga gadis yang saat ini bersamaku ia hanya menangis tak ada hentinya aku tidak mengerti padahal aku memperlakukan nya dengan begitu baik makanan tempat tidur pakaian bahkan aku berikan dengan begitu layak lantas mengapa ia harus terus menerus meminta ampun padaku? Cih aku tak mengerti,
†††
Didalam kediaman mansion yang begitu megah nan mewah terdapat keluarga yang begitu Harmonis menurut kebanyakan orang ya keluarga yang sama sekali tidak pernah menunjukkan sisi buruk didalam lingkungannya yang membuat banyak sekali orang-orang yang begitu kagum pada keluarga ini,
Terlihat seorang kepala rumah tangga yang begitu gagahnya memakai jaz hitam sembari membaca koran dimeja makan dengan begitu serius membaca perlahan lahan berita yang sedang gempar didalam koran,
Arion Brees Nelson sebut saja Arion kepala rumah tangga yang begitu tegas dalam membimbing keluarga nya dengan kebijakan yang selalu berusaha ia turunkan kepada keturunan semata wayangnya yang selalu ia harapkan masa depan anak nya jauh lebih cerah dari pada dirinya,
"Ini kopinya Pa" Ucap Wanita yang begitu anggun dengan pakaiannya yang serba modis Caroline Davira Nelson kita sebut saja nyonya Nelson ini dengan panggilan Caroline tidak jauh berbeda dengan sang suami ia pun menempuh karirnya dengan baik selama ini meskipun sudah mempunyai anak kecantikan tidak pernah pudar selalu ia jaga,
"Ah terimakasih Ma .Apa anak kita belum bangun juga?" Ucap Arion sembari melipat koran yang dari tadi ia baca
"Sebentar lagi juga turun tunggu saja" Sahut Caroline yang sedang sibuk menyiapkan makanan dimeja makan,Meskipun Keluarga Nelson ini adalah keluarga yang begitu sangat terpandang namun Arion sama sekali tidak menginginkan pembantu di mansion nya sendiri karena bagi Arion masakan Caroline jauh lebih enak,
"Good morning Pa.Ma" Teriak sosok lelaki yang begitu tergesa-gesa menuruni anak tangga dengan gaya berpakaian nya yang begitu casual tidak terlalu berlebihan Yups Volker Ward Nelson Satu-satunya Pewaris tunggal dari keluarga Nelson,
Ya sejujurnya ia sempat memiliki adik namun karena tekanan kerjaan dari Caroline yang seharusnya tidak usah memaksakan diri ia harus kehilangan sosok adiknya itu sebelum ia mengetahui jenis kelamin dari adiknya,
"Hati-hati nak nanti jatuh tidak usah kebiasaan begitu turun secara pelan-pelan kan bisa" Omel Caroline yang begitu khawatir jika anaknya terkilir
"Hehehe tenang saja ma sampai sekarang pun aku masih baik-baik saja" Ucap Volker mendudukkan pantatnya dikursi makan tak lupa dengan cengiran nya seperti kuda,"Ngejawab mulu kerjaan kamu mirip banget sama papamu" Kesal Caroline yang nyatanya sekarang harus mengurus kedua laki-laki yang menurut nya begitu sama persis kelakuannya
"Tentu dia kan spermaku jelas dong mirip dengan ku hahaha" Ucap Arion dengan vulgar meskipun memang benar adanya,"Spermamu tanpa rahim ku juga tidak akan ada apa-apa nya Pa" Sahut Caroline dengan tanpa malu mereka membahas hal yang sejujurnya biar menjadi rahasia mereka didepan anaknya tak lupa dengan tawa kecil nya yang begitu menenangkan
"Ofcourse honey" Ucap Arion dengan santainya mencium Caroline,Volker? Dia dengan begitu santainya memakan makanan hasil buatan tangan dari sang mama dengan sepenuh hati tidak memperdulikan keadaan yang bisa dibilang sudah terbiasa menurut nya,
"Volker berangkat kuliah dulu ya Ma .Pa udah jam segini" Ucap Volker sembari melihat jarum jam ditangannya
"Iya kak hati-hati dijalan ya" Sahut Caroline
"Belajarlah yang giat buatlah papa mu ini bangga nak jangan sekali-kalin membuat papa kecewa faham" Ucap Arion yang terlihat begitu memaksa Volker untuk selalu mendapatkan kesempurnaan,"Iya Pa Volker berangkat dulu" Pamitnya dengan penuh tekanan padahal ia hanya ingin menjalankan kehidupan nya dengan begitu tenang bukan dituntun untuk selalu menjadi pemenang dengan cepat Volker meninggalkan perkarangan mansion nya dengan mengendarai mobil yang bisa dibilang mewah,
"Tidak kerasa ya ma anak kita sudah sebesar itu" Ucap Arion sembari mengunyah makanan buatan sang istri
"Iya Pa .Cuma kalau boleh Mama kasih saran jangan terlalu memaksakan dia untuk selalu menuruti kemauan mu biarkan dia bebas memilih jalan kehidupan nya sendiri" Sahut Caroline dengan begitu hati-hati,"Maksud kamu aku terlalu memaksakan dia? Ini semua juga aku lakukan demi masa depan dia agar tidak menjadi rusak seperti anak-anak diluar sana" Begitu tak menyangkanya Arion dengan sang istri yang difikir mendukungnya dengan sepenuh hati namun saat ini ia mengatakan hal yang begitu Arion benci,
"Anak bukan budak pemaksaan kita Pa biarkanlah Volker memilih jalan dia sendiri jika memang dia gagal kita ajarkan dengan sabar bukan pemaksaan yang membuatnya tertekan" Ucap Caroline meskipun ia tau ini akan menjadi pertengkaran dengan suaminya namun dia juga merasa kasihan dengan anaknya yang seharusnya berkembang dengan pilihan nya tapi harus dipaksa dengan semua kemauan-kemauan Arion,
"Aku tidak ingin berdebat denganmu semua ini aku lakukan demi masa depannya faham! .Aku pamit" Sahut Arion dengan perasaan kesalnya meninggalkan mansion tanpa mencium mesra sang istri seperti biasanya
"Selalu saja begitu entah apalah kenapa aku begitu mencintai pria egois ini" Gumam Caroline sembari membereskan meja makan dengan penuh kesabaran,Don't forget the votes and suggestions
Tap aja bintang nya kalau suka thanks.