GHEA VERINA HARUMI

24 6 0
                                    

Ghea Verina Harumi menghela nafas perlahan. Ia sandarkan kepalanya di sandaran kursi dalam kereta yang akan membawanya melesat ke Kota Bandung. Hari ini, saatnya ia pergi meninggalkan Jakarta. Ibukota Indonesia yang sangat modern dan maju itu. Pastinya bukan hal yang mudah bagi  Ghea,kelak ia harus membiasakan diri hidup di Kota Bandung yang tentunya tidak seramai Jakarta.

"Kamu tak perlu khawatir Ghe.Bandung bukan kota kuno seperti yang kamu kira. Kamu tau kan, Bandung juga sama modernnya dengan Jakarta. Walau Bandung dikenal sebagai kota kuno,kenyataannya Film Dilan 1990 dan Dilan 1991 tercipta di kota itu,"kata Irwan Munawar ayah Ghea Verina Harumi.

Ghea hanya menoleh sekilas kearah ayahnya yang duduk di samping kanannya dan juga merebahkan kepalanya di sandaran kursi serta memejamkan matanya.

"Ah, Ayah, apa hubungannya Film Dilan dengan pindah ke Bandung?"batin Ghea.

Ghea tak peduli Bandung kuno atau modern. Ramai atau sepi. Dia hanya merasa sedikit berat harus meninggalkan teman-teman sekolahnya di Jakarta. Tetangga-tetangganya, yang telah hidup bersamanya selama hampir enam belas tahun. Dan Bagas...
Bagas Thian. Dia tak bisa melihat Bagas lagi. Walau Bagas kini tak memedulikannya lagi,tetapi Ghea masih sangat peduli pada Bagas. Ghea masih senang diam diam memperhatikan Bagas dari kejauhan.Bagas Thian, pemuda dingin berjiwa seni, yang hobi memetik gitar di tempat sunyi.

Sekali lagi Ghea menghela nafasnya perlahan. Ikut memejamkan matanya. Berusaha merelakan semua yang harus ditinggalkannya dikota ini. Hanya dalam waktu dua setengah jam,menggunakan mobil pribadi milik ayahnya.

  ***𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘚𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘉𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢***

Tidak Selamanya Kita BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang