01 - Welcome, Seoul

48 4 0
                                    

"Sometimes you just keep your feelings to yourself because it's hard for anyone else to understand

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sometimes you just keep your feelings to yourself because it's hard for anyone else to understand."

happy reading!!

➖➖➖➖➖

"Terimakasih sudah membantu, lain kali anda harus datang ke rumah untuk makan bersama," Mamaku mengobrol dengan salah satu tetangga kami dengan senyum manisnya itu, katanya beliau adalah teman baik Papa.

"Yuri-ah, sampai kapan kamu begitu sungkan dengan aku? Almarhum suamimu sering membantuku, jadi sudah seharusnya aku ikut membantu kepindahanmu," perkataan tetangga baruku itu membuatku terdiam.

Kulirik mama yang seketika tersenyum sendu lalu melanjutkan obrolannya dengan tetangga baruku itu.

Aku menghela nafas lalu tertunduk, sudah tujuh tahun, tetapi aku belum terbiasa dengan... ketidakhadiran Papa saat ini.

"Heh, jangan bengong, bantuin kakak angkatin barangnya lagi," Kak Hyunbin menyentil kepalaku tiba-tiba.

"IH SAKIT!!" Teriakku yang membuat Mama, tetangga baruku dan juga lelaki yang berada disamping Mama ikut terkejut.

"Jessi, kenapa teriak-teriak?" Tanya Mama masih dengan wajah terkejutnya.

"E-eh itu--" Aku terkekeh malu kemudian dan Kak Hyunbin yang tertawa membuat Mama menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalian tuh ya, akur dikit depan orang baru sebentar aja bisa ga sih?" Mama terkekeh kemudian.

"Gapapa, Yuri. Dejun dengan adiknya juga suka kayak gitu," Ucap wanita itu.

Oh... jadi lelaki yang disamping mama itu anaknya temannya Papa, aku memperhatikannya.

Seketika lelaki itu menatapku, aku tersentak lalu tersenyum kikuk, setelah itu aku masuk kembali ke dalam rumah.

.
.

"Kak, cowo yang diluar ganteng juga ya," Gumamku sambil menyimpan barang diatas rak dinding.

"Lu sekali aja gausah ganjen, bisa ga?" Kak Hyunbin menatapku datar.

Aku terkekeh,
"Kan aku penyuka cogan."

"Punya kakak cakep gini emang ga cukup?" Kak Hyunbin melanjutkan pekerjaannya.

"Ngomong sono sama tembok!" Aku mendengus lalu naik ke lantai 2.

Kak Hyunbin menatap kepergianku dari ruang tengah dengan wajah bingung, lalu ia menatap tembok,
"Woy tembok, gua cakep kan? Jessi doang yang matanya katarak kan? Edan bocah."

[1] A Million Pieces | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang