"Akhirnya kita punya kesamaan!"
Farren Aerglo, laki laki yang tahun ini berumur dua puluh lima itu berseru girang. Wajahnya kini dihiasi cengiran khasnya. "Tak kusangka kau juga suka Anime punya om Masashi," lanjutnya.
Luna Chandani, teman kelas Farren waktu SMA dulu menampilkan binar emosi bahagia. Reaksi yang lumrah ketika seseorang menemukan orang lain yang mempunyai hobi atau kesukaan yang sama. Senang sekali rasanya, ketika Menemukan orang yang bisa mengerti apa yang dibicakarannya tanpa menjelaskan panjang lebar.
Keduanya saat ini berada di sebuah cafe yang baru baru ini berdiri. Dengan inisiatif dari Farren, kedua orang itu sepakat bertemu di cafe tersebut.
"Ada sesuatu yang mau aku sampaikan," kata Farren waktu Luna bertanya mengapa ingin bertemu. "Sekalian kita reuni."
Lima tahun sudah Luna tidak bertemu Farren. Wanita itu mengamati Farren yang sedang memesan makanan. Luna tau, Lelaki itu masih tidak berubah. Dari penampilan, kepopuleran, harta, otak, sifat, visi misinya, dan sudut pandang mengenai kehidupan. Yang, sangat bertolak belakang dengan dirinya.
Tapi, bukankah dua kutub yang berbeda akan saling tarik menarik?
"Kamu tau?" tanya Farren mengawali percakapan. Luna menggeleng, dan keduanya memperbaiki letak duduk masing masing. Siap bercerita, dan sama sama antusias. "Istri om Masashi sangat suka pada Sakura," lanjutnya.
"Kamu tau?" kata Luna menirukan nada Farren. Farren juga menggeleng. "Hinata adalah karakter kesukaan paman Masashi."
"Fans-nya Sakura!" tunjuk Luna pada Farren.
"Fans-nya Hinata!" tunjuk Farren pada Luna.
"Ketebak!" seru keduanya bersamaan. Detik selanjutnya mereka terbahak bersamaan. Para pelangganpun menoleh karena suara tawa mereka. Mereka terganggu, sekaligus heran. Tidak ada yang mengerti, kecuali Farren dan Luna.
"Sebenarnya bukan hanya Sakura, sih," ungkap Farren. Tangannya mengetuk meja dengan ritme konstan. "Aku lebih menyukai Naruto."
"Dia, kan, tokoh utama," Luna menimpali. Tatapan matanya mengarah pada pertengahan di antara mata Farren. Memberi kesan seolah ia menatap mata laki laki itu. "Aku juga menyukai Naruto," tambahnya. "Biar kutebak lagi. NaruSaku?"
Tangan lelaki itu bergerak mebentuk lambang 'X'. "Te tot, SasuSaku is Real," Kelekar Farren. "Gantian. NaruHina?"
Luna menyeringai, "SasuHina," jawab Luna dengan nada bangga.
"Hah?" Farren pasang tampang bego. Selanjutnya laki laki itu tertawa. "Sasuke dan Hinata. Dua karakter yang tak pernah kedapatan berbicara atau bertegur sapa. Interaksi keduanya hampir tidak pernah. Dan kau..." Farren tidak melanjutkan kalimatnya.
"Justru itu, Ferreeen," Luna berseru gemes. "Justru itu aku ber-fandom SasuHina. Kau tau? Apa yang paling berbahaya di dunia ini?" Farren masih bertampang bego. "Rasa penasaran," Luna menjawab pertanyaannya sendiri.
"Rasa penasaran, bener enggak, sih, Sasuke dan Hinata nggak pernah berinteraksi?, Eh, kok, satu satunya perempuan yang nggak tertarik pada Sasuke hanya Hinata?, gimana, yah, kalau Sasuke dan Hinata berinteraksi?" Perempuan itu menjeda kalimatnya untuk mengambil napas, dan Farren tidak lagi bertampang bego. Dirinya semakin antusias untuk mendengar jawaban dari mantan rivalnya itu.
Luna melanjutkan, "sementara banyak pertanyaan timbul, sedangkan jawaban dari pertanyaan tersebut masih abu-abu. Saat itulah, sel sel otak mulai berimajinasi tentang jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang dipikirnya." Bibir Luna membentuk sebuah seyuman. "Mungkin begini kalau Sasuke dan hinata berinteraksi, mungkin ini alasan dibalik keduanya tak pernah betegur sapa," jelas Luna. "Dan, aku adalah salah satu dari sekian banyak orang yang berimajinasi tentang jawaban itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The World : Sasuke Hinata
FanfictionSasuke dan Hinata mempunyai dunianya sendiri.