They're not bad guys. Hanya menjalani hidup sesuai yang mereka inginkan.
Tinggal berdua di bawah atap yang sama, saling bahu-membahu membiayai kebutuhan hidup mereka berdua.
Pasangan menikah?
Bukan.
Pacaran?
Bukan juga.
Hanya sahabat sejak SMA.
Dan takdir hidup mereka serupa. Dari keluarga broken home. Mencontek gaya hidup orangtua mereka masing-masing.
Yang satu pencandu rokok.
Satunya lagi pecandu alkohol.
Tenang saja, mereka tidak pernah menyicipi narkoba. Mereka harus kerja untuk menyambung hidup, maka dari itu mereka menjauhkan diri dari narkoba apapun bentuknya biar tetap bisa menghasilkan uang di kerasnya kehidupan Seoul.
Tapi meski begitu, mereka tetap punya kecanduan terhadap zat yang merusak tubuh mereka; alkohol dan nikotin.
Pulang kerja, malam hari sebelum kembali ke flat kecil mereka, keduanya akan bersantai dulu di lapangan umum. Bertemankan berbotol-botol alkohol dan sekotak rokok.
"Aku tadi menemukan perempuan yang caaaaaanttikkkk sekali. Badannya bagus seperti gitar spanyol, rambutnya hitam legam panjang sampai pinggang, dadanya oh maaaan."
Beomgyu merotasikan matanya. "Memang kau pernah lihat gitar spanyol bentuknya bagaimana?"
"Molla. Yang jelas, dia seksi," jawab Taehyun acuh sembari meneguk sojunya, langsung dari botol.
"Trus mau kau apakan perempuan itu?"
"Tidak diapa-apakan. Aku mana doyan perempuan. Heck, pasti sama saja menyebalkannya. Dari caranya berpakaian aku sudah bisa menebak, dia pasti perempuan rumah bordil."
Beomgyu mengerutkan dahi, tidak suka. "Kalaupun memang iya begitu, dia pasti bekerja di sana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Siapa tau dia punya orangtua yang sakit-sakitan atau bahkan punya anak yang harus dibesarkan."
Taehyun terkekeh. Dia menepuk-nepuk punggung Beomgyu.
"Sorry. Aku lupa kalau ibumu dulunya bekerja di sana. Mian, aku tidak akan bicara seenaknya lagi."
"Tidak masalah."
"Sesungguhnya aku tidak terlalu masalah kalau ternyata dia perempuan bayaran. Beda kasusnya kalau ternyata dia punya suami tapi selingkuh dengan pria lain, tidak memikirkan nasib suami atau anaknya sendiri, hah."
Bermenit-menit kemudian mereka hening. Yang satu menghisap rokoknya, satu lagi meminum soju dari botolnya langsung. Keduanya sama-sama melihat ke atas, pada langit malam yang gemerlap oleh cahaya bintang. Sayangnya karena banyak lampu, yang terlihat hanyalah bintang yang paling terang.
"Menikah itu, ternyata tidak seindah yang dikata orang ya? Bahkan meskipun ada anak, bukan berarti suatu pernikahan akan disebut sempurna," kata Taehyun memecah keheningan di antara mereka. Habis 1 botol, dia buka botol lainnya.
Beomgyu masih tak ingin berkomentar apa-apa. Menurutnya, menikmati nikotin jauh lebih menyenangkan daripada mengingat kembali kehidupan masa kecilnya.
Pukulan, tamparan, pecahan kaca yang berserakan, teriakan, pemerkosaan di depan mata, sudah seperti makanan sehari-hari si Beomgyu kecil. Dan itu berlangsung hingga dia SMA. Sampai ibunya meninggal dengan cara gantung diri, setelah ayahnya ditusuk mati.
Sekarang dia sendirian. Kakek nenek tidak sudi merawat dirinya, anak pelacur hanya merusak citra keluarga.
"Kau mau?" tawar Taehyun yang secara otomatis membuyarkan lamunan Beomgyu.
Pemuda 22 tahun itu menggeleng. "Aku alergi alkohol."
"Benar juga."
"Kau ambil saja rokokku kalau mau."
"No thanks. Aku lebih baik jadi second hand saja."
Hening lagi.
Giliran Taehyun yang melamun, membayangkan kalau bintang paling terang di atas sana adalah ayahnya. Sedangkan ibunya, hidup bahagia sekali dengan selingkuhannya bahkan sudah punya anak sekarang.
Taehyun tidak ingin mengusik kehidupan ibunya. Dia lebih baik tinggal sendirian, menopang hidupnya sendiri. Setidaknya ada Beomgyu, yang tidak pernah sekalipun pergi dari sisinya.
Empat botol soju sudah kosong, begitupula 5 sisa batang rokok yang sedang dimasukkan Beomgyu ke dalam kantong plastik.
"Bam, dengar ya, perempuan itu jahat! Mereka egois! Hanya memikirkan diri mereka sendiri! Jangan pernah menikahi perempuan, apalagi yang mata duitan, cuih!"
Beomgyu santuy saja, sudah biasa dia mendengarkan ocehan Taehyun. Dia juga memasukkan botol-botol kosong itu ke kantong plastik. Harus dibuang ke tempatnya, nanti mereka diringkus polisi kan susah.
"Trus kau akan menikahi laki-laki hm?" balasnya seraya berjalan mendekati tong sampah.
"Kalau bisa begitu kenapa tidak? Anak bisa adopsi, banyak anak-anak malang di panti asuhan yang butuh orangtua."
"Hmm."
Beomgyu kembali pada sahabatnya, seperti biasa dia menggendong laki-laki yang lebih muda darinya itu di punggung.
"Kau juga ya, jangan menikah dengan perempuan."
"Terserah."
"Harus bilang iya!!"
"Ya."
Taehyun mengerucutkan bibirnya, lalu menyamankan diri di bahu Beomgyu.
"Aku membayangkan pria seperti apa yang akan cocok denganmu. Kau akan jadi top atau bottom?"
"Terserah."
Taehyun mencubit gemas leher Beomgyu.
"Jawab yang benar ih!"
"Suka-sukamu saja, aku tidak peduli. Siapa juga yang mau menikah," balas Beomgyu dengan nada sebal.
"Oke kau pasti top. Kalau aku, akan memilih bottom. Bagaimana menurutmu dengan Jungkook BTS? Cocok tidak kalau aku dengan Jungkook hyung?"
"Tidak."
Taehyun memukul bahu yang lebih tua. "Basa-basi sedikit kenapa?"
"Nope."
Taehyun mendengus. Dia kembali merebahkan dagunya di bahu Beomgyu, tapi tangannya melakukan kuncian ke leher yang lebih tua.
"YAK-"
"Aku benci padamu."
"Kuturunkan di tengah jalan kau nanti."
"Jangaaan~ mau pulang ke rumah~"
"Makanya jangan macam-macam."
Taehyun manggut-manggut patuh. "Jangan diturunkan di tengah jalan pokoknya."
"Iya, sudah diam. Cerewet sekali sih bocah."