01 - Art Class

11 2 0
                                    

Tumpukan formulir yang berantakan diatas meja, membuat kepala bertambah pening.

Belum lagi punggung yang luar biasa pegal karena lama terduduk berjam jam.

Menghela nafas, kemudian mencoba merenggangkan otot otot badan, sampai menimbulkan bunyi bergelutuk ngilu.

"Lima belas menit lagi pendaftarannya ditutup."

Aku menoleh ke arah Min Yoonki yang sudah menampakkan wajah kusut dan berminyaknya.

Meski awalnya terlihat enggan. tapi dia tetap menemaniku menyelesaikan tugas ini bersama sebagai anggota.

"Aku hampir beres." Jawabku kembali mengecek formulir yang tersisa. Lalu menambahkan nama sang pelamar pada buku dataan anggota baru klub seni.

"Aku rasa sudah tidak ada lagi yang ingin mendaftar Jungkook!" Yoonki berdiri dari tempatnya kemudian merenggangkan otot ototnya ditempat.

Sama sepertiku. Setiap awal tahun ajaran baru, pasti akan selalu melelahkan sebagai pengurus klub.

Dimulai dari menyiapkan formulir untuk siswa yang berminat daftar bergabung.
Mendata seluruh anggota baru. Dan terakhir pertemuan awal untuk perkenalan, sebelum memulai kegiatan klub normal.

Tapi sepertinya tahun ini klub seni yang paling banyak diminati.

Terbukti dari pendaftar yang melonjak dari tahun sebelumnya.

Sebagai ketua klub, aku sangat senang kedapatan calon calon bertalenta baru.

"Aku akan pulang duluan!"

Aku menaikan pandangan ke arah Yoonki yang tengah menyampirkan tas ranselnya ke bahu.

Kulihat mejanya sudah rapi. Dia lebih cepat dari yang ku kira dalam menyelesaikan ini.

Lalu berjalan dan memberikan buku agenda besar berisi identitas anggota baru padaku.

"Ck, tega sekali kau mau meninggalkanku! " gerutuku yang dibalas dengan merotasikan mata jengah darinya.

Padahal tadi sudah kubagi kertas formulir ini sama rata. Tapi kenapa dia duluan yang beres.

Meskipun punyaku juga sedikit lagi, tapi aku jadi kesal karena lelahnya lebih terasa.

Salahkan sekertaris klub yang tidak hadir kesekolah karena sakit.

Kalau saja ada orang lain diklub yang bisa diandalkan, aku tak mau mengerjakan ini sebagai ketua.

"Kau menulis begitu saja, lambat sekali."

Oh, dia memang ahlinya berbicara pedas.

Padahal selama ini dialah yang sering mendapat julukan lambat dari teman teman lain, karna tingkahnya yang malas malasan seperti tidak berselera hidup selain untuk bermain piano. Aku jadi curiga karena dia mencatat secepat ini.

"Kau yakin kau menulis datanya dengan benar? " aku memicingkan mata untuk memastikan.

"Tentu saja bodoh." dia terlihat mendengus sebal. "sudah baik kubantu, kau malah mencurigaiku hah? "

Benar, dia memang temanku yang paling bisa diandalkan. Dan lagi dia tidak akan mungkin menolak permintaanku, mengingat pertemanan kami sudah lama terjalin.

"yasudah." aku mengendikkan bahu acuh, dan kembali menulis data dari formulir.

"dasar tidak tahu berterimakasih. Kau sudah mengganggu waktu istirahatku tahu!"

Aku melihatnya sudah berjalan menuju pintu keluar. Sebelum terlalu jauh aku berteriak padanya.

"terimakasih bung! kau memang teman terbaik! " segera menyematkan senyum agar dia berbalik dan melihatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang