Luka dan Duka

25 4 4
                                    

🎶BGM-kamu dan kenangan by Maudi Ayunda

💜

HAPPY READING


💜

Langkahku ku percepat saat aku mendengar kabar dari Alea jika beberapa menit yang lalu orang yang menjadi bagian hidupku mengalami kecelakaan. Setiap langkah yang ku pijak saat itu juga aku bisa menghitung detik dan memastikan jantungku untuk baik-baik saja sampai aku memastikan sendiri kabar buruk itu. 'Oh Tuhan, kumohon, jangan sekarang' batinku pedih dan memohon pada Tuhan.
Ini semua tidak akan terjadi jika saat itu juga tak pernah ada. Dua belas jam yang lalu, wajah tampannya masih tertoreh jelas dalam benakku, senyum khasnya masih menempel jelas dalam pandangan netraku. Aku harap saat itu tak pernah ada. Bahkan sekarang aku berharap aku sama sekali tak mengenalnya, mengingat akhirnya akan lebih menusuk batinku.

Satu hari sebelumnya...

"Sayang, maaf aku tak menjemput. Hari ini aku akan bertemu teman lama, sekaligus membahas peternakan di Busan"
Suara husky yang selalu aku rindukan. Kini tengah berada disambungan telfon denganku.

"Tak masalah, aku bisa naik taksi. Ingat untuk pulang tepat waktu. Aku tak akan menghangatkan sup rumput laut kesukaanmu jika tidak." dia terkekeh, seperti bisikan yang mampu membuatku semakin mencintainya. V Kim, suamiku.

"Kau bisa pastikan itu sayang. Ya sudah, akan ku tutup sebelum para tamu itu menggerutu menungguku"

"Baiklah. Hati-hati. I love you" desisku malu. Jika ia ada bersamaku, tak ada hentinya menggoda pipiku yang memerah.

"I love you more, sayang"
.
.
.
Cuaca sedingin ini sama sekali tak membantuku malam ini. Aku tak pernah sekedar membuka ramalan cuaca di google atau apapun, tapi mungkin mulai saat ini akan ku lakukan. Hujan turun sangat deras. Jujur aku takut, kami memang sudah mempersiapkan apartemen sebelum memutuskan menikah dan hanya ada kami berdua. Aku dan V begitu mengharapkan seorang anak, namun 3 tahun belum membuat Tuhan mempercayai kami, namun kami yakin Tuhan mempersiapkan hal ajaib suatu hari nanti. Ya kami akan menunggunya.

CTAARRRR...!

tubuhku terlonjak kaget, tanganku gemetar. Suara petir itu akan merusak ketenangan siapa saja yang sudah terlelap. Berbeda denganku yang masih gelisah menunggu kepulangan suamiku. Seperti dugaanku, listrik mati.

Aku memberanikan diri keluar kamar dengan senter vitur dari ponsel. Terimakasih lah dengan teknologi canggih. Meraba-raba lemari dapur karena aku ingat menaruh beberapa lilin disana.
Beberapa lilin sudah aku nyalakan di setiap sudut yang kurasa perlu. Aku sudah melupakan acara makan malamku dengan V, aku menyimpan makanan didalam kulkas dan microwave. Kini aku terduduk lesu di sofa depan televisi mati. Hawa dingin makin menusuk hingga tulang, ku eratkan kardigan berbahan wool sambil memeluk diriku sendiri.

Klik.  klik.. ting...

Dengan cepat kilat aku memutar tubuhku kearah pintu. Aku yakin itu suamiku. Ya suamiku pulang. Aku bersiap dengan memasang senyum paling indahku untuk menyambutnya.

"Sayang, kau belum tidur?" aku merasakan ia mendekat kearahku yang berdiri didepan sofa; melihat kearahnya.

"Aku menunggumu. Hujan dan gelap membuatku takut tidur sendirian"

"Sekarang aku disini. Jangan khawatir" dia meraih lenganku dan mendekapku penuh dalam rengkuhannya
Aku menutup mataku, menenggelamkan wajahku tepat didadanya, berusaha menghirup aroma favoritku yang selalu menjadi candu. Tunggu dulu, sepertinya ada yang aneh dengan penciumanku. Aku selalu suka wangi Espionage parfum yang punya kesan maskulin ditubuhnya, tapi kali ini aku rasa ada yang berbeda. Aku jelas masih bisa mencium baju suamiku sendiri, ini bukan parfum itu. Sedikit ada wewangian segar dan sedikit sentuhan vanilla. Ini aroma lembut yang pernah juga ku gunakan pada jaman kuliah dulu. Dan aku ingat, ini bukan parfum untuk pria.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

💞 Common Denominator 💞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang