Jika bisa maju, kenapa harus mundur?
~Lionel Baskara~
****"Lionel! Tunggu gue napa?" teriak cowok yang akhlaknya cukup minim, Ravirga Sanjaya.
"Ck, apaan sih? Lu ganggu tau gak?!" sentak Lionel, manusia yang daritadi menanggung malu akibat kekurangwarasan sahabatnya itu.
"Gak elu, gak Raga sama aja njir! Hobi amat ninggalin cogan kek gue, herman deh!" Ravi berucap sambil memanyunkan bibirnya, sontak Lionel mengernyit jijik ke arahnya.
Plak..
"Herman bapak gue bangs*t!!" Seorang cowok secara tiba-tiba menoyor wajah Ravi dari arah belakang."Eh, ada bangKe--nan! Woles bang, wajah gue gausah ditoyor juga napa?" seru Ravi dengan wajah polos tak berdosa.
"Dih, Ravirganjing! Sini lu! Gue sunat lagi lu, biar tuh otak bener dikit!" Kenan berlari mengejar Ravi yang sudah melesat jauh menghindari Kenan.
"Dih, gue ditinggal?" tanya Lionel entah pada siapa, karena hanya dia yang berdiri disana, sendiri. Ngenes kan?
****
Jadwal kelas hari ini tidak begitu padat, karena masih awal pembelajaran dan sebagian guru yang disibukkan dengan siswa-siswa baru yang sedang menjalani kegiatan MOS.
Via yang memang dasarnya cuek, memilih pergi ke taman belakang sekolah, dibanding melihat keseruan para Osis yang memberi bermacam tantangan kepada siswa baru.
"Eh, kok bisa-bisanya disini ada cecan! Rejeki anak soleh emang,"
ketenangannya terganggu karena sebuah suara yang cukup keras berasal dari sampingnya."Anak soleh ndas-mu, solat aja jarang ngakunya anak soleh lu!" cerca cowok disebelahnya.
"Eh, sekate-kate lu! Gini-gini gue rajin ibadah ye!" Tak ada yang mau mengalah, perdebatan itu kembali terjadi.
"Woi! Bisa diem gak sih?!" sentak cowok yang sedari tadi diam, sedangkan cowok yang satu lagi memfokuskan titik pandangnya pada cewek yang daritadi hanya diam, seakan tak terganggu.
"Hai, neng cantik!" salah satu dari mereka memberanikan diri mengusik ketenangan cewek itu, Via.
"Apa?" dibalas sahutan singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari sebuah buku yang berjudul 'BIOLOGI'.
"Eh, cantik-cantik kok jutek sih, mending sini sama a'a Ravi" Yap! cowok yang sedari tadi mengoceh adalah Ravi, sang akhlakless.
"Dih! Jijik woi! Gaya lu," Kenan memperagakan gaya seakan mau muntah.
"Bego!" Raga ikut berkomentar.
Lionel yang melihat Via hendak beranjak menahan tangannya.
"Mau kemana?" Perkataan itu lolos begitu saja dari bibirnya.
"Bukan urusan lo," Via berucap acuh lantas berlalu begitu saja meninggalkan Lionel yang mengangkat sebelah sudut bibirnya.
"Aciaa, ternyata pesona seorang Lionel telah lenyap hiya-hiya!" Ravi berjingkrak-jingkrak layaknya bocah dikasih permen.
"Kerasukan nih bocah," Kenan mengikuti dua temannya yang sedari tadi sudah memanjat tembok dengan tinggi kira-kira 2 Meter itu.
"Buset!! Gue ditinggal, temen laknat emang!" Ravi lanjut menyusul mereka yang sudah berada dibalik tembok, yap! Tujuan kali ini adalah mabal.
****
"Lo kenal cewek tadi?" Secara tiba-tiba Lionel bertanya pada Raga, saat ini mereka sedang berada di 'Warung mang Udin'.
Raga yang sedari tadi duduk di depan Lionel mengangkat sebelah alisnya.
"Gevia Rosiana rishedark." Raga menjawab, karena sedari dulu dia memang sudah satu kelas dengan Via, Sepuluh IPA satu.
Berbeda dengan Lionel yang baru bisa bergabung ke kumpulan anak-anak 'ambis nilai' itu setelah diadakan perombakan kelas tahun ini."Oooh, berarti dia Sebelas IPA satu dong! Pantes aja tadi pas nyantai bacaannya masiiih aja buku pelajaran, gak mumet apa ya?" Dengan tiba-tiba Ravi yang baru selesai boker ditemani Kenan muncul di samping mereka.
"Astaghfirullah! Lu kalo nongol kasih aba-aba dikit napa?" Lionel yang merasakan jantungnya berdetak tak normal karena memang tak ingin percakapannya di dengar orang lain.
"Dih! Betewe, lu ngapain nanya-nanyain cewek gue?" tanya Ravi dengan gaya seakan mengintrogasi seorang penjahat.
"Cewek gue' matamu! Dia masa depan gue asal lu tau!" Lionel yang tak terima balas menantang.
"Heh, kalian berdua apa-apaan sih! Yang pasti dia cewek gue," Kenan ikut-ikutan. Oke, sepertinya akan ada drama 'Cinta segipanjang' disini.
****
Tok...tok..
"Eh, ada Revika! Kamu ngapain malam-malam kesini?" tanya Bara curiga, karena tak biasanya Revika--adik sepupunya itu datang di malam hari begini."Hmm.. itu kak, mama bilang dia sama papa mau ke luar negeri, palingan sampe 2 bulan. Jadi, Vika boleh nginap disini gak bang? Vika takut di rumah sendiri soalnya," jawab Vika dengan ragu-ragu.
"Oh, gapapa kok Vik, pastinya boleh dong! yakali kagak, tapi kamu izin ke ayah dulu ya," ucap Bara sambil mengajak Vika masuk ke rumahnya menuju ruang Arka-ayahnya.
To be Continue..
Jangan lupa vote&komennya:)
*Salam author
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPELESS
Teen FictionLuka ini membuatku terbiasa, tapi mengapa? Kamu hadir seolah-olah memberi harapan bahwa masih ada asa yang tersisa. ~Gevia Rosiana Rishedark~ **** **** Aku, kamu dan kebahagiaan yang semu. ...