1.Pulang

2 0 0
                                    

"Begitu jauh aku lari tapi kata pulang juga yang kucari"
-Regenaria-

“Pemisi, nona maaf membangunkan anda tapi kita sudah sampai tujuan”
ucap pelan seseorang sambil mengguncang pelan bahuku, sembari perlahan membuka mata aku melihat seorang wanita tinggi semampai, yang merupakan seorang  pramugari.

Aku langsung terbangun dengan sedikit menahan malu sambil meringis, “Oh tak mengapa, seharusnya aku yang meminta maaf”.

Kemudian Pramugari tersebut tersenyum sambil meninggalkanku. Setelah menempuh waktu kurang lebih
24 jam, akhirnya aku kembali lagi ke sini, Indonesia. Aku hanya tersenyum memikirkan apa saja yang akan aku lakukan sembari menyeret koper ke luar pesawat. Tidak ada yang menjemput apalagi menunggui,membuat ku sedikit iri melihat mereka dijemput dan diantar oleh orang orang terkasih. Aku langsung saja menaiki taksi yang lewat dihadapanku. Aku menatap keadaan ibukota yang semakin sesak dengan kendaraan dan sedikit banyak telah berubah perlahan.

“Pak pelanin dikit pas lewat SMA itu ya” pintaku dengan supir Taksi.

Supir Taksi itu hanya mengangguk. Aku sedikit menurunkan sunglass ku saat melewati bangunan SMA yang pernah aku kenal dengan akrab. Sedikit berubah dengan warna cat baru, dan orang orang baru. Tapi satu yang aku ingin tahu, apa tradisi kejam itu masih bergelayut kuat di setiap orang yang mengganggap dirinya penguasa ? entahlah.

  Akhirnya aku sampai ditempat, setelah membayar ongkos taksi aku berdiam didepan pagar. Mengumpulkan sedikit
keberanian untuk menghadapi apa yang akan terjadi, kebetulan Satpam rumah tidak ada di tempat.

“Assalamualaikum,
permisi” ucapku sembari menekan tombol bel, tak lama kemudian keluar seorang wanita paruh baya keluar.

“Waalaikumsalaa...la..aam Ya Allah, non Gee” ucapnya histeris seraya memelukku erat sambil menangis haru.

“Iya bu, udah bu tenang sekarang Gee udah balik, ibu jangan nangis kan Gee jadi sedih” ujarku sambil sedikit melepas pelukan dengan
orang yang dulu menjadi saksi atas lika-liku kisahku dan banyak ikut andil dalam hampir di setiap episode hidupku.

“Nih ibu ga nangis lagi hehehe” ucapnya sambil mengusap linangan air mata dengan senyum tulusnya yang tidak pernah berubah untukku.

“Tapi bu, kok ibu masih ngenalin Gee, padahal aku udah ga kayak dulu lagi, udah beda malah“ ucapku saat berjalan
memasuki, seketika ibu berhenti dan menatapku dalam dalam.

“Non Gee mau non kayak gini  atau sampe operasi muka, ibu bakal tau kalo itu tetap Non Gee sekalipun yang didepan ibu sekarang bukan Non Gee yang dulu” jawab ibu dengan mata berkaca kaca, aku terkejut mendengarnya langsung saja aku memeluk Ibu dengan tangis yang pecah.

“Hiks hiks Ibu maafin Gee yang
berubah gini, ga kayak dulu bu, maafin Gee yang pergi ga bilang bilang hiks“ ucapku merasa bersalah atas kejadian satu
tahun lalu. Ibu membalas pelukanku dan mengelus punggungku yang membuat tangisku perlahan mereda.

“Eh Non Gee ngomong apa toh, Non Gee ga salah Ibu tau semuanya, Yaudah, sekarang non Gee naik ke kamar bersih bersih
biar seger terus non makan siang ya, kayak biasa boleh ibu temenin kan ?” tanyanya dengan rasa rindu yang tergurat jelas di wajahnya yang semakin menua dan keriput yang mulai jelas terlihat.

“Boleh lah bu, tapi Ibu tolong pesen sama Pak Adri,
jangan kasih masuk orang lain ya, ibu ngertikan ?” jawabku dengan perasaaan yang lebih tenang.

“Ngerti lah Non, ibu mah tau
maksud Non” ujar ibu sambi tersenyum licik yang dibuatnya  yang membuatku tertawa.

Hai readers, jangan lupa vote dan comment ya. Aku masih amatir dan cerita ku masih jauh dari kata bagus, mohon bantuannya ya 🙏🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang