Penulis : Nike Meri Andhini

17 11 4
                                    

#Cerpen
#Perjuanganku

Adnan, lelaki tampan, ramah dan sholeh. Namun sayang, dia terlahir dari kalangan keluarga kurang mampu. Tapi Adnan selalu mensyukuri apa yang orangtua-nya punya selama ini.

"Setelah lulus SMA, kamu mau lanjut apa?" tanya Adnan pada Siska-kekasih Adnan-.

Siska dan Adnan sama-sama terlahir dari kalangan orang tak mampu. Mereka berjuang bersama untuk bisa sekolah.

Sekarang, Adnan dan Siska sedang menginjak kelas dua belas. Sebentar lagi mereka akan lulus.

"Aku sih pengenya kuliah. Tapi, bapak pasti gak ada uang," keluh Siska.

"Kalo aku sih ya apa aja deh, yang penting lanjut," cengir Adnan.

Siska pun menunduk. Sepertinya Siska sangat ingin kuliah. Mewujudkan cita-citanya sebagai seorang arsitektur.

Sedari kecil sampai sekarang, Siska sangat suka menggambar. Dia selalu menggambar kerangka bangunan dan miniatur bangunan.

"Kalo kamu beneran pengen kuliah, nanti aku usahain," ujar Adnan.

"Beneran?" tanya Siska girang. Adnan hanya mengangguk.

"Aku akan usahain semampu aku, buat mengkuliahkan kamu," senyum Adnan.

"Makasih." balas Siska sambil tersenyum.

Keesokan harinya.

Sekarang adalah hari kelulusan bagi adnan dan Siska. Mereka sangat senang karena mendapat nilai yang sangat memuaskan. Ya, walaupun hidupnya tak berkecukupan, tapi mereka memiliki kecerdasan yang sangat istimewa.

"Ok, aku akan usahain cari kerja. Supaya bisa nguliahin kamu," ucap Adnan.

"Kita berangkat sekarang?" tanya Siska. Adnan pun mengangguk.

Adnan dan Siska pun pergi ke universitas terdekat di rumahnya. Dan kabar bahagia, Siska pun diterima di universitas itu.

"Mulai besok kamu udah berangkat. Nanti uang saku dan bayaran bulananya, aku yang bayar," ucap Adnan.

"Hehehe makasih." ucap Siska sangat gembira.

Siska pun sudah masuk kuliah. Adnan berusaha sekuat tenaga supaya bisa menguliahkan Siska, sang pujaan hati. Adnan rela menjadi buruh tani, kuli bangunan dan juga menjadi tukang cuci keliling. Hanya demi Siska.

Siska pun menjalankan kuliahnya dengan tenang dan aman.

"Adnan!" panggil seseorang. Adnan pun menoleh.

"Ada apa?" tanya Adnan.

"Siska tadi kirim pesan ke aku, dia minta di kirimin uang," ucap seorang lelaki seumuran Adnan.

Adnan pun mengambil Handpone lelaki itu. Dia pun membaca pesan dari Siska.

Ya, karena tinggal di desa. Jadi hanya ada beberapa orang yang bisa memiliki Handpone. Orang yang memiliki Handpone akan dikatakan 'konglomerat' oleh tetangga sekitar.

"Ya udah, tolong transferin!" pintah Adnan sembari memberikan uang yang berada di amplop coklat kepada lelaki itu.

"Ok." balasnya singkat.

Bertahun-tahun terlewati.
Kini Siska telah menjadi orang suskes. Cita-citanya terwujud menjadi arsitektur.

Siska sudah lama tak memberikan kabar pada Adnan. Karena sangat rindu, Adnan pun memutuskan untuk menemui Siska di tempat Siska bekerja.

Dengan pakaian compang camping gaya perdesaan. Adnan tak ada rasa malu sedikit pun untuk pergi ke kota.

Adnan melihat Siska yang sedang bergurau dengan seorang lelaki. Namun, Adnan terus positif thinking. Mungkin itu teman Siska.

"Siska," panggil Adnan. Siska pun menoleh.

'Ngapain dia kesini pake baju compang-camping? Malu-maluin!' batin Siska.

"Dia siapa, sayang?" tanya lelaki itu. Dan ternyata itu adalah kekasih Siska.

"Kenalin, pacarnya Siska," ucap Adnan sambil mengulurkan tanganya.

"A-apa?" tanya lelaki itu.

"Gak kok. Kamu apa-apaan sih ngaku-ngaku kayak gitu?! Aku tuh gak kenal sama kamu!" bentak Siska.

"Aku pacar kamu loh, kamu gak kenal aku?" tanya Adnan.

"Siapa sih?! Dasar orang gila! Pergi-pergi!" bentak Siska.

"Aku yang berjuang menguliahkan kamu, tapi kamu kayak gini sama aku?" isak Adnan.

"PERGI ...!" bentak Siska. Adnan pun pergi dengan rasa kecewa.

Adnan sangat sakit hati. Dia berjanji tidak akan menemui Siska lagi. Adnan pun memutuskan untuk bekerja di suatu perusahan sebagai buruh.

Tak disangka, anak dari pemilik perusahan itu menyukai Adnan. Mereka pun menikah. Wanita itu bersama Lisa.

Papah Lisa memberikan perusahanya pada Adnan. Supaya Adnan bisa mengolahnya sendiri. Papah Lisa yakin, Adnan pasti bertanggung jawab.

1 tahun kemudian.
Sekarang Lisa sedang mengandung. Usia kandunganya menginjak lima bulan. Karena bosan, Adnan mengajak Lisa jalan-jalan di taman.

"Mas, jangan lari-lari! Perut Lisa sakit," lirih Lisa.

"Iya-iya maaf, sayang. Mas gak lari deh," ucap Adnan.

Adnan pun berjalan di samping Lisa. Sesekali Adnan mengelus perut buncit istrinya itu.

"Bumil buncit," ledek Adnan.

"Ih jahat!" gerutu Lisa.

"Bercanda." tawa Adnan.

Saat mereka berjalan. Lisa melihat seorang wanita yang sedang menangis di bangku taman. Di sampingnya ada koper. Mungkin berisi pakaian.

"Mba," panggil Lisa. Wanita itu pun mendongak.

Dan ternyata dia adalah Siska. Siska sudah menikah dengan kekasihnya. Namun, suaminya itu telah mengkhianati Siska dan meceraikan Siska. Siska pun diusir.

"Adnan," panggil Siska.

"Siska,"

"Maafin aku. Dulu aku udah jahat sama kamu, dulu aku udah ninggalin kamu demi dia," tangis Siska.

"Kata maaf gak bisa merubah semuanya. Aku udah terlanjur sakit hati. Aku susah payah mengkuliahkan kamu, tapi gak ada balas budi dari kamu!" bentak Adnan.

"Aku mau jadi istri kamu," isak Siska.

"Aku gak sudi!" bentak Adnan. Adnan pun pergi meninggalkan Siska.

Tamat ... .

Bionarasi:

Saya lahir pada tanggal 8 maret 2005, di sebuah desa yang tak terlalu kumuh di daerah brebes, jawa tengah. Menyukai dunia literasi awalnya adalah saat membaca cerita milik orang lain. Dan aku bertekad, akan ikut membuat cerita juga.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang