2 ✰ sudut pandang yoongi.

750 100 24
                                    


rangkai romansa pt. 2

Yoongi menuruni anak tangga restoran cepat saji dengan senyum tipis. Ia sungguh tidak menyangka jika nasib sialnya malam itu akan berbuah manis. Sebenarnya Yoongi tidak berniat untuk mampir ke restoran cepat saji di malam itu, ia sebenarnya berencana untuk langsung tidur di kamar kosnya. Tubuhnya terasa remuk pasca membantu persiapan pameran pada organisasi seni rupa miliknya. Terlebih lagi, organisasinya itu belum memiliki dana yang memadai hingga Yoongi serta kawan-kawan perupa perlu mengangkat partisi berbahan kayu menuju mobil model pick-up sewaan mereka.

Jika ada yang belum tahu apa itu partisi, partisi merupakan suatu dinding atau alas khusus untuk menempelkan karya dua dimensi seperti lukisan dalam suatu pameran. Jika organisasinya punya partisi dengan bahan mika, Yoongi dan rekan perupanya tidak perlu kepayahan seperti ini. Akan tetapi, partisi itu harganya jauh lebih fantastis dari partisi kayu. Alhasil, si pihak organisasi seni rupa mati kutu dan memilih membeli partisi kayu. Sayangnya lagi, organisasi seni rupa itu pun memiliki sumber daya manusia yang sangat minim. Mau bagaimana lagi? Yoongi perlu bekerja serta mempertanggungjawabkan tugasnya sebagai ketua divisi pameran.

Yoongi hampir saja mengumpat di halaman kos miliknya ketika menjumpai pintu utama kosannya itu dikunci. Perkataan kotornya ia tahan karena ia pernah mendengar kabar kalau seputar kosnya itu katanya angker. Duh, kan lucu semisal nanti 'penunggu' di sana jadi marah kalau Yoongi mengumpat malam-malam. Kos Yoongi memang menerapkan jam malam pada jam sebelas malam, pun kunci pintu utama tidak boleh diduplikasi oleh para penghuni kos. Yoongi rasanya mau pindah indekos saja, tapi nanggung sekali, ia kan sudah jadi mahasiswa semester (menjelang) uzur.

Pada akhirnya, Yoongi datang ke restoran cepat saji itu. Beruntungnya, ia bertemu dengan potret mahasiswa baru yang pada saat ospek lalu sempat menarik perhatiannya. Iya, Yoongi sebetulnya sudah mengenal Taehyung. Ah, mungkin Taehyung tidak ingat dia sih. Yoongi pun selama ini tidak memunculkan gerik untuk mendekati Taehyung. Tapi, mengapa ia tidak melancarkan gerakan kalau ada kesempatan seperti tadi? Asik.

Yoongi sempat merutuki kebodohannya yang baru menyadari Taehyung waktu tertangkap basah ada iklan nakal lewat di laptopnya. Takdir bisa selucu itu ya, tadinya ia tidak menyadari Taehyung sama sekali. Akan tetapi, berkat laptopnya yang butuh di-charge serta iklan video asusila yang sekonyong-konyong lewat pada jendela browser-nya ia jadi punya kesempatan untuk dekat dengan adik crush, hehe. Semoga saja saat ini pintu depan kosnya sudah terbuka, biasanya ibu atau bapak kosnya akan bangun pada jam-jam sekarang ini untuk melangsungkan ibadah pagi.

kilas balik

"Kak, tapi di informasi line kemarin, kode warnanya benar ini lho, Kak. Masa perkara kode warna saya perlu beli caping lagi. Susah lho kak carinya, di pasar belum tentu ada ...." celoteh mahasiswa baru dengan kemeja putih serta celana bahan hitam di hadapan salah seorang panitia penerimaan mahasiswa baru.

"Dek, gini ya. Kamu perhatiin, warna kuningnya punya kamu ini lebih ada tone hijaunya. Punya yang lain itu warnanya kuning keemasan. Lagian cat warna ulang kan bisa. Ngeles juga kamu tuh, di pasar deket perempatan sana juga ada kok caping." balas si kakak panitia.

Balasan dari salah seorang panitia itu membuat beberapa pasang mata mengarah pada dua oknum terlibat. Mahasiswa yang diomeli jujur langsung ciut mendengar balasan si kakak panitia. Dalam bayangannya, ia sudah menyusun rencana untuk membeli caping baru serta cat kuning kode yang benar. Ah, rest in peace uang saku bulanannya.

"Kenapa ini? Kok ribut-ribut"

"Ini lho, Yoon. Adiknya ga mau benerin cat warna caping punyanya,"

Panitia yang baru datang itu, Yoongi, memandang si mahasiswa baru dengan sorot bertanya. Netra lebar milik mahasiswa baru balas memandang Yoongi dengan sorot minta dikasihani.

"Kaaak, tapi beneran, aku kemarin ngikutin kode warna yang dikirim lewat akun linenya panitia penerimaan mahasiswa baru," jelas sang mahasiswa baru berkemeja putih.

"Coba mana sini informasi dari akun linenya, kakak mau crosscheck,"

Buru-buru si mahasiswa baru mengeluarkan ponselnya, menunjuk suatu pesan pada Yoongi. Jaraknya cukup dekat dengan Yoongi, hingga Yoongi sekilas dapat mencium aroma manis vanila dari adik tingkatnya itu

"Kamu pakai yang mana dek kode warnanya?"

"Yang ini, Kak,"

Pasca tunjukkan mahasiswa baru pada layar smartphone-nya, Yoongi membuka search engine pada ponsel miliknya, mencocokkan palet warna kuning pada layar ponselnya dengan kondisi caping yang kini ia pegang. Yoongi tersenyum tipis. Yoongi menghadap pada teman satu kepanitiaannya masih dengan senyum itu.

"Dari kita yang salah kenapa adeknya yang dimarahin, Kak. Lagian nanti pas bikin formasi warna capingnya ga bakal kelihatan banget," jelas Yoongi pada teman panitianya.

Yoongi mengambil jeda napas sebelum kali ini menghadap sang mahasiswa baru.

"Udah dek, caping kamu udah diterima kok. Maaf ya bikin repot dan ada misinformasi,"

mata mahasiswa baru itu berbinar, "ya ampun, beneran kak? makasih ya, kak ...."

"Yaudah dek, atribut kamu udah clear ya. Maaf sempat ngomel tadi. Besok sabtu juga jangan lupa dibawa pas upacara penutupan." Itu balasan dari teman Yoongi, Seokjin.

"Makasih, Kak," mahasiswa baru itu mengangguk sopan lantas bergerak menjauh dari Yoongi dan Seokjin.

"Dek bentar ... nama kamu siapa?"

Insan yang ditanyai membalik badannya, matanya melebar.

"Kakak nanya nama aku? Aku ada salah kak? Nama aku mau dicatat?"

Yoongi otomatis menepuk dahinya, berbeda dengan Seokjin yang sedang terbahak menertawai Yoongi yang tiba-tiba menanyai nama si mahasiswa baru.

"Kamu ga salah apa-apa, Dek. Astaga. Kakak cuma mau tau nama kamu aja," jawab Yoongi sabar.

"Ooh ... hehe. Nama aku Taehyung kak, dari jurusan hubungan internasional."

"Ya udah, hati-hati ya dek pulangnya. Semangat buat penugasan ospeknya,"

"Siap kak, semangat juga buat kakak. Nanti pas pulang hati-hati juga ya kak."

Mahasiswa baru bernama Taehyung itu kembali mengangguk sekilas, lantas kembali berjalan menjauh dari Seokjin dan Yoongi. Seokjin masih saja terkikik atas situasi yang baru saja ia lihat.

"Cie, ya ampun, seumur-umur baru kali ini liat Yoongi tertarik sama orang,"

"Apa sih Kak Jin? Nggak? Orang cuma nanya nama. Lagian tadi kamu galak banget sama adeknya, Kak. Apa ga kasian?"

"Yah ... maaf ya, Yoon. Udah galak sama calon kamu,"

"Hah ... apa sih?"

"Kamu tuh juga cupu banget, Yoon. Masa cuma nanya nama doang? Harusnya minta nomer hape sekalian lah?"

"Lho. Apa sih, Kak? Aku ga suka dia, terus kenapa harus nanya nomor hape?"

"Lho, aku tadi juga ga bilang kalau kamu suka dia lho, Yoon? Aku cuma bilang kamu tertarik sama dia? Jangan-jangan kamu beneran suka adeknya ya, Yoon?"

"Bye."

Seokjin mengikuti langkah Yoongi, masih dengan tawa yang mengudara. Lucu sekali memang jika sudah mengusili adik tingkatnya ini.


—FIN

terima kasih sudah baca fiksi ini terlebih lagi sudah memberi feedback<3 mohon maaf atas kesalahan dalam penulisan terlebih soal tanda baca<3

rangkai romansa. | yoontaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang