Cerita baru dari Jingga. semoga kalian suka dan menikmati cerita ini. Jangan lupa vote dan komen, kritik dan saran selalu ditunggu. Selamat membaca.
Salam,Jingga.
**
Angka terkadang menjadi sebuah beban yang berat di atas selembar kertas yang ringan. Ia menjadi momen hidup mati saat disebut nilai. Mereka yang menjunjung tinggi nilai di atas segalanya cenderung mengabaikan perasaan sendiri.
Seperti nilai ulangan matematika dan bahasa inggris Saquila Armaheta yang baru saja dia terima. Dua kertas yang menentukan kepekaan telingannya nanti. Dia menyembunyikan wajahnya dilipatan tangan di atas meja. Rasa frustasi memenuhi kepalanya, dia merasa sudah melakukan banyak hal agar nilai setiap ujiannya baik. Mulai dari belajar, ikut les, ikut bimbel, belajar bareng, bikin contekan , tanya teman sampai tanya paranormal tapi nilainya masih saja buruk.
"Hei La, Quila kenapa?" sebuah tangan menepuk bahu gadis yang sering dipanggil Qila itu.
"Ahh aku sebel Radiitt," Qila langsung mengangkat kepalanya begitu mendengar suara Radit.
"Sebel kenapa sih sayang?" tanya Radit.
"Humm," Qila menunjukkan kedua hasil ulangannya.
"Ya ampun aku kirain kenapa. Nggak apa-apa La, lagian kan cuma ulangan harian belum ujian semester," ujar Radit.
Qila bertambah mengerucutkan bibirnya "Ckk, aku pasti kena omel Dit, itu yang bikin aku sebel," radit tersenyum mengusap kepala pacarnya yang sedang kesal itu.
"Nanti bisa berusaha lebih lagi. jangan gitu dong mukanya, jelek tahu senyum dulu dong," goda Radit. Dengan terpaksa Qila tersenyum kecil demi menyenangkan hati pacarnya.
"Nah gini baru cantik, kamu mau pulang sekarang ayo aku anter. Aku ada latihan satu jam lagi,"
"Aku dijemput Kak Lintang, nih orangnya udah ngomel," ucap Ila menunjukkan pesan di ponselnya pada Radit. Qila segera berdiri, Radit mengantarnya keluar dan berpisah di ujung koridor. Radit memilih langsung ke ruang musik untuk latihan dengan teman-teman bandnya.
Qila masuk ke dalam mobil kakaknya yang sudah menunggu di depan sekolah. Atmosfir berbeda langsung terasa, dingin yang membuat jantung Qila menggigil. Qila memilih diam sepanjang perjalanan, hanya menjawab jika kakak keduanya itu bertanya. Hanya pertanyaan basa-basi. Begitu sampai rumah Qila berjalan buru-buru menuju kamarnya yang ada di lantai dua.
"Hasil ulangan kamu mana?" kalimat tanya itu sontak menghentikan langkahnya.
"Eh, Mama. Qila pulang Ma," ucap Qila mencium punggung tangan Mamanya.
"Hari ini hasil ulangan kamu keluar kan? Mana Mama mau lihat," Mama menatap tajam pada Qila. Susah payah Qila menelan ludah, mau tak mau inilah kehidupan yang harus dia hadapi. Qila membuka tas ransel dan menyerahkan dua kertas ulangannya. Dia hanya bisa menatap pasrah dan bersiap dengan telinga yang akan panas natinya. Terdengar helaan napas berat dari sang mama.
"Ini nilai kamu?" tanyanya.
"Hemm ,"
"Kamu sebut angka ini nilai?" Mama Qila membuang kertas itu ke lantai. Qila hanya menundukkan kepala tak berani menatap mamanya. "Mama nggak habis pikir sama kamu La, kamu dikasih semua yang kamu mau tapi mama minta nilai kamu bagus, itu aja kamu nggak bisa kasih?"
"Maafin Qila Ma? Qila juga udah berusaha ,"
"Usaha buat gagal? Kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu sering bolos les buat pacaran?" suara Lintang terdengar nyaring dari dapur. Qila merasa tambah terpojok dengan tuduhan yang sebenarnya adalah kebenaran. Terkadang dia juga merasa bosan dengan kegiatan belajar yang sangat penuh. Dia meras tidak bebas dan kurang waktu untuk bersenang atauu berkumpul dnegan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LESSON
Teen FictionPersahabatan itu bisa terbentuk karena banyak hal. Termasuk angka dan huruf. Begitu pula dengan persahabatan antara Vi dan Qila. Dua anak manusia yang di takdirkan untuk bersahabat. Qila adalah murid dengan nilai yang kurang bagus di sekolah.Dia sel...