Brother Promised Me A Week

54 18 9
                                    

Jumat, 15 Juni 2018.

Daratan basah, air menggenang di atas jalan beton, kendaraan lalu lalang di hadapan calon pengguna zebra cross beberapa menit ke depan. Bodohnya diri ini. Aku lupa kalau sudah meninggalkan obat di kamar, sudah begitu sekarang hujan.

"Kei," panggilnya.

Dadaku bergemuruh. Sekarang? Dia datang?

"Kei." Lagi.

Aku diam seiring turunnya air di sekitar, bibir terkatup rapat bersama dengan awan gelap yang murung di atas, tak ada bualan atau sekedar senda gurau seperti yang lalu. Mataku melirik meski merasa hal itu tabu, tubuhnya ada di sebelahku, tangannya yang masih sepucat dulu menggenggam payung semirip manik yang kuingat adalah miliknya. Aku rindu kakak.

"Kei." Ia masih akan memanggilku meski aku tak menjawab. "Hei, kamu marah?"

Lirikanku beralih dari tubuh ringkihnya ke rambu penyebrangan.

"Selamat ulang tahun."

Ia berjalan menuju sebrang bersamaan dengan datangnya sebuah mobil dari arah kanan, tak ada yang terkejut, aku dan mereka hanya diam melihat mobil itu tetap melaju.

Sabtu, 16 Juni 2018.

"Acchan." Manik matanya menyerobot masuk ke dalam perhatianku, senyumnya secermelang kakak yang dulu.

Yukimura menarik kursi ke dekat mejaku lalu duduk di sana, ia mulai bergosip banyak hal. Banyak. Dan, aku hanya diam mendengarkan.

"Ne, Acchan, kamu tahu soal kasus bunuh diri di jalan kemarin? Yang menabrak mobil itu," ujarnya memulai pembicaraan lain. "Angka bunuh diri di sekitar sini makin meningkat, Ibuku makin protektif, bahkan keluyuran lewat jam enam malam aku akan kena sanksi. Beruntung di sekolah ini tidak ada kasus seperti itu."

Aku menunduk saat tiba-tiba merasa merinding, tanganku dengan liar mencari sebuah tempat seperti botol kecil di kolong meja, napasku memburu. Cepat, sebelum dia datang.

"Acchan?"

"Yuki ... kakakku datang," ujarku dengan gemetaran.

Kulit pucatnya mampir ke mahkotaku lalu mengusapnya perlahan, hujan di luar sana baru saja menjadi deras. Maniknya yang muncul menenggelamkan.

"Kei, sesuai janjiku, kan?"

Aku harus minum obat itu. Yukimura langsung panik karena kata-kataku.

Minggu, 17 Juni 2018.

Hari ini libur, di luar hujan. Seperti hari itu, selalu hujan.

"Kei, makan-makananmu, nanti dingin." Ibu tersenyum padaku.

Aku menurutinya tapi tak berkata apapun untuk membalas itu, hari itu juga kami makan bersama seperti ini, lengkap. Tak ada yang tertinggal.

Selepas makan, aku melihat halaman belakang dari jendela. Tangan pucat dan payung biru yang sama dengan matanya, senyumnya membuatku merasa berdosa. Tetapi, aku rindu wajah pucat kakak.

Pintu kubuka, langsung kukejar dia. Aku menangis, air mataku tumpah bersama dengan rinai yang membaui tanah.

"Kakak maafkan aku ... Kak ...," gumamku.

Hari itu pertama kalinya dalam lima tahun terakhir aku terkena basah air hujan.

Senin, 18 Juni 2018.

Aku demam. Aku sakit. Bukan salah kakakku itu, bukan salah ibu maupun ayah. Bukan salahku juga.

Tak ada yang bisa menjagaku, mereka punya pekerjaan.

Brother Promised Me A WeekWhere stories live. Discover now