Seorang siswi berjalan sendirian di tengah lobi kelas sepuluh di gedung SMA Kebangsaan yang baru saja membunyikan bel istirahat, yang cewek itu lakukan hanya memainkan kepang rambutnya sambil melihat ke lapangan, di sana banyak siswa yang mengisi jam istirahat dengan bermain sepak takraw. Lobi sangat ramai oleh siswa, ada yang mengobrol di depan kelas, sampai cowok yang ngapelin gebetannya.
Nattasha Areisha Audri. Siswi kelas sepuluh IPA Dua yang suka menggambar, tapi masuk ekskul basket karena di sana ada cowok yang dia suka. Nattasha adalah cewek yang pandai bersosialisasi, banyak bicara dan sering jadi primadona IPA Dua karena wajahnya yang cantik. Sekarang , dia harus pergi ke kantin sendirian karena Hailey, teman sebangkunya harus kumpul di aula untuk pemilihan anggota OSIS angkatan 2020.Nattasha itu ambisius, cerdas, tapi pecicilan. Siapa sangka, dibalik sifatnya itu, Nattasha adalah tipekal cewek yang mudah terluka. Mudah bawa perasaan sama urusan sesuatu yang nggak penting sekalipun.
Nattasha itu baperan. Sekalinya dideketin cowok, bucinnya diatas level orang yang lagi jatuh cinta. Sekalimya ada yang nyakitin, bakal ngerasa sakit banget.
Sementara di ujung koridor kelas sepuluh yang berbatasan dengan gerbang kantin kelas sepuluh, berdiri empat orang cowok jangkung yang salah satu diantaranya membawa sebuket bunga mawar merah berukuran lumayan besar.
Satu cowok berkulit paling putih berdiri paling pinggir, sibuk membuka bungkusan permen karet ditangannya, namanya Evan. Cowok itu tidak memedulikan temannya yang sedang mati kutu karena objek sasaran mereka semakin mendekat.
“Percaya deh. Cewek itu tuh persis banget sikapnya sama Hailey! Pasti respons dia pas lo nembak nggak jauh-jauh juga dari responsnya Hailey!” suara itu berasal dari Januar Prahadi yang berdiri disamping cowok yang memegang buket bunga dan sebatang cokelat.
Ezra Aditya. Cowok yang ingin nembak Hailey dari kelas Sepuluh IPA dua. Tapi nggak cukup pede karena Hailey tuh banyak yang suka, apalagi Ezra belum pernah nembak cewek sebelumnya, dan hari ini dia mencoba peruntungan dengan nembak cewek yang disukainya itu. Tapi nyali Ezra belum kuat, maka dari itu Januar memberi saran untuk latihan nembak cewek lebih dahulu sebelum Ezra menghadapi Hailey. Agar Ezra nggak gugup dan sesi nembak Haileynya terkesan keren dan cool. Sedangkan Iko dan Evan cuma ikut-ikutan, penasaran bagaimana si kutu buku
“Serius tuh cewek sikapnya kaya Hailey?” tanya Ezra ragu. Menatap serius Januar dan Nattasha bergantian. Januar lagi-lagi berdecak.
“Mau sukses nggak pas menghadap Hailey? Mau diterima nggak? Mau pacaran sama Hailey nggak?”
Ezra menggaruk tengkuknya, ya siapa yang nggak mau diterima sama cewek secantik dan sepopuler Hailey?
Ezra tarik napas dalam-dalam, mencoba meyakinkan diri sendiri.
“Doain gue ya,” kata Ezra lalu menepuk pundak Evan, Januar, dan Iko bergantian. Ezra berjalan mantap menghampiri Nattasha yang masih memperhatikan lapangan tanpa mengalihkan pandangannya ke depan. Ezra menghentikan langkahnya saat jarak cowok itu dan Nattasha makin dekat.
Bruk.
“A....... Ma.... Maaf, nggak sengaja. Maaf,” kata Nattasha panik, dia sibuk merutuki dirinya sendiri. Berjalan tanpa melihat ke depan sampai menubruk orang. Apalagi orang itu........
Ezra Aditya.
Cowok yang disukai Nattasha sejak masih SMP dulu.
Jantung Nattasha langsung berdegup cepat, sangat cepat sampai Nattasha ingin pingsan. Baru pertama kali ini dia berhadapan sama Ezra Aditya dengan begitu dekat.
Nattasha semakin dibuat gila saat Ezra tiba-tiba tersenyum tipis dan menyodorkan sebuket bunga mawar yang lumayan besar.
Dunia seakan berhenti. Dalam imajinasi Nattasha sedang terbang kini, ditemani beribu-ribu ekor kupu-kupu dan awan merah muda yang mengiringinya. Sekeliling Nattasha dan Ezra yang tadinya sibuk dengan urusan sendiri, tiba-tiba memusatkan perhatian kepada mereka berdua saja. Bahkan Januar, Iko, dan Evan yang tadi ada di ujung koridor mendekat kini karena takjub dengan cowok pendiam itu yang langsung menyodorkan buket dengan begitu percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Listen To Me
Teen FictionElvano Bagaskara harus pindah ke salah satu SMA swasta di Jakarta. Kehidupan keras di Bandung telah membentuk karakter dirinya menjadi sosok yang beringas dan gila kekuasaan. Elvano itu keras kepala, tidak ada yang bisa mengaturnya orangtua sekalip...