2. Angga Dwi Putra

14 2 4
                                    

"Eh saya dapet orderan, duluan ya kang." Pamitnya kepada orang-orang yang sedang duduk di warkop.

"Hati-hati Ga." Ucap salah satu dari mereka.

Laki laki yang dipanggil 'Ga' pun menaiki motornya dan segera pergi menjemput penumpang.

Angga Dwi Putra, laki-laki berusia 20 tahun yang berprofesi sebagai driver ojek online atau ojol sejak dua tahun  lalu.

Bagi Angga, menjadi driver ojek online adalah hal yang menyenangkan karena disana Angga mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman.

Selain itu, Angga juga menemukan sosok ayah dan sahabat yang luar biasa. Angga sering merindukan mendiang ayahnya yang meninggal saat ia kelas 2 SMP dan disitulah rasa rindunya sedikit terobati.

--

Angga mengedarkan pandangannya mencari Pak Setyo -Penumpangnya-. Sesekali ia melihat ponselnya, mengecek lokasi yang telah di tentukan.

"Pak Angga ya?"

Angga menengadahkan kepalanya yang sedari tadi menunduk melihat ponsel.

"Iya pak, dengan pak Setyo?"

"Betul. Langsung ke lokasi ya, saya sedikit buru buru."

Angga memberikan helm kepada penumpang dan segera melajukan motornya.

Perjalanan terasa sepi karena tidak ada pembicaraan. Angga itu pendiam dan tentunya tidak banyak bicara. Angga hanya akan berbicara seperlunya saja.

Angga memang ramah, tapi bukan berarti banyak bicara. Angga hanya tidak bisa membuka topik pembicaraan, maka dari itu Angga lebih memilih diam.

Kurang lebih 20 menit berkendara, akhirnya Angga sampai di lokasi tujuan penumpang. Pak Setyo yang katanya sedikit buru buru dengan cepat membuka helm dan memberikan ongkos sesuai harga. Angga pun menerimanya dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

Bersama motor matic kesayangannya, Angga kembali berkendara. Motor matic berwarna hitam dengan stiker kecil berbentuk unicorn di samping spion. Jangan kira itu ulah Angga, itu ulah adik perempuannya yang berusia 5 tahun dan sangat menyukai unicorn. Angga sebagai kakak yang baik tentu membiarkan apa yang membuat adiknya senang.

Berhubung tadi Angga tidak sempat sarapan dirumah, maka Angga menyempatkan waktu ke warteg langganannya. Namun, dilihatnya warteg tersebut masih tutup.

Angga melihat jam yang melingkar ditangannya, masih jam 8.

Pantesan, baru jam segini ya belum buka lah.

Angga pun pergi menuju warkop tempatnya berkumpul dengan teman-teman ojol lainnya. Mungkin beberapa gorengan opsi yang tepat untuk sarapan.

--

"Ga, tipe cewek lo kaya gimana sih?"

Angga menoleh, satu alisnya terangkat pertanda heran.

"Jawab aja si, gue pengen tau aja. Abisnya lo betah banget 20 tahun sendiri. Apa jangan-jangan.."

Buru-buru Angga memotong ucapan temannya sebelum berkata yang tidak benar.

"Gue normal Yo."

"Terus kenapa lo masih betah sendiri?" Tanya Aryo - teman Angga - yang hanya dibalas gedikan bahu.

Aryo mendengus, "Sialan, gitu terus jawabnya."

Ari yang tak sengaja menguping pembicaraan Angga dan Aryo pun memberi saran.

"Tapi kayaknya lo harus nyoba pacaran deh ga, biar ga kaku kaku amat soal cinta."

"Gue ikutin alur aja."

"Alur itu dibuat ga, bukan diikutin."

"Hmmm"

"Jangan hmm hmm aja lu ga, semangat cari pacar!" Ucap Aryo semangat.

Malas berdebat, Angga pun menjawab asal.

"Iya, bulan depan gue punya pacar."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anggi(a)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang