"nona Jihyo, kapan kamu bayar tunggakan tiga bulan uang sewa flat-mu?"
Gadis dengan rambut hitam acak-acakannya dan kacamata bulatnya memegang tangan si pemilik flat dengan wajah memelas.
"seminggu lagi ya, nyonya Han. Kumohon—pasti kubayar kok—yaa?"
"nona," nyonya Han selalu lemah dengan wajah menggemaskan penghuni lantai tiga ini. "apa kamu sudah punya pekerjaan lagi sekarang?"
"belum—" balas Jihyo pelan.
Nyonya Han melongok ke dalam kamar gadis muda ini. Ada banyak buku berserakan dan laptop jenis lama yang menyala terang.
"berhentilah membuang waktumu dengan menulis khayalanmu. Bekerja saja di supermarket dekat rumahku"
Jihyo merengut mendengar ucapan nyonya Han. "aku akan dapatkan pekerjaan secepatnya, jangan khawatir nyonya Han—"
"maksudnya pekerjaan dari menulismu? Yakin sekali kamu, anak muda—" nyonya Han menggelengkan kepalanya.
Jihyo mengangguk mantap. "aku pasti bisa"
"terserah kamu saja. Pokoknya minggu depan aku akan datang lagi. Setidaknya bayar lima puluh persen uang sewamu atau aku terpaksa menjual semua barangmu—mengerti?" ancam nyonya Han.
Jihyo yang tahu nyonya Han sudah sangat sabar padanya hanya bisa mengangguk pasrah.
-oo-
Langit yang berwarna orange pucat membuat Jihyo menghembuskan nafas pelan. Ia sedang berada di rooftop flat untuk mengambil jemuran pakaiannya.
"ayah, ibu, haruskah aku menyerah jadi penulis?" gumam Jihyo sambil menatap langit kota Ardent sore ini.
Hanya hembusan angin musim semi yang menjawab tanya Jihyo.
-oo-
Begitu sampai dikamarnya, ponsel Jihyo berbunyi. Dari nomor tak dikenal.
"halo?"
"Park Jihyo?"
"iya, ini siapa?"
"aku Koo Nahae. apa benar kamu yang mengirimkan naskah drama ke Everyday studio?"
Jihyo mengerutkan keningnya. Ia memang mengirim banyak naskah ke berbagai studio film sejak tiga bulan lalu.
"iya, benar"
"datanglah ke Everyday studio besok pagi jam Sembilan. Sutradara Jungkook ingin bertemu dengan anda, nona Park Jihyo"
Jihyo mengerjapkan matanya tak percaya. Nama sutradara Jungkook sangatlah terkenal karena ia sering memenangkan kompetesi festival film dan pernah memproduksi drama serial berating tinggi di televisi.
"siap, aku pasti datang!"
-oo-
Jihyo meremas kedua tangannya di bawah kursi. Sejak setengah jam yang lalu, ia sudah menunggu kedatangan sutradara Jungkook.
"minum dulu" seorang wanita berambut hitam sebahu meletakkan segelas kopi di depan Jihyo.
"terima kasih, Koo Nahae" balas Jihyo dengan ramah. "apa sutradara Jungkook sudah datang?"
Nahae mengangguk. "dia masih rapat sebentar dengan timnya. Tunggu saja ya. Dia memang pria sok sibuk—hehe"
Jihyo ikut tersenyum mendengar candaan Nahae. "kamu sudah lama jadi asistennya?"
"bukan asisten pribadinya Jungkook, aku asisten timnya. Ya, anggap saja juru ketik yang mengurus izin syuting dan property"
Jihyo mengangguk mengerti.