S A T U

231 87 77
                                    

Jangan pernah menyia-nyiakan apa yang kamu miliki, sebab yang kamu inginkan belum tentu seindah apa yang kamu miliki.

...

Bandung, 14 Mei 2010

Senja Mina Aleta nama seorang anak perempuan berumur 7 tahun yang sedang duduk di ayunan taman bermain dekat rumahnya, tatapannya hanya kosong lurus ke depan seakan tak peduli dengan keadaan yang ada di sekitar.

Setiap hari dalam kehidupannya selalu seperti ini, tak pernah ada yang berubah. Kosong, sunyi, senyap, sudah menjadi bagian dalam hidupnya. Orang-orang terdekatnya seolah-olah tak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri.

Disaat anak-anak lain yang seumuran dengannya mendapat kehangatan berupa kasih sayang dari orang-orang terdekat, berbeda halnya dengan Senja. Ia bahkan tak tau apa maksud kehangatan dalam sebuah keluarga. Miris bukan? Begitulah kehidupan, tidak semua orang bisa merasakan apa yang seharusnya ia rasakan.

Senja sangat ingin seperti anak-anak pada umumnya yang mendapatkan perhatian orang tua, tapi apa daya semesta berkata sebaliknya. Takdir seolah tidak mengizinkan ia merasakan semua itu, takdir Senja tidak seindah arti dibalik namanya.

Rintik hujan tiba-tiba berjatuhan, padahal sedari tadi tidak ada tanda-tanda menunjukkan akan turun hujan. Rintik hujan itu sudah mulai membasahi Senja, tetapi tidak ada sama sekali niat dalam dirinya untuk beranjak dari ayunan itu.

Seorang anak laki-laki memperhatikan Senja dari jendela kamarnya, ia sudah sering memperhatikan Senja dari kejauhan seperti ini. Bahkan ia sudah hafal waktu-waktu tertentu Senja datang ke taman bermain yang ada di depan rumahnya.

Pemilik nama Langit Mark Dirgantara itu tak pernah bosan terus-terusan memandangi Senja, mungkin juga sudah menjadi candu untuknya. Sebenarnya Langit penasaran apa penyebab Senja selalu datang ke taman bermain itu sendirian, pasalnya anak seumuran mereka biasanya datang ke taman bermain itu dengan didampingi oleh orang tua termasuk juga seorang Langit.

Hujan belum begitu lebat, namun yang Langit herankan mengapa Senja belum beranjak juga. Lalu muncul inisiatif anak laki-laki yang juga seumuran dengan Seira itu mengambil payung yang ada di pojok kamarnya, Langit ingin memberi payung itu pada senja. Walaupun sepertinya Senja tidak berniat untuk pulang, setidaknya ia tidak kehujanan. Kira-kira itulah yang ada di dalam pikiran Langit saat itu.

Langit berjalan menuju pintu utama rumahnya, namun ketika di ambang pintu ia menghentikan langkahnya saat mendengar mamanya memanggil. Langit pun sontak menoleh ke belakang mencari keberadaan mamanya.

"Langit kamu mau kemana sayang? Kan lagi hujan"

"Em itu ma"

Adelia mamanya langit melihat apa yang ditunjuk oleh Langit, lalu ia melihat sesuatu yang ada digenggaman anaknya. Seakan mengerti apa yang akan langit lakukan, Adelia pun tersenyum hangat dan menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan apa yang Langit ingin lakukan.

Langit pun membalas senyuman mamanya, ia sangat beruntung memiliki orang tua yang sangat mengerti dirinya. Orang tua langit tak pernah melarang apa yang ingin ia lakukan, selama itu adalah sebuah kebaikan pasti mereka selalu mendukung Langit dengan cara apapun.

Tidak ingin menunggu lebih lama lagi, langit segera menghampiri Senja. Hujan juga semakin deras, ia lalu berhenti tepat di hadapan Senja sambil memayungi mereka berdua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang