Sebenarnya masa kecilku bukanlah hal yang menyenangkan untuk diingat.
Kalau di ingat - ingat lagi, dibanding kenangan yang indah, lebih banyak kenangan yang menyakitkan.
Tidak banyak yang kuingat sebenarnya, hanya saja kebanyakan yang kuingat adalah saat dimana aku lebih banyak terluka baik fisik maupun batin.
Aku pernah sekolah seperti kebanyakan anak pada umumnya, ya walaupun hanya sebatas kelas tiga bangku sekolah dasar.
Sepanjang kenangan sekolahku, aku pernah cuti satu tahun karena harus ikut orang tua tinggal ditengan hutan, mencari nafkah disana, aku juga pernah pindah sekolah ke desa karena ikut orang tua juga.
Aku tergolong anak yang pandai dikelasku, sering mendapat peringat satu diantara teman - teman sekelasku
Mungkin anak jaman sekarang akan menyebutku culun karena aku kebanyakan menghabiskan waktuku membaca buku pelajaran cetak sekolahku, tentu karena aku memang suka membaca.Aku pernah tanpa kusadari menjadi korban pelecehan tukang becak
Saat itu aku terpengaruh temanku untuk mencuri mangga di halaman rumah orang, saat itu karena pemiliknya tiba - tiba muncul, kami berpencar agar tidak ditangkap dan dimarahi
Aku yang tidak tau harus ngumpet dimana hanya bisa berdiri kebingungan, sampai tiba - tiba seorang tukang becak memanggilku untuk sembunyi dibecaknya, tentu saja aku yang polos hanya menuruti apa kata orang itu, yang penting saat itu aku bisa sembunyi.
Dia mengajakku mengobrol sambil tangannya mulai mengelus pahaku yang saat itu memakai celana pendek.
Aku yang merasa risih berusaha menyingkirkan tangannya dariku, tapi dia tidak perduli karena dia terus mengelus pahaku.
Saat dirasa sudah aman aku langsung pamit pergi karena aku juga sudah tidak betah, untunglah dia tidak menahanku.
Kejadian itu hanya kuceritakan pada kakak perempuanku, selang beberapa hari baru kusadari ternyata kakak perempuanku yang hanya berbeda 1 tahun dariku itu menceritakan kejadian itu pada ibuku.
Lalu ibuku yang tidak terima mengonfirmasi kejadian itu padaku dan melapor ke polisi.
Aku sempat ditanya polisi dan bahkan saat itu wartawan pun datang meliput.
Berita itu masuk ke berita tv lokal.
Awalnya aku tidak tau, tapi selang berapa minggu aku baru sadar, tidak perduli nama dan wajahku disamarkan sekalipun, mereka, orang - orang sekitarku tetap mengenali bahwa itu aku, syukurlah saat itu aku masih tidak menyadari bahwa itu adalah aib untukku, jadi aku tetap menjalani hidupku dengan baik setelah itu, ya walaupun gak sebaik sebelum kejadian itu, tapi setidaknya itu tidak mempengaruhi mentalku.
Kasus itu yang aku ingat diselesaikan secara kekeluargaan, dimana pihak tersangka membayar denda pada pihakku.
Saat itu ayahku yang malas bekerja menggunakan uang damai itu untuk membeli tv tanpa merundingkannya lebih dulu.
Selama beberapa minggu setelah kejadian itu aku harus sembunyi - sembunyi untuk bermain diluar rumah, ayahku yang jarang pulang kerumah akan memarahiku saat tau aku bermain keluar, dia bahkan pernah menyeretku dengan memegang bajuku, tidak perduli jika aku terseret sepanjang jalan tanpa bisa menggunakan kakiku untuk berjalan, tanpa perduli aku menangis sepanjang jalan memohon ampun.
Ayah bilang dia malu karena kejadian itu.
Saat kecil ayahku jarang pulang kerumah, saat pulangpun dia jarang bekerja, dia adalah tipe kepala rumah tangga yang ringan tangan.
Saat kami tinggal ditengah hutan ayahku pernah menyiramku dengan air cuci tangan, aku gak ingat apa alasannya tapi setelah itu yang aku ingat ibuku membantuku mengganti pakaian sambil menahan tangis dan aku yang hanya bisa menunduk tanpa berani menangis seperti anak kebanyakan saat disakiti karena takut ayahku justru akan memukulku.
Dulu saat aku masih tinggal ditempat kelahiranku, aku dan saudaraku satu - satu nya pernah menjadi saksi saat dimana ayah kandungku melukai wajah ibuku tepat dibawah hidungnya hingga berdarah dan harus menerima jahitan yang hingga sekarang menyisakan bekas jahitan yang tidak akan pernah hilang.
Aku pernah bahagia saat aku sekolah dikampung ayahku, aku memiliki teman laki - laki yang selalu bermain denganku saat jam istirahat, saudaraku bahkan mengatakan aku dan dia seperti film india, dimana kami berlari saling mengejar memutari sekolahku yang sederhana, tak jarang karena itu tumbuhan yang kami sebut rumput kembang api, yang kalau tersentuh sesuatu yang berbahan kain akan menyangkut, selalu nempel di kaos kaki yang kami gunakan dengan banyaknya, setelah itu kami harus repot melepasnya sedikit demi sedikit.
Aku pernah sengaja sembunyi sepulang sekolah hanya untuk membuntuti dia pulang kerumah karena ingin tau dimana dia tinggal, saat itu aku tidak tau bahwa yang aku rasakan adalah cinta monyet, yang aku tau aku suka bermain dengannya, aku bahagia hanya dengan melihat anak lelaki yang paling keren dan ganteng dikelasku pada masa itu.
Aku bahagia sekolah disana karena semua guru memuji kepintaranku, aku juga memiliki teman lelaki yang asik.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE
Non-FictionINI BUKAN CERITA FIKSI.. HANYA LAGI PENGEN CARI TEMPAT PELAMPIASAN DARI RASA FRUSTASIKU GAK BACA JUGA GPP GAK VOTE JUGA GPP TUJUANKU CUMA NYARI TEMPAT BUAT NUMPAHIN UNEG2KU