S A T U

50 9 2
                                    

TOK!! TOK!! TOK!!

"Jessy sayang bangun nak, ibu akan pergi ketoko sekarang".

Wanita berstelan rapi itu mengetuk pintu putih didepannya sekali-kali menempelkan telingannya didaun pintu itu berharap anaknya menjawab namun tetap saja hening didalam sana.

Ia menghela nafasnya lalu kembali mengetuk, masih memanggil dengan nada lembut yang biasa ia gunakan.

"Jessy"

CEKLEK!

Pintu itu terbuka dengan cepat, membuat wanita ini mundur selangkah lalu tersenyum menatap gadis dengan rambut kusut sambil mengucek matanya yang masih mengantuk. Ditatapnya anak itu sebentar lalu dikecup keningnya dan dipeluk.

"Uhh..... ibu berisik".

"Selamat pagi juga sayang," Balasnya lalu melepaskan pelukan itu, mengambil dompet dan menarik beberapa lembar uang. "Jajan mu hari ini,"

Ia menatap uang itu sebentar kemudian mengambilnya, "Ibu mau kemana?"

"Ke toko, lihat-lihat saja. Siapa tau toko bunga ibu jauh lebih berkembang dari yang kemarin, soalnya ibu lihat banyak pesanan dan ibu penasaran ingin cek saja" Jelas Sang ibu.

"Aku cuma nanya ibu kemana, kenapa dijelasin sepanjang itu?" Balas Jessy lalu melengos keluar kamar menuju tangga, Sang ibu hanya menggelengkan kepala lalu mengekori anaknya dibelakang.

"Ayah mana bu?" Tanya Jessy setelah menguap.

"Rumah sakit, apalagi?" Jawab ibu.

Selepas turun dari tangga sudut matanya melihat pergerakan diujung membuatnya menoleh langsung kekiri. Disana ada lelaki remaja tengah sibuk berkutat dengan stik ditangannya menatap layar TV didepan dengan playstasion-nya yang menyala.

Gadis itu menaikkan setengah bibir kanannya, mendesis kesal. Kemudian menoleh kebelakang. "Kok ibu biarin masuk sih?"

Sang ibu terus berjalan menuju meja makan dan diikuti Jessy, tanpa menjawab pertanyaan anaknya itu. Ia menyendok nasi goreng yang masih terlihat asap mengepul diatasnya itu ke piring kemudian memberikannya kepada anak gadisnya.

Tanpa basa-basi langsung dilahap oleh Jessy. Asal kalian tau, gadis satu ini tidak pernah mencuci muka sebelum makan bahkan hanya sekedar menyisir rambutnya yang kini mirip singa.

Dan ibunya diam saja dengan sifat anaknya itu, bukannya tak mau menasehati. Tapi Jessy memiliki ribuan alasan yang akan membuat Sang ibu kehabisan kata-kata dan terdiam.

Ia pernah ragu apakah ini memang anaknya atau bukan.

"Ibu belum menjawab pertanyaanku" Ucap Jessy lalu mendongak melihat ibunya yang berdiri disebelah, tengah menuang nasi goreng itu lagi kepiring yang entah untuk siapa.

"Yang mana?"

"Tadi, kenapa ibu biarkan anak dajjal itu masuk?" Jawabnya. Membuat ibu mendelik tak percaya.

"Anak dajjal? Wah kurang ajar sekali kau Jessy, seminggu tak bertemu mulutmu semakin parah rupanya"

Bukan ibu yang menjawab, lelaki yang diruang tengah tadi itu berjalan kearah mereka dengan langkah santai lalu ikut pembicaraan mereka begitu saja. Oh, jangan lupakan senyuman yang terus ia lakukan membuat Jessy semakin benci padanya.

"Harusnya kau menghilang saja selamanya Allen!" Balas Jessy lalu merotasikan bola matanya.

Allen duduk tepat disebelahnya kemudian ibu memberikan nasi goreng tadi ke pria itu, Jessy kembali memutar bola matanya malas dan melanjutkan makan.

The InfectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang