Tak terasa, sudah mau satu tahun aku kuliah di kampus farmasi. Banyak suka dan duka dilewati. Di akhir semester 2 ini, aku terserang flu sehingga pilek, batuk, dan demam melanda. Padahal sedang musim UAS. Matkul yang tersisa tinggal 2 dan itu praktikum semua.
Sudah lama aku tidak berjumpa dengan teman kampusku. Aku benci untuk mengatakan hal klise ini. Ya, aku rindu kepada mereka. Rindu dengan ramainya kampus. Bisa becanda dan tertawa lepas dengan mereka. Mencandai mereka.
Mereka jadi dingin ketika kuliah online berlangsung. Berinteraksi hanya di grup WA saja. Cuma beberapa teman yang sering chat dan itupun berhubungan dengan tugas. Padahal aku pengen juga ngobrol tentang hal-hal yang sederhana seperti hukum thermodinamika dalam farmasi (oke, itu ga sederhana). Iya, kaya bicara tentang kecengan kita atau apa kek. Kayaknya menyenangkan.
Tak kadang juga, malam-malam aku terserang overthinking dan kesepian. Rasanya sakit hati ini, kalau udah kedua hal itu menyerang. Tidur pun tidak bisa karena jika mata terpejam rasanya semakin sakit.
Makanya, aku menyibukkan diri dengan berbagai hal, agar pikiranku teralihkan. Ya, seperti menulis CEKAMAR ini. Walaupun tidak banyak, aku jadi merefleksikan diri ini. Oh, ya bentar lagi aku jadi kating! Wah senang sekali, sih. Berharap adik kelasnya baik dan sopan-sopan sehingga aku bisa mengajak project dengan enak haha. Ga sabar jadi kating hehe.
***
Shared joy is double joy, shared sorrow is halved sorrow, do you want to share with me?
YOU ARE READING
CEKAMAR (Cerita Kampus Farmasi)
Teen FictionPerjalanan seorang Furqon Albanna dalam menapaki kampus farmasi. Dia mulanya berkuliah di kampus agama tetapi merasa tidak cocok dan pindah. Pilihannya ada dua antara kesehatan masyarakat dan farmasi. Berkat saran kakaknya, ia pun menjadi farmasis.
