Cuaca biasanya tidak pernah sedingin ini selama bermusim-musim, namun hari ini semuanya terasa begitu berbeda,kelam. Ranting pohon yang biasanya berwarna coklat gelap, kini berubah menjadi pucat, menjalar pada daun yang perlahan menggugur dan kuncup-kuncup bunga yang memilih untuk menyembunyikan muka ketika angin menerpa dengan kasarnya. Langitpun berubah warna, mengerahkan seluruh pasukan awan untuk menurunkan hujan, pertanda badai akan datang.
Gelagat semesta sudah tidak lagi terbaca, bertanya pun sepertinya akan sia-sia. Atap-atap rumah seolah dikoyak ketika angin berputar tanpa pengampunan, hanya menyisakan luka dan duka,juga sepasang mata yang menyaksikan dengan sempurna kejadian mengerikan yang berhasil meluluh lantahkan semesta. Lututnya menyentuh tanah, menangkupkan kedua tangan menutupi seluruh bagian muka untuk menyembunyikan tangis yang tak kunjung reda. Rasa bersalah adalah yang paling menertawakan dengan kemenangan penuh atas dirinya, bagaimana tidak? kini mayat seorang perempuan yang sangat ia sayangi terbujur kaku dengan luka benturan dimana-mana akibat badai yang terjadi.
" Ma.. bangun ma.. " kedua tangannya mengusap kasar air mata.
Seolah membalas perkataan nya, satu suara yang khas dan hangat terdengar. Ia tahu Ibunya sudah tidak lagi bernyawa, namun ia yakin bahwa kasih dan sayangnya masih tertinggal disini.Jangan menangis nak, maaf mama tidak bisa lagi menjagamu. Tidak bisa lagi menerjemahkan penglihatan yang tak bisa kamu rasakan. Jaga dirimu baik-baik
" Mamaaaaaaa..... "
***
" Bangun sayang, ini mama " raut khawatir tak bisa lagi disembunyikan, terlebih lagi ini kali pertama dia mendapati putrinya tidur dengan keadaan seperti ini.
" Nak.. "
" Mamaa...." dengan keringat membanjiri wajah cantiknya, Sukma menghembuskan nafas lega. Hanya mimpi, batinnya. Lalu ia terduduk dan mendapati ibunya yang sedang menatap penuh khawatir, tanpa pikir panjang Sukma langsung memeluk ibunya dengan tergesa
" Aku tidak apa, hanya mimpi " lanjutnya dengan senyum mengembang khas Sukma.
" Syukurlah, mama hanya tidak mau kamu berada dalam bahaya "
" Aku akan baik-baik saja ma, bukankah aku anak perempuan tangguh, mana mungkin mimpi akan mempengaruhi pertahananku " lagi-lagi senyum simpul itu terlukis indah pada wajah Sukma yang dibalas dengan senyuman penuh arti.
" Baiklah, kamu sudah berhasil membuat mama melepas rasa khawatir itu, kamu bersiaplah, mama tinggal dulu ".Kesibukan kini terjadi dalam rumah sederhana namun terlihat menawan dengan bebera relief dan warna cat yang menghangat. Ibu Sukma yang bernama Raina Aksa adalah perempuan dengan iris mata berwarna amber yang dapat menghangat ketika senyum terulas digaris wajahnya, berbeda ketika sedang merasa kacau dan marah, iris matanya akan memberi kesan menikam dan siapapun takan ada yang berani menatap. Rambut yang selalu tergerai dengan berantakan semakin memberi kesan menawan, tak ada seorangpun yang bisa mengelak kecantikan Raina.
" Sudah siap nak? "
" Siap ma, sebentar lagi aku turun "
" Baiklah,mama tunggu "
Tak lama, Sukma turun dan menemui Ibunya yang sudah menunggu terlalu lama, jika Sukma bukan anaknya mungkin ia sudah ditinggal. Pasalnya mereka berdua telah mengadakan janji untuk bertemu dengan seseorang.
" Wah, kamu cantik sekali sayang " goda Ibunya dengan mata yang sengaja dikedip-kedipkan seperti seseorang yang sedang kelilipan.
Dengan pakaian sederhana, dan rambut yang diikat berantakan tidak menghalangi kecantikan Sukma Aksa, ia malah terlihat lebih memikat, ditambah lagi dengan iris mata berwarna hazel yang semakin mempercantik penampilannya. Tanda lahir di lehernya yang berbentuk lingkaran dengan berbagai macam bentuk kecil didalamnya seperti bintang, bulan, sayap dan matahari memberikan kesan menawan dan tegas meskipun itu terlihat seperti tato.
" Wajar saja aku cantik, yang melahirkan akupun tak kalah cantik "
Balas Sukma dengan mengedipkan sebelah matanya.
" Mama akui itu ", diiringi dengan seringai yang menyebalkan.
" Ayo ma, nanti kita terlambat "***
Jalanan kota tampak ramai meskipun ini bukan hari dimana semua orang dapat mengabiskan waktu diluar seharian bersama keluarga, namun ini tidak mengurangi sedikitpun keindahan yang tercipta. Banyak sekali bangunan-bangunan mewah yang berdiri kokoh, meskipun ini hanyalah sebagian kecil dari negeri Wumlight. Negeri dimana para elf hidup dengan damai.
Kaki yang mereka tumpangi akhirnya berhenti disebuah bangunan dengan warna pucat. Terdapat berbagai macam tanaman yang menghiasi pekarangan rumahnya dan berhasil memberikan kesan menenangkan. Berbagai aroma bunga menyeruak dengan lincah, menari dengan lihai memasuki indra penciuman. Sangat khas.
" Haii Aksa "
Pekik seseorang dibalik pintu dengan rambut ikalnya yang dibirkan tergerai begitu saja lalu menghambur memeluk Sukma dan Raina.
" Haii bibi Elri Yaz, bisakah kamu melepaskannya? Aku merasa sesak "
Dengan tangan kiri menepuk sebelah pundak Elri.
" Oh, baiklah nak.. "
Lalu Elri berganti memeluk Raina "
" Akupun sama sesaknya seperti Sukma "
Hahahaha tawa menggelegar menyelimuti mereka.
" Mari masuk "
Lanjut Erli dengan antusias.Suana rumah Elri Yaz sangat mengagumkan. Wewangian khas bunga kaum elf menjadi sangat dominan dan hangat. Mereka duduk dengan menghadap kaca besar yang menyuguhkan pemandangan khas kota Wumlight.
" El.. "
Dengan sangat hati-hati Raina membuka percakapan dalam sorot kekhawatiran yang tak bisa disembunyikan lagi.
" Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah harusnya ia sudah sembuh? "
El menjawab dengan tergesa
" Aku tidak tau, Sukma masih saja menatap sesuatu dengan kelabu, aku khawatir akan ter..."
" Semuanya akan baik-baik saja "
Elri memontong pembicaraan Raina dengan ketenangan yang berhasil membungkam.
" Tidak akan terjadi apa-apa. Semua usaha sudah dilakukan tapi tak ada satupun yang berhasil membuatku merasa dekat dengan warna itu sendiri "
Jelas Sukma dengan wajah tenangnya dan itu berhasil menutupi kegelisahan yang sedari tadi meronta untuk dieprlihatkan.
" Sayang, bagaimanapun sulit dan mustahilnya, mama akan tetap berusaha untuk kesembuhan mu "
Tangan Raina perlahan menangkup kedua tangan Sukma, mengalirkan energi yang menenangkan.
" Aku akan berusaha lagi untukmu, Aksa. Semampuku. Nanti akan aku kabari kamu segera, jika obatnya telah ditemukan "
" Baiklah, terimakasih El. Kami pamit dulu "
" Aku pamit dulu bi "
" Akan aku kabari, segera "***
Tanpa aba-aba yang begitu formal, mereka berdua berjalan dengan berpegangan tangan. Ini hal yang sangat disukai Sukma. Karena Raina bisa mengubah warna rasa yang dia lihat kepada Sukma melalui genggaman tanggan nya. Aliran energi yang meggelitik bagaikan ion-ion yang membawa muatan, semua warna terasa begitu nyata dihadapan Sukma.
Aku memang tidak bisa melihat bagaimana indahnya, namun setidaknya aku merasa.
" Nikmatilah sayang, mama berikan untukmu "
Lalu meng-eratkan genggaman tangannya
" Aku merasa lebih baik ma, terimakaish banyak "
Raina tersenyum mendengar penuturan putrinya itu.Jika takdir bisa aku tukar, akan ku berikan semua suka yang aku rasa untuk kamu agar lebih bisa berwarna. Maafkan mama sayang, mama masih belum bisa membuat mu menjadi lebih sempurna.
" Besok, aku akan mulai berlatih memanah "
Pernyataan Sukma berhasil membuat Raina kembali dari lamunannya
" Baiklah, akan mama ajari "
" Tidak perlu, aku akan berlatih bersama teman-temanku "
" Jadi, kamu menolak tawaran baikku? "
Dengan senyum jahil yang terlukis di wajah Raina
" Bukan begitu maksudku, aku hanya tidak ingin mama terlalu lelah "
Raut menyesal berhasil Sukma lukiskan tanpa bisa ditutup-tutupi
" Jangan ditekuk seperti itu, mama hanya bercanda. Kamu boleh berlatih dengan siapapun "
" Yeaayy.. Terimakasih "
Dengan dekapan yang menghangat, mereka berdua tersenyum. Berbahagia dengan berbagai macam luka yang bisa menyapa kapan saja. Matahari rasanya memberikan warna yang senada, langit berwarna jingga menorehkan tinta dengan lukisan termahalnya. Bagi siapapun yang melihat akan merasa heran sekaligus hangat ketika melihat Raina dan Sukma berpelukan lalu memancarkan aura ketenangan dalam ikatan simpul seorang ibu dan anak. Tak dipungkiri duka itu ada, namun mereka coba tepis sementara.
Tidak peduli seberapa singkatnya waktu mereka untuk bahagia yang terpenting adalah mereka tetap bersama.∆∆
Hai, ini cerita pertamaku. Semoga kalian suka dan bisa bersabar menunggu update selanjutnya ya,diusahakan sesegera mungkin :)
LUVVV!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
T A N G L E D
FantasyJika langit identik dengan warna biru dan jingga dengan perpaduan yang sempurna, maka itu tidak berlaku untukku, yang kulihat hanyalah kelabu, selalu seperti itu. Lalu jika diibaratkan dengan rasa, mantra adalah garis lurus yang memberi warna, pengh...