02

16 0 0
                                    

"Aku benar-benar tidak habis pikir." Karin menghentakkan kaki sepanjang jalan.

"Sekali lagi kau menghentakkan kakimu dan menggerutu tidak jelas, aku pastikan akan menyeretmu sampai kampus."

"Bayangkan! Tadi malam aku dapat call dari Meishka kalau aku direkomendasikan untuk jadi asisten dosen Miss Vello. Oh God, yang benar saja!"

Karin memang pintar, tapi setengah bodoh. Ia akan berusaha sebisa mungkin untuk belajar di mata kuliah yang ia suka.

Communication Skills salah satunya. Ia sangat suka belajar bagaimana berbicara di depan umum yang baik dan segala hal tentang Communication Skills. Tapi pelajaran itu tidak gadis itu terapkan ketika berada di dekat Kenneth. Ia selalu berkata asal dan semaunya.

"Kenapa Meishka merekomendasikanmu?"

"Ya karena dia tahu aku pintar." Meishka salah satu teman baik yang Karin punya di kampus, selain Calista dan Kenneth tentunya. Mereka bertemu saat orientasi mahasiswa. Tepatnya tahun 2017. Berarti umur persahabatan mereka sudah hampir menginjak dua tahun.

Kenneth menaikkan alis kirinya.

"Tutup mulutmu, Kenneth. Aku tahu sebentar lagi kau akan tertawa iblis."

"Terus? Kau jawab apa?" Tanya Kenneth.

"Aku? Aku diam. Aku lagi makan Cheetos, jadi aku tidak bisa menjawab. Mulutku penuh."

"Jadi kau diam saja?" Kenneth mengerutkan dahinya.

"Ya."

Kenneth menghela napas. Tidak baik mengobarkan emosi yang berlebihan di pagi hari.

Baguslah kalau gadis itu memiliki kesibukan di kampus. Ia dapat memperbanyak koneksi dan setidaknya intensitas untuk mengganggu Kenneth berkurang sedikit.

***

"Meishka! Kau benar-benar ya! Kenapa merekomendasikanku?" Tuntut Karin saat mereka berjalan ke Lesha Café di kampusnya.

"Memangnya kenapa? Di mata kuliah Communication Theory semester satu nilaimu bagus, mata kuliah Comm Skills semester dua lalu juga nilaimu bagus kan? Tertinggi di kelas lagi. Jadi, ya apa salahnya kau jadi asisten dosen Comm Skills semester ini?

"Aku malas!"

"Ada aku."

Karin menoleh. "Kau juga asdos Comm Skills?"

"Ya. Ada satu kakak tingkat kita juga. Tebak siapa." Meiskha tersenyum genit sambil menyenggol bahu Karin.

Karin berhenti melangkah. Ia tidak habis pikir. Karin tahu pasti kalau Meishka ikut menjadi asisten dosen Communication Skills hanya untuk bertemu Axel. Ia sangat memuja Axel.

***

Kenneth menyodorkan snack yang baru ia beli di FairPrice ke gadis yang sedang duduk meringkup selimutan di sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenneth menyodorkan snack yang baru ia beli di FairPrice ke gadis yang sedang duduk meringkup selimutan di sofa. Ia menaikkan derajat ac di kamar apartemennya.

"Bagaimana?"

"Udah lumayan. Tidak sedingin tadi."

Kenneth duduk di pinggir sofa sambil mengunyah permen mint kesukaannya. "Ck, bukan suhu ruangan. Maksutku bagaimana pertemuan perdana asisten dosen Comm Skills tadi sore?"

"Aku udah berusaha melupakannya dengan nonton film di tempatmu dan kau seenak jidat mengungkit kembali soal itu?" Karin menoleh seraya menyipitkan matanya ke arah Kenneth

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku udah berusaha melupakannya dengan nonton film di tempatmu dan kau seenak jidat mengungkit kembali soal itu?" Karin menoleh seraya menyipitkan matanya ke arah Kenneth.

Kenneth tidak menanggapi pertanyaan Karin. "Alex benar ikut?"

"Sejak kapan kau bekerja sebagai spy? Kau belajar dari film apa? Aku mau nonton itu aja! Aku lagi bosan dengan korean drama. Bagaimana? Ayo apa film spy yang kau tonton?"

Kenneth melempar bantal ke arah Karin. Padahal gadis itu sendiri yang memberitahu Kenneth lewat pesan, sebelum pertemuan perdana dimulai. Percuma saja memang menanyakan tentang kegiatan yang Karin lakukan sehari-hari tanpa Kenneth. Toh perempuan yang sudah ada di hidup Kenneth dari kecil itu akan tetap mengikuti arus kehidupan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya. Kecuali, kalau gadis itu memang ingin bercerita. Tanpa Kenneth tanya, ia akan sendirinya menceritakan ceritanya dengan satu tarikan napas.

"Kau benar-benar bosan dengan pertemuan perdananya? Berapa orang tadi? Pita suaramu pasti tidak kau gunakan ya tadi?"

"Sekali lagi kau berbicara tentang itu, aku lempar sofa abu-abu ini ke arahmu, ya," ancam Karin.

"Lagi pula, Ken, Miss Velo sangat membosankan. Ia terus menerus bercerita tentang anaknya yang tidak suka makan buah-buahan. Padahal ya, buah-buahan itu bisa ia jus dan tinggal suruh anaknya minum. 30 menit hanya ia habiskan dengan cerita itu. Bosan! Aku hampir tertidur. Tapi kau tahu, tatapan Meishka ke Alex benar-benar menyeramkan. Hish. Aku sempat merinding. Meishka seperti ingin memangsa Alex. Kalau aku jadi Alex, aku akan mengundurkan diri saat itu juga. Aku membayangkan kalau mereka tinggal dalam satu atap, tapi kasusnya adalah Meishka yang menculik Alex. Benar-benar menyeramkan, Ken!"

Benar saja. Satu tarikan napas.

***

Karin berdiri tepat di depan papan tulis. Ia kembali mengingatkan mahasiswi semester dua yang ia ajarkan tentang Comm Skills untuk mempersiapkan presentasi yang akan dilakukan minggu depan.

Getaran ponsel mengalihkan perhatiannya ke screen saver bergambar piano hitam di ruangan putih.

"Sudah mengingatkan mereka untuk kumpul tugas hari ini di satu file saja dan dikumpul ke ketua kelas?"

"Ah, aku lupa. Terima kasih sudah mengingatkan."

Karin memasukkan ponselnya ke saku celana.

Selesai kelas, ia berjalan menuju lantai lima ke ruangan asisten dosen untuk meletakkan map berisi materi-materi Communication Skills selama satu semester. Hari ini cukup melelahkan karena baru hari pertama ia menjadi asisten dosen, Miss Warren tidak masuk. Ia harus menggantikan dosen modis itu menerangkan materi untuk bahan presentasi kelasnya minggu depan.

Langkah Karin terasa ringan karena pulang dari kampus, ia berencana untuk nonton bersama Kenneth di tempat pria itu sambil menghabiskan snack-snack kesukaannya yang Kenneth belikan khusus untuknya. Ia tersenyum tidak sabar membayangkan betapa serunya nanti.

Tin... tin...

Klakson mobil berbunyi tepat di depannya saat Karin baru keluar dari lobby. Kaca mobil itu terbuka perlahan. Senyumnya menghilang seketika saat melihat pria yang duduk di kursi penumpang dengan pandangan tertuju padanya.

Karin melihat sekitar. Ia menghela napas. Untung hanya ada dua satpam dan satu mahasiswi yang sedang duduk memainkan ponselnya di pinggir tangga persis depan pintu lobby.

"Masuk."

Sepuluh SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang