00 | Prolog

33 8 5
                                    

"Aku capek Rel" Angel menyeka air matanya yang meski sejak tadi coba ia tahan tapi tetap menetes juga akhirnya.

"Please bertahan sebentar lagi Ngel" Farel mencoba meraih tangan wanitanya itu untuk digenggam tapi sepertinya Angel sedang enggan disentuh.

Angel menyembunyikan tangannya kebelakang hingga Farel hanya berhasil menggenggam angin.

"Ngel" Kini Farel mencoba meraih wajah kekasihnya itu tapi lagi-lagi Angel menolak membuat farel menghela napas frustasi.

"Mau kamu apa?" Tanya Farel dengan nada menyerah.

"Aku?" Tunjuk Angel kepada dirinya sendiri "Kamu tau mauku" ucapnya melanjutkan tanpa melihat kearah Farel.

Ia terlihat begitu tegar dan kuat. Meskipun menangis tapi tak sedikitpun ia merengek meminta belas kasihan Farel.

"Kalau itu aku gak bisa Ngel" ucap Farel merasa bersalah.

"Kenapa?" Tanya Angel, matanya tidak bisa berbohong bahwa ia sedang benar-benar kecewa saat ini.

"Dia sahabat aku Ngel dan dia lagi sakit sekarang. Dia butuh aku, dia.."

"Aku pacar kamu, aku juga butuh kamu" Sela Angel cepat membuat Farel menoleh dengan tatapan tak percaya.

"Kemana Angel yang dulu?" Tanya Farel seraya memegang wajah Angel lembut. Kali ini Angel tak menolak membiarkan saja wajahnya dirangkum oleh tangan hangat Farel.

Ia menatap dalam kemanik mata kekasihnya itu. Tak bisa dipungkiri bahwa hatinya juga sakit melihat Angel memandangnya dengan tatapan penuh luka seperti ini. Tapi, tidak bisakah Angel mengerti bahwa posisinya sekarang sedang sulit?

Di satu sisi ia harus membahagiakan Angel tapi disisi lain ia juga harus menemani sahabatnya yang terbaring dirumah sakit.

"Kemana, hm?" Tanya Farel sekali lagi. Ia mengelus pipi Angel yang entah mengapa terasa lebih kurus.

Angel tidak menjawab, ia hanya menggeleng seraya terus menatap Farel dengan dalam. Seolah ingin mengungkapkan seberapa hancurnya Angel saat ini.

Selama ini ia sudah cukup sabar dengan Farel yang selalu mengabaikannya dengan alasan menjaga sahabatnya yang sedang sakit.

Selama ini ia juga sudah cukup mengerti untuk tidak menceritakan semua hal pahit yang ia alami karena Farel sedang fokus dengan kesembuhan sahabatnya itu.

Tapi kali ini? Apa tidak cukup semua pengorbanan yang telah Angel lakukan hingga Farel memintanya untuk kembali berkorban.

Semalam Farel datang kerumahnya dan mengatakan niatnya untuk menjadikan Riri pacar dengan alasan supaya Riri cepat sembuh dan bahagia.

Lalu ia meminta Angel untuk berpura-pura sudah putus dengan Farel dan menjauh darinya untuk sementara waktu.

Bukankah itu tidak adil? Mengapa semua orang seakan ingin membuatnya tenggelam dalam jurang kesakitan.

Dulu orang tuanya, lalu abangnya, kemudian dokter sialan itu, dan belum lama ini om dan tantenya. Lalu sekarang, pacarnya juga ingin menyakitinya?

"Kamu mau jadi pacar Riri kan?" Angel memegang tangan Farel yang sedang mengusap pipinya. Ia membawa tangan itu kedalam dekapannya. Entah apa maksudnya, tapi yang jelas ia sedang membutuhkan itu untuk menguatkan tekadnya.

Farel tidak menjawab. Entah mengapa mendengar Angel mengatakan itu dengan air mata yang terus mengalir membuatnya merasakan nyeri yang teramat.

"Iya kan Rel?" Ulang Angel. Kali ini Farel menangguk.

"Kalau gitu silahkan" lirih Angel. Ia benar-benar sulit mengatakan itu dan tenggorokkannya terasa tercekat.

"Kamu...setuju?" Tanya Farel terbata.

Angel mengangguk. Ia mengulas senyum sekilas kemudian membawa tangan Farel yang berada dalam dekapannya kearah pipinya.

Ia menggunakan tangan itu untuk mengusap air matanya "Ini terakhir kalinya tangan ini nyentuh pipi aku" ucapnya dengan tersenyum. Ia bahkan sempat terkekeh sebentar untuk menyamarkan kesedihannya.

Dan hal itu tentu saja membuat Farel tertegun. Ia meneguk salivanya dengan susah payah, bukankah ia hanya meminta Angel untuk menjauhinya sementara waktu?

Mengapa Angel mengatakan seolah-olah mereka tidak akan pernah bertemu untuk selamanya?

"Ngel, aku"

"Shhh" Angel menempelkan telunjuknya dibibir Farel. Ia mengisyaratkan agar Farel tetap diam.

Ia kemudian melepaskan tangan Farel dan beralih memegang matanya "ini terakhir kalinya aku liat mata ini"

Farel hendak angkat bicara tapi lagi-lagi Angel memintanya untuk diam dan mendengarkan.

Angel kemudian menyentuh bibir Farel dan memintanya agar tersenyum.

"Ganteng" ucapnya tanpa sadar. Ia lalu mengambil ponselnya di saku dan menyerahkannya pada Farel.

Farel mengernyit, bingung. Tapi kemudian kata-kata Angel benar-benar berhasil menghantam dirinya.

"Tolong pegang, aku mau kita selfi supaya aku bisa liat senyum kamu terus waktu kita jauhan nanti"

"Nih" Farel menerima ponsel itu dengan tangan bergetar. Kenapa kata-kata Angel seperti mengisyaratkan bahwa mereka tak akan pernah bertemu lagi setelah ini?

Apa kekasihnya itu akan benar-benar meninggalkannya setelah ini.

Apa Angelnya tidak akan menunggunya? Setidaknya sampai Riri benar-benar sembuh.

"Ngel aku gak mau" kata Farel menyodorkan kembali ponsel Angel

"Kenapa?" Tanya Angel polos. Matanya menyorot Farel penuh kekosongan.

"Aku cuma minta kamu buat jauhi aku selama beberapa bulan sampai Riri selesaiin kemo terakhirnya bukan untuk selamanya, jadi kamu gak perlu minta foto aku kaya gini. Toh nanti juga kamu tetep bisa liat aku disekolah" ucap Farel menerangkan. Tapi bukannya menurut Angel justru mengangsurkan ponselnya kembali kepada Farel.

Ia mendorong tangan kekasihnya itu dan mengangkatnya keatas. Kemudian meminta Farel untuk menghadap kearah ponsel yang sudah dibuka aplikasi kameranya.

Tanpa aba-aba Angelpun ikut menghadap ke kamera dan memencet tombol hitam ditengah sehingga mereka berhasil difoto.

"Yeay!" Teriak Angel kegirangan sendiri "Fotonya bagus, liat deh" ucapnya kemudian memperlihatkan kepada Farel.

"Ngel!"

"Aku gak tau rel, aku cuma takut kalau ini adalah hari terakhir kita ketemu. Aku cuma mau punya kenangan sama kamu. Kita gak pernah tau kan umur kita sampai mana?"

"Kamu ngomong apa sih Ngel!"

"Aku cuma ngomong seandainya Rel. Seandainya kalau ini memang pertemuan terakhir kita setidaknya hari ini aku punya hal yang bisa dikenang"

"Kita bakalan ketemu lagi"

"Siapa yang bisa jamin?" Selak Angel cepat.

"Aku yang jamin. Aku yang jamin kalau kita bakal ketemu lagi setelah ini"

"Kamu bukan Tuhan Rel"

Farel menatap Angel dengan tajam. Tak habis pikir dengan jalan pikiran kekasihnya itu. "Kayaknya kamu capek, ayo aku anter pulang"

Angel menurut, ia masuk terlebih dahulu kedalam mobil Farel baru kemudian Farel menyusul.

Setibanya dirumah Angel, Farel tak mengatakan apapun. Sepertinya ia masih marah dengan ucapan Angel tadi.

"Selamat tinggal Rel" ucap Angel kemudian berlari masuk kedalam rumahnya. Meninggalkan Farel yang diam mematung didalam mobil.

Tadi apa katanya? Selamat tinggal?

Angel, tidak akan benar-benar meninggalkannya kan?
.
.
.
To be continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MISTAKE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang