Chapter - 1

508 72 11
                                    







________________________________________
Bertanggung jawab pun terlambat. Maaf pun sia sia. Dan penyesalan adalah akhirnya.
________________________________________







Lalice bukanlah anak yg cengeng. Iya itu memang tidak salah. Namun untuk saat ini ia benar benar ingin menangis. Kakinya sudah tak kuat berdiri lebih lama lagi. Pun dengan kepala nya yg mulai pening karena tersengat sinar matahari sejak kurang lebih 2 jam yg lalu.

" Sebentar lagi. Kau pasti bisa lalice." Ini mungkin tak akan terjadi jika saja tadi ia tidak menabrak Jeon Jungkook. Pria kasar yg sayangnya merupakan Most wanted dan putera donatur utama sekolah nya.

Jungkook tidak pernah main main terhadap perkataanya. Ia menyuruh lalice mengerjakan tugas seluruh siswa dikelasnya. Lalice sebenarnya tidak keberatan mengerjakan soal itu. Karena ia tergolong siswa yg pintar. Tapi masalahnya adalah ada lebih dari 20 tugas yg harus ia kerjakan dan 15 menit lagi bel pelajaran pertama akan menyala. Dan lagi ia dipaksa mengerjakan tugas itu di perpustakaan.

Lalice itu hanya manusia biasa. Ia tidak punya sihir untuk bisa dipakainya menghentikan waktu. Maka usahanya mengerjakan 400 lebih soal fisika dalam waktu 15 menit itu berakhir dengan sia sia. Ia melewatkan 20 menit pelajaran pertama yg sialnya merupakan pelajaran Mr. Kang, guru ter killer disekolahnya. Dan berakhirlah ia dengan hukuman berdiri dilapangan sampai waktu istirahat tiba.

Lalice mengela nafas dalam. Lagi. Hatinya sangat sakit. Jika saja ia memiliki keberanian. Ia pasti tidak akan terus menerus dibully seperti ini. Jika saja ia tidak selemah ini mungkin ia tak akan terus menerus dihina dan dimaki begini.

Ia menengadah, netra bulatnya memandang sendu ke arah langit. Cerah tak berawan, berbanding sekali dengan suasana hatinya. Sepintas, ingatan masa lalu terlintas dalam benaknya.

" Seharusnya dulu aku tak melakukannya..." bibirnya mulai bergetar tak karuan menahan desakan air mata yg berlomba lomba menuruni pipinya.

Ia menyesal. Ia marah. Marah pada dirinya sendiri. Marah pada apa yg dilakukannya saat itu. Marah pada perilakunya yg secara tidak langsung membuat sahabatnya berubah dan berakhir membencinya.

Ah memang benar ungkapan ' penyesalan selalu datang di akhir ', karena itulah yg kini merundungi perasaan lalice.

Seandainya waktu bisa berputar kembali, maka lalice bersumpah tidak akan melakukan itu waktu itu. Ia bersumpah tidak akan mendahulukan keegoisannya jika yg terjadi selanjutnya adalah keretakan hubungan keduanya.


"....maaf...kookie-ya..."


























to be continued.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pain || LizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang