Awal

22 2 0
                                    

Waktu gua mulai nulis cerita ini, gua sedang menempuh perkuliahan di kota yang punya 1001 alasan untuk tidak meninggalkan. Ketika melakukan sesuatu pasti ada enak ada enggaknya. Begitu juga menjadi perantau di kota orang yang punya banyak perbedaan sama kota asal gua. Jauh dari orang tua dan menjadi hidup mandiri emang menjadi salah dua alasan gua untuk merantau. Tapi gak cuman itu, berubah adalah kata kunci gua untuk memantapkan niat. Meninggalkan semua cerita dan kenangan untuk menggoreskan ujung pena di lembar baru yang nantinya akan menjadi cerita baru di hidup gua. Awalnya berat, meninggalkan buku lama dan menutupnya sementara waktu. Ketika biasa semua ada di depan pandangan mata ketika bangun tidur, sekarang yang ada ketika bangun tidur adalah ke-hectic-an. Memikirkan menjalani hari demi hari sendiri. Namun, ada sebuah hal yang mungkin ga gua dapatkan kalau gua ga merantau. Hidup di kos gua bisa berproses seluas-luas mungkin. Berbeda halnya dengan gua di rumah yang merasa bahwa ada batasan gua untuk berproses.

Di sini gua banyak mempelajari hal-hal baru yang ga gua dapatkan di SMA, temen baru, pengalaman baru, dan lingkungan baru. Bersyukur rasanya mendapatkan lingkungan untuk berproses yang sangat mendukung. Dengan banyak cuitan burung yang mengatakan Malang adalah tempat untuk mencari pasangan rusuk lo yang hilang dengan kondisi kota yang dingin yang membuat nyaman untuk lama-lama duduk. Hal itu gak berlaku di gua. Dua semester lamanya, gua masih belum bisa menemukan pasangan rusuk gua. Mungkin kekaguman gua dengan seorang hawa yang menjadi halangannya. Dialah Eve.

Awalnya, ketika liburan semester 1, gua memutuskan untuk singgah sebentar di Jogja, kota yang punya banyak kisah romansa. Tepatnya diakhir bulan desember gua memulai perjalanan dari Stasiun Malang menuju Stasiun Yogyakarta. Singgah di Daerah Istimewa yang terkenal dengan banyaknya kisah romansa yang dimulai di sana adalah sebuah hal yang udah gua rencanakan sedari awal gua masuk kuliah. Hal itu direncanakan lantaran gua yang harus berpisah dengan teman sebangku waktu di SMA. Selama dua tahun duduk bersebelahan dan pada akhirnya dipisahkan oleh nasib perkuliahan, rasanya seperti kehilangan sebagian dari gua.

Selama lima hari gua di Jogja, gua belum bisa merasakan aura-aura romansa yang selalu disebut-sebut. Dihari kelima, gua dan teman gua memutuskan untuk pulang ke asal daerah kita. Sesampainya di sana, sudah pasti banyaknya ajakan untuk ngopi sana-sini menghabiskan hari dengan senda dan gurau. Selain duduk di tempat kopi berjam-jam, gua juga disibukkan dengan agenda Organisasi yang gua ikutin.

Tepat dua hari sebelum agenda, gua dan kedua temen gua bertugas untuk melihat lokasi yang nantinya akan menjadi lokasi utama dari agenda organisasi gua. Sesampainya di lokasi, terdapat organsisasi lain yang kebetulan berasal dari jogja yang sedang mempersiapkan acara mereka yang akan berlangsung besoknya. Dan ungkapan 'Ada Sesuatu di Jogja' baru gua rasakan dihari itu. Hari dimana semua pertanyaan tentang dirinya dimulai.

Dengan senyuman yang khas dibalut dengan behelnya, sukses membuat perhatian gua tertuju padanya sesaat. Tinggi badan yang sama, jilbab keabuan yang menutupi kepalanya, atasan biru muda dan celana jeans, serta kacamata hitam, dialah Eve. Seketika gua hafal dengan apa yang gua liat darinya saat itu. Kontak mata pun tak terhindarkan saat itu. Fokus menjalankan tugas pun terpecah. Pemikiran tentang masih tidak percaya kalau ungkapan itu benar adanya. Sejak saat itu, gua memutuskan untuk mengaguminya. Jadi, gua memutuskan untuk nulis ini untuk menggambarkan kekaguman seorang adam terhadap eve.

Kekaguman seorang adam sulit untuk dijelaskan. Seperti menikmati biji kopi yang diseduh dengan tingkatan suhu tertentu. Rasa kagum yang ditimbulkan eve sangat berpengaruh besar buat diri gua, seperti ledakan big bang pada semesta. Rasa ingin menggapai dan rasa tahu diri bahwa tidak akan pernah sampai, berkecamuk menjadi satu. Tidak ada kata di kamus besar bahasa yang mampu mendefinisikan sebuah rasa kekaguman secara mutlak. Kekaguman gua pada sosok eve. Seorang gadis penarik hati yang tidak paham bahwa ia telah memesona seorang laki-laki sampai dibuat bodoh jadinya. Kagum. Kata sepele ini nyatanya memerlukan keberanian besar untuk bisa dilakukan. Tidak percaya? Gua bisa bersaksi.

Eve : Bentuk dari KagumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang