Jumat, 19 Juni 2020 9:16 WITA
Pagi ini, sang surya bersembunyi dibalik gumpalan awan kumulus kelabu. Deras berjatuhan kristal-kristal es yang mencair sebelum mampu mencumbu permukaan tanah. Aku bersembunyi. Meringkuk dalam hangatnya belaian selimut tipis berbau apek yang membalut tubuhku. Lampu kamarku berpijar terang, tak kusentuh saklar lampu semalam. Aku ingin terjaga.
Siluet wajahnya hadir lagi. Matanya yang bulat melirikku. Memori ingatanku kembali bertaut, mempertontonkan sosoknya dengan gamblang dalam ingatanku. Ah, dia lagi. Memecah lamunan pagiku. Sembab masih mataku, berlinangan bersama serpih maskara kemarin yang berserakan dipelupuk mata.
Aku menggeliat, mengulet dan melemparkan selimutku dengan semena-mena. Menumpuknya pada serakan pakaian yang bertebaran dilantai kamarku.
Lirih batinku berucap. Memanjatkan beberapa bait doa.
Tuhan, jika bukan untuk dia,
Tolong hentikan rasa perih didada
Hapuskan sosoknya dalam benak dan kepala
Buat aku lupa
Bukankan kau tau betapa tersiksanya hati yang mendamba?
Cukupkan rasa tak terbalas yang membelit sukma
Aku lelah,..
Lelah hingga tak mampu berkeluh kesah
Tiap waktu hanya menahan gelisah
Tuhan tolong,..
Aku melangkahkan kakiku pagi ini. Bersamaan dengan rintik hujan yang mulai samar berjatuhan. Hanya gemericik pelan gerimis hujan berdendangan diluar jendela kamar. Tanganku mengayun lembut membuka jendela kaca. Menghirup dalam-dalam aroma hujan yang menguap, menyeruakkan sisa-sisa sari pati tanah kedalam sukma. Semilir lembut angin dingin menghampiriku, seolah turut berbela sungkawa pada pagiku yang sendu. Lambaian dedaunan bambu berkibar-kibar menyapaku, seolah menghibur carut marut pikiranku.
Kedua tanganku mencengkeram teralis jendela dengan pelan. Tak sadar kubisikkan bait harapan pada sisa rintik hujan yang berjatuhan.
Tuhan,..
Izinkan pagi ini menjadi hari terakhir aku mengingatnya
Aku janji aku akan berusaha
Usiaku sudah berkepala dua
Aku ingin merasakan seperti yang insan lain rasa
Saling mendamba tanpa ada rasa tersiksa
Aku bangkit. Meneguk air putih segar yang berkubang dalam botol air minumku. Mengalir deras membasahi rongga tenggorokanku.
Sudah ya.
Bisikku pada diri sendiri.
Ayo bangkit, ini masih pagi.
Kedua mataku menatap refleksi diri pada cermin. Rambut awut-awutan dengan maskara luntur disudut mataku.
Ahh,..
Ayo sudahi semua ini
Kuraih onggokan kapas putih didalam plastik tipis diatas lemari. Kubalurkan pembersih wajah lalu menyapu segala noda diatas wajahku. Mengangkat segala kesemerawutan hati yang terpancar padanya.
Tuhan,..
Aku akan berusaha lagi hari ini,..
Semoga hari ini menjadi yang terakhir,..
Pintaku,…
YOU ARE READING
50 Days to Let You Go
RomanceTak banyak harapku. Aku, hanya ingin lepas dari belenggu rasa yang bahkan tak pernah ku rajut bersama dia. Hanya sempat berbagi senyum sapa dan cerita. Sebelum akhirnya hambar dan menguap bersama kenangan lama dibangku SMA. Tujuh tahun sudah kenang...