Berawal dari upacara bendera di masa-masa remaja.
Aku melihatmu, kau tak mungkin melihatku.
Kami melihatmu, aku cari tahu siapa namamu.
Aku masih muda. Aku tak selamat dari hal yang namanya cinta.
Kurasa ini akan jadi cinta yang hanya jadi harapan.
Yang hanya menghias sekolah di kala bel istirahat.
Dari situ hatiku gemetar. Naik kelas genap, hatiku berdebar.
Apakah ini kebetulan? Mungkin iya. Apakah ini takdir? Itu rahasia-Nya.
Hobi kami sefrekuensi. Aku coba jadikan modal pendekatan.
Kejutan-kejutan makin jadi. Peristiwa-peristiwa mendekatkan kami.
Hingga ku ikrarkan, kita bersama, berharap selamanya.
Kini hidupku tak sepi lagi. Pagi siang malam ada yang mengabari.
Mengobrol dengan perempuan ternyata sangat menarik.
Ada perasaan yang tak pernah ku rasakan sebelumnya.
Ada tempat untuk berbagi kisah. Ada tempat untuk berbagi masalah.
Tak seperti sahabat yang ku miliki saat itu. Obrolan kami menafikan privasi.
Namun dari semua kebahagiaan itu aku melupakan sesuatu. Makhluk selalu memiliki kekurangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Aviridh
Non-FictionAku akan menulis kisah-kisahku disini. Jika ingin, kamu bisa komentar penafsiran versimu. Terimakasih