Part 2

20 3 6
                                    

"Pagi Ayah, Bunda." Sapa Ica riang lalu duduk dikursi meja makan bersama Andre dan Tania, orang tuanya.

"Pagi sayang." Balas Andre dan Tania.

"Ica." Panggil Andre, Ica yang tengah mengoleskan selai ke rotipun lantas menghentikan kegiatannya.

"Kenapa Yah?" Tanya Ica.

"Ayah dengar, kamu kalo disekolah suka dibully dan dihina sama temen-temen kamu." Ujar Andre membuat Ica kaget, darimana Ayahnya tau soal ini?

"Darimana Ayah tau?" Tanya Ica memastikan ke-kepoannya.

"Tidak penting Ayah tau darimana, berarti memang benar kan apa kata Ayah, kamu suka dibully dan dihina disekolah karena penampilan kamu."

Ica hanya mengangguk lemah, Andre dan Tania yang juga baru mengetahui soal ini merasa tidak terima anaknya diperlakukan seperti ini.

"Kan dulu Bunda pernah bilang, kamu belajar rubah penampilan kamu." Ucap Tania membuat Ica yang tadinya menunduk kini mendongak menatap Bundanya.

"Gak Bun, Ica lebih nyaman gini." Balas Ica keukeuh.

"Yaudah kalo gitu, terserah kamu."

°°°

"Eh si jelek udah dateng tuh."

"Anjir makin hari bukannya makin cakep malah makin burik aja haha.",

"Kapan sih tu anak bisa cantik? Heran gue."

"Dandanannya kuno banget."

Semua cibiran itulah yang menyambut kedatangan Ica di SMA Cempaka, seperti biasa.

Ica berlari sambil menunduk melewati koridor yang ramai untuk mencibirnya.

Brak!

"Aduh." Ringis Ica.

Tubuhnya jatuh kebelakang dengan bokongnya yang mencium lantai dengan sempurna.

"Makanya jalan tuh pake mata!"

Ia mengenal suara itu, itu suara...

"Kak Alfa." Ucap Ica terkejut saat mendongak, ternyata yang ia tabrak adalah Alfa.

"Apa? Lo tuh selalu aja ngerugiin banyak orang! Udah burik, jelek, gatau arah jalan lagi!"

Ica diam, ia hanya diam mendengarkan semua cacian dari Alfa untuknya.

"Modelan kayak lo kok sok banget mau nembak gue, cuih gak punya harga diri banget lo jadi cewek!"

Memejamkan matanya erat-erat, Ica berusaha menahan air matanya agar tidak lolos keluar saat harga dirinya direndahkan oleh orang yang ia sayang.

"Lebih baik lo hapus aja perasaan lo ke gue! Gue tau gue ini ganteng dan banyak yang suka, dan jelas semua orang tau gimana type cewek gue, keliatan kan dari deretan mantan-mantan gue? Dan lo!"

Alfa menunjuk wajah Ica, membuat Ica menoleh dengan air mata yang sudah terkumpul di pelupuk matanya.

"Lo bukan type gue dan gak pantes bersanding sama gue!"

Tes.

Air mata yang sedari tadi Ica tahan lolos ke pipi, cowok didepannya ini sungguh kejam, tapi kenapa Ica tidak bisa marah atau membencinya?

Alfa hanya tersenyum sinis lalu berlalu meninggalkan Ica yang mulai terisak pelan.

°°°

"

Pagi anak-anak." Sapa Bu Ima, wali kelas XI mipa 2.

"Pagi buuuu." Jawab siswa siswi dikelas kompak.

"Baiklah, hari ini ibu akan memperkenalkan seseorang yang akan menjadi teman baru kalian." Ujar Bu Ima membuat seisi kelas saling berbisik penasaran, kecuali Ica yang duduk sendiri dipojok belakang.

"Silahkan masuk nak."

Tak lama masuklah seorang gadis cantik berpenampilan modis dan bodynya yang goals serta jangan lupakan senyumnya yang membuat kaum adam di kelas mipa 2 melongo.

"Silahkan perkenalkan diri kamu nak."

Gadis itu pun mengangguk lalu menarik nafas pelan-pelan dan mengeluarkannya perlahan dan kembali tersenyum.

"Kenalin, nama gue Salsabilla Angelica, kalian bisa panggil gue Salsa, gue pindahan dari Bandung, salken semua."

"Salken cantik."

"Hai Salsa, cantik banget sih."

"Bisa ini mah gue gebet."

"Duh saingan gue ini mah."

Salsa hanya tersenyum mendengar segala pujian dari teman-teman barunya.

"Baiklah Salsa, kamu bisa duduk disebelah Ica ya, dipojok belakang." Ucap Bu Ima sambil menunjuk bangku Ica.

Salsa mengangguk lalu berjalan pelan menuju tempat duduknya.

"Hai, gue boleh duduk sini kan?"

Ica hanya mengangguk tanpa menatap Salsa, ia masih menunduk.

Salsa pun duduk dibangkunya.

"Jangan nunduk terus dong, kenalan dulu dong, nama lo siapa?" Tanya Salsa membuat Ica perlahan mendongak menatapnya.

"Ica." Balas Ica pelan.

"Ih lucu banget sih lo malu-malu gitu, oke Ica mulai sekarang kita berteman." Ucap Salsa semangat.

"Salsa mau berteman sama Ica?!" Tanya Ica kaget membuat Salsa mengernyit heran.

"Kenapa gamau? Kan kita diciptakan emang untuk berteman juga dengan sesama."

"Tapi, Ica ini jelek, emang Salsa gak malu punya temen kayak Ica?"

"Astagfirullah Ica, kenapa harus malu coba? Lagian kita itu berteman gak boleh pandang cantik atau jeleknya dong, lo baik kok, lagian gue disini belum ada temen." Balas Salsa membuat Ica tersenyum senang.

"Makasih udah ma berteman sama Ica." Ucap Ica yang hanya diangguki oleh Salsa.

"Kenapa sih Salsa mau berteman sama burik itu!"

"Ish bidadari gak pantes punya temen kayak Ica!"

"Keenakan Icanya tuh!"

Salsa melirik semua anak kelas yang mencibir Ica dari sudut matanya lalu menatap Ica yang lagi-lagi hanya menunduk.

"Ica ini baik, dia gak ngelawan pas dihina, tapi kenapa semua orang harus melihat dia dari fisiknya gak dari hatinya?" Batin Salsa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ica StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang