- Satu

25 6 12
                                    

            " Mimpi itu  menyiksaku,tapi aku
                    tak ingin segera bangun"
                                - Zhavira

Nafasnya tercekat. Ia terduduk diatas ranjangnya dengan wajah yang dipenuhi keringat. Ia, seorang gadis bernama Zhavira, kembali menghela nafas untuk yang kesekian kalinya.

Mimpi itu lagi

Zhavira, atau gadis yang sering dipanggil Vira itu tak langsung turun dari kasurnya. Ia malah sibuk melamun, memikirkan potongan- potongan mimpi yang beberapa hari terakhir ini tidak pernah absen mendatanginya.

Zhavira sudah mengatakan tentang hal ini kepada orang tua dan kakaknya,tetapi mereka mengangga seolah itu adalah hal biasa. Zhavira bingung, ia tidak tau apa yang harus dilakukan.

"Zhaviraa, bangun sayangg" teriak sang bunda dari lantai bawah. Zhavirapun tersadar dari lamunannya.

"Iya bundaa, vira udah bangun" balas vira dengan berteriak juga

Setelah selesai dengan rutinitas paginya, Zhavira turun untuk sarapan bersama keluarganya.

"Pagi, semua" sapa Zhavira.

"Pagi" jawab ayah,bunda,dan abang Zhavira

"Ayah,bunda" panggil Zhavira pelan

"Iya nak,ada apa? " tanya ayah

"Semalam Vira mimpi itu lagi yah" ucap Zhavira. Memang Zhavira memanggil dirinya sendiri dengan sebutan Vira jika bersama orang-orang terdekatnya.

"Itu hanya bunga tidur nak" ucap ayah pelan sambil menghela nafas

"Iya sayang, jangan terlalu dipikirkan ya"hibur bunda

"iya ayah bunda" jawab Vira

Vira berdiri dan menyalim kedua orang tuanya secara bergantian untuk berpamitan setelah selesai dengan sarapannya. Sembari bernyanyi pelan, Vira melangkahkan kakinya ke garasi untuk mengeluarkan sepedanya.

Vira memang naik sepeda jika ingin pergi kesekolah, atau terkadang diantar oleh abangnya. Jarak dari rumah Vira kesekolah memang tidak terlalu jauh. Pernah sekali ayahnya menawarkan untuk membelikannya mobil, tetapi Vira menolak. Bukan karena apa-apa, Vira hanya tidak ingin terlihat seperti orang berada di hadapan teman-temannya. Walaupun kenyataannya Vira memang berasal dari keluarga yang cukup berada.

Vira mulai meng-goes pedal sepedanya. Sesekali ia bersenandung dengan lirik acak. Setiap bertemu dengan orang yang dikenalnya, Vira akan memberikan senyuman termanisnya. Memang begitulah seorang Zhavira. Ramah dan sopan.

"Pagi pak Udin" sapa Vira sesaat setelah ia nelewati gerbang sekolah. Pak Udin adalah satpam disekolah mereka.

"Pagi neng Vira"jawab Pak Udin lalu kembali menyeruput kopi hitamnya yang tadi sempat menganggur.

Vira memarkirkan sepedanya. Ia juga tak lupa untuk menggembok sepedanya. Zhavira berjalan melewati koridor kelas sebelas yang sudah cukup ramai. Maklum saja, ini adalah hari senin.

Vira masuk ke dalam kelas XI Mia 4. Zhavira memang tidak terlalu pintar dalam hal akademik. Itu sebabnya dia ditempatkan di Mia 4 bukan Mia 1. Tas Vira kini sudah tergeletak diatas mejanya.

"Pagi Vira" ucap Syakira, sahabat sekaligus teman sebangku Vira.

"Pagi Kira" jawab Vira

"Tugas kimia kamu udah selesai belum? " tanya Kira

"Ah, aku lupa Kira" ucap Vira

"Kamu ini kebiasaan Vira" ucap Kira sambil geleng-geleng

"Nih, nyontek pr aku aja, gak bakal sempet kalau bikin sendiri" tawar Kira

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNTOUCHABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang