[1] F*cking Fate

223 33 20
                                    

"Sudah lama menunggu?"

Gadis bersurai kecokelatan yang terlihat angkuh nan seksi itu mendongak begitu mendengar suara husky yang amat familiar. Ia baru saja menyeruput habis gelas americano keduanya setelah menyecahkan diri di sudut kafe langganannya saat tiba-tiba saja Ji Yong mengambil tempat di hadapannya.

Pria yang sedari tadi ditunggunya itu telah datang dengan balutan jas mewah di badan tinggi tegapnya. Seringaian terbit di salah satu sudut bibirnya. Tajam dan mematikan.

Kwon Ji Yong.

Pria kaya raya, idaman setiap wanita dengan manik elang yang membuatmu lumpuh dalam sekejap terkena tatapan mautnya. Dalam sekali lirik, aura memabukkan pria itu akan menguar tak tertampik. Satu kata yang mampu menggambarkan penampilannya—sempurna.

"Belum terlalu lama," jawab gadis itu parau penuh dusta.

Ya. Berbohong.

Sandara bahkan telah tiba di tempat ini setengah jam sebelum waktu yang dijanjikan, dan pria berpenampilan perlente di hadapannya terlambat hampir satu jam. Pria itu memang selalu tidak benar ketika membuat janji. Konyolnya, gadis itu selalu datang lebih awal untuk menunggunya

Berharap pria itu datang tepat waktu? Astaga, lupakan pemikiran bodoh itu!

Gadis itu bahkan dengan lugunya telah menghabiskan waktu berjam-jam demi menata dirinya agar layak untuk dipandang. Berdiri mematung di depan lemari hanya demi mencari gaun yang pas, lalu berdandan habis-habisan untuk menyempurnakan penampilannya.

Kini gadis itu memang tampil mengagumkan dengan dress selutut berwarna maroon. Membalut pas tubuh proporsionalnya yang cenderung mungil. Walau memang gadis itu tetap terlihat cantik tanpa harus berdandan lebih, namun tetap saja pertemuannya dengan pria di hadapannya mengharuskan degupan jantung yang selalu berdetak tak karuan. Pertemuan yang sangat jarang karena kesibukan pria tersebut.

Atau karena hal lain yang menyangkut tentang hubungan mereka sendiri? Hubungan yang bahkan terlalu rumit untuk sekadar dijelaskan.

"Maafkan aku yang selalu membuatmu menunggu," ucap Ji Yong seraya menarik kursi tanpa harus dipersilakan.

"Gwaenchanna."

"Urusan kantor benar-benar mencekikku secara perlahan."

Sandara mengulum senyum di balik tatapan memujanya pada pria di hadapan. Tak peduli jika itu hanya sebuah keluhan singkat, yang jelas ia selalu menikmati saat-saat bersama dengan Ji Yong. Mendengarkan pria itu berbicara melantur dengan suara khasnya serta melihatnya tampak baik-baik saja sudah cukup bagi Sandara. Selama ini ia tidak pernah meminta lebih.

"Benar-benar khas Tuan Sok Sibuk," cibir Sandara dengan seringaian.

Ji Yong tertawa pelan lalu mengacak surai kecokelatan gadis tersebut dengan tangan kokohnya. Bodohnya, Sandara hanya bisa tertegun mendapati perlakuan manis yang sangat jarang ditunjukkan Ji Yong tersebut. Tawa pria itu bahkan terdengar amat merdu untuk mengalun di indera pendengaran Sandara.

Cih! Pria itu bahkan tak berusaha untuk meredakan amarahnya, namun bagaimana bisa gadis itu terbuai dengan begitu mudah?

"Kau sudah memesan makanan?"

Sandara menggeleng. Kali ini ia jujur. Perutnya memang sudah terlalu kembung dengan cairan hitam pekat yang sedari tadi menjadi temannya selagi menunggu kedatangan Ji Yong.

"Kau ingin makan di sini atau—"

"Langsung ke apartemenmu saja."

Alis Ji Yong terangkat samar mendengar interupsi dari gadis di hadapannya. "Memasak di sana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heart-BreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang