CHAPTER 1

4 0 0
                                    

Cinta bukan hanya seutas kata.

Cinta bukan hanya tentang perjalanan. Bukan hanya tentang perjuangan. Bukan hanya tentang keberadaan. Namun, cinta adalah rasa yang menyatukan dua insan.

Cinta bisa saja membutakan siapapun. Membuat gila manusia mana pun. Memperdaya makhluk cerdas sekalipun. Termasuk gadis yang mempunyai panggilan Nanda itu.

Nanda, gadis itu sudah terlampau buta, gila, dan terperdaya karena cintanya pada cowok kampret seperti Abadi. Nanda berpikir, jika dia berpacaran dengan Abadi, dia akan mampu memperbaiki sosok cowok yang sudah bobrok itu. Ternyata....tidak. Pemikiran bodoh Nanda malah membuat dirinya sendiri terluka batin. Namun, cintanya terlalu kuat hingga logika cerdasnya seolah tak lagi berguna.

Cinta itu benar-benar mampu menjungkirbalikkan kehidupan manusia.

****

"Aku main game dulu lah."

Nanda mendesis kesal mendengar ucapan Abadi. Disaat sepasang kekasih bertemu, harusnya melepas rindu. Ini? Nanda ditinggal bermain game. Abadi asik sendiri dengan dunia gamenya. Menyebalkan.

"Ish! Game terus!" Ketus Nanda.

"Makanya lo main game juga. Biar entar gu—"

"AKU KAMU! Biasain ngapa. Udah pacaran juga!" Nanda menekan kata aku kamu disela-sela dialognya.

"Iya Nanda iya. Makanya kamu main game juga, nanti aku bisa jagain kamu kalau ada musuh nyerang. Aku jaga sampai titik darah penghabisan."  Tuturnya masih dengan fokos pada layar ponsel yang menampilkan gamenya itu.

"Aku nggak suka main game, Abadi! Ih ngeselin!"

Nanda yang sudah terlanjur gemas pun menggigit bahu kekasihnya. Hingga terdengar lenguhan sakit dari Abadi.

Tuk! Dahi Nanda disentil gemas pula oleh Abadi. "Sakit bego!" Tukas Abadi.

"Bodo amat!"

"Diem aja Nan. Aku main game bentar, nggak akan lama."

"Ta—"

"Diem Sayang."

Mendengar kata "sayang" yang jarang terucap dari bibir Abadi pun mampu membuat jantung Nanda menari disko di dalam sana. Wajahnya pun kini merona bagai tomat yang kematengan hingga nyaris busuk. Ternyata kata "sayang" dari Abadi sangat berpengaruh pada kejiwaan Nanda. Bagaimana tidak? Nanda jadi senyum-senyum tak jelas. Bibirnya yang sejak tadi mengoceh pun kini bungkam dan membiarkan Abadi fokus memainkan game di ponselnya.

****

Satu jam berlangsung. Nanda mulai bosan menunggu Abadi main game yang tak selesai-selesai. Katanya sebentar, tetapi sebentarnya Abadi itu berjam-jam. Sinting.

Nanda memutar otak, dia harus mencari cara untuk menarik perhatian Abadi agar tidak terus memainkan game di ponselnya itu.

Kalau Nanda menggigit lengan Abadi, cowok itu akan melakukan hal yang sama seperti tadi dan kembali fokus pada gamenya. Tetapi kalau Nanda memancing perhatian Abadi dengan membuka Instagram dan memberi love pada foto cowok kira-kira reaksi kekasihnya itu bagaimana, ya?

Keisengan Nanda pun di mulai. Tangan kanannya meraih ponsel yang sejak tadi nganggur di hadapannya. Membuka aplikasi Instagram adalah tujuannya dan memberi love pada foto cowok lain adalah misinya.

Seketika ponsel Nanda diraih paksa oleh Abadi. Benar saja, Abadi tak lagi memainkan game yang sejak tadi mencuri perhatiannya dari Nanda.

"Kok diambil sih!" Ujarnya belagak sok kesal, padahal dalam hati ia tertawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang