Semoga suka ya!
Happy Reading :)
-Ngabisin masa remaja buat pacaran? Mending ngapal Qur'an-
Suara guntur disertai rintikan hujan menjadi suasana yang melatari keadaan pondok pesantren Al Barokah senja itu.
Dalam kegiatan Madrasah Diniyah Aliyah para santri putri berkumpul dalam satu ruangan lesehan dangan membawa kitab yang akan di kaji.
Sambil menunggu Umi datang, mereka mengobrol.
“Ghendis, kau tau sebelum aku masuk ke sini, aku punya pacar loh ganteng banget" Sekar bercerita dengan nada menggebu gebu.
"Beneran?, romantis nggak?"Jawab Ghendis dengan antusias.
" Riki mah romantis banget, setiap malem minggu ngapelin, trus dulu dianter jemput sekolah, gandengan tangan, kalo chat juga sering spam, ih pokoknya gemesh deh, sayangnya sekarang udah putus karena tau aku mau masuk pondok pesantren"
Ghendis setia mendengarkan, Sekar terus bercerita mengenai pacar yang sekarang sudah menjadi mantan itu. Saking asyiknya mereka bercerita sehingga tak sadar bahwa Umi Fatimah sudah berada disitu dan juga ikut mendengarkan cerita Sekar.
Tepat di samping telinga mereka berdua Umi mengucap salam, dengan sedikit keras.
"Assalamualaikum...!"
Ghendis dan Sekar berjengkit kaget spontan menjawab salam, santri lain terkekeh geli, sementara Umi hanya geleng geleng kepala.
"MasyaaAllah, kalian tuh ngomongin apa? Sampe Umi ngucapin salam di depan kalian malah asyik ngobrol sendiri"
Yang ditanya malah nyengir dengan wajah tanpa dosa.
"Hehe, Maaf Umi tadi banyak suara petir jadi nggak kedengaran"
"Pinter ya bikin alasan, ya udah sekarang siapkan kitabnya kita mulai belajar"
Tidak terjadi perdebatan panjang mengenai nostalgia Sekar mengenai sang mantan dengan Umi.
Proses MDA berjalan dengan semestinya, waktu terus bergulir, namun hujan tak kunjung mereda, mungkin para santri akan lebih lama berada di ruang MDA melebihi waktu pembelajaran yang seharusnya. Dikarenakan gedung asrama Putri berada di luar gedung Yayasan MDA kurang lebih berjarak 600m yang tidak mungkin di terjang di cuaca buruk dengan petir yang menggelegar.
Tadi Umi denger aku cerita nggak ya? Kalau denger mati aku ucap Sekar dalam hati sambil menepuk jidat lalu menelungkupkan wajahnya di atas meja alas menulis yang setinggi 30 cm itu.
Sekar malu!
"Sekar" panggil umi.
Rasanya Sekar ingin masuk ke inti bumi yang terdalam, mengubur diri hidup hidup untuk mengatasi rasa malunya.
Dengan berat Sekar mengangkat kepalanya, memenuhi panggilan umi.
"Iya umi"
Umi Fatimah hanya tersenyum
"Denger cerita kamu tadi jadi inget kisah umi sama abi"
Bener kan- batin Sekar
Umi sedikit terkekeh mengingat masalalunya para santri penasaran, cerita itulah yang ingin mereka ketahui, sebagai santri baru yang belum cukup informasi. Dengan antusias para santri mulai sahut menyahut, meminta Umi untuk bercerita.
" Cerita Umi, cerita!"
Umi mengusap dagunya seolah berfikir, padahal beliau memang ingin bercerita, tapi ya biar keren aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen Remaja
Short StorySekar adalah santri baru di pondok pesantren Al Barokah, karena keinginan orang tuanya. Ia masih terbayang bayang dengan kehidupannya di rumah dan mantan kekasihnya, keinginan kabur selalu saja ada setiap saat. Namun perlahan waktu mulai merubah nya...