-🌸-
Hari ini hari pertamaku
Hari pertama ke sekolah
Senangnya hatiku di antar ayah ibu
Pergi berangkat ke sekolah...Terdengar sayup-sayup lagu itu yang tengah dinyanyikan oleh para murid baru setelah selesai melaksanakan kegiatan MPLS.
Disaat semua teman-teman perempuannya berebut mencari celah pintu dan menaiki kursi untuk mengintip adik kelas yang katanya ganteng-ganteng, namun tidak dengan Ami. Dia sama sekali tidak tertarik. Ami masih setia duduk di bangku kursi pojok kelasnya untuk memejamkan mata sembari bersenandung kecil mengikuti lantunan lagu melalui earphone yang menyumpal telinganya.
Sesaat dia membuka matanya, saat itu juga ia bertemu pandang dengan sepasang mata yang akhir-akhir ini memperhatikannya diam-diam.
Tentu saja Ami tau, kepribadian INFJ mempunyai intuisi yang tajam.Mencoba untuk tidak peduli, Ami mengalihkan pandangan dan bergegas berdiri lalu berjalan santai keluar kelas dengan earphone yang masih bertengger ditelinganya.
Ami butuh segelas es kopi good day carrebian saat ini. Dia selalu memesan minuman itu setiap kali dirinya ke kantin.
-🌸-
Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat Ami senangi, hingga tiba masa dimana Ami mendadak membenci mata pelajaran itu. Disaat teman sekelasnya excited mendengar pengumuman bahwa ujian praktik untuk kelas 11 adalah pertunjukan drama, tentu saja dia sebaliknya.
Ami menurut saja saat ditanyai akan bergabung dikelompok mana. Hingga akhirnya, diskusi antar anggota kelompok pun tiba.
"gue mau yang latar ceritanya kerajaan terus gue jadi ratunya, yayaya?" usul Ratna, si murid paling heboh dan bersemangat di kelasnya.
Ami hanya meresponnya dengan anggukan kepala dan satu kata "ngikut,"
"Tapi aku ndamau jadi rajanya." Adhi menyahut dengan logat jawa timur nya disertai gelengan kepala dan telapak tangan yang mengisyaratkan bahwa ia benar-benar tidak mau.
"Gue juga gamau." singkat Muha dengan ekspresi yang tak kalah datar dengan Ami.
"Terus siapa dong yang jadi rajanya kalau kalian gamau? tokoh laki-laki nya kan cuma kalian gimana sih," Ratna mencebikkan bibir kesal karena tidak ada yang mau menjadi pasangannya sebagai raja.
"Kan kerajaan juga engga harus ada rajanya, kita bisa buat rajanya udah mati dalam ceritanya, gitu aja kok repot," Nindya berkata sambil memerot-merotkan bibirnya karena kesal, menurutnya Ratna sangat lebay.
"Yaudah si galak banget, Ami aja kalem!" sewot Ratna.
"ini aku udah dapat teksnya, tokohnya pas, ada cowok 2 sama cewek 3, terdiri dari ratu, putri baik, putri jahat, pangeran, dan pengawal, sebenarnya ada tokoh raja nya tapi kita bisa hilangkan karena di cerita ini raja juga bukan tokoh yang penting, gimana?," sahut Adhi dengan pandangan tak lepas dari layar smartphone nya.
"Itu aja udah, gamau ribet lagi gue," sungut Nindya tak mau terlalu lama pusing memikirkan alur cerita yang akan dipilih.
"Hari Sabtu, rumah Adhi jam delapan pagi, telat bawa cemilan, deal?," usul Ratna dengan lugas.
"Deal," jawab mereka bersamaan.
-🌸-
Setelah seharian merevisi sebagian besar teks drama yang akan mereka mainkan, tiba saatnya mereka bersantai dan mengobrol sembari menikmati cemilan yang telah disediakan oleh mama Adhi. Kecuali satu orang yang sedang sibuk berkutat dengan laptop milik Adhi, siapa lagi jika bukan Ami? ia sedang mengetik ulang revisi teks drama dengan sangat fokus dan teliti.
Suara kunyahan teman-temannya yang sedang menikmati keripik tempe sangat mengganggunya, tak jarang ia mengerutkan kedua alisnya dan memanyunkan bibir ketika mereka sangat berisik. Ami adalah tipe orang yang jika sedang belajar tidak boleh ada suara sedikitpun, alias fokus parah.
"Gue terusin dirumah aja nanti, sekalian gue print ," putus Ami karna sudah merasa sangat terganggu dengan gemerutuk keripik tempe dalam mulut teman-temannya.
"Oiya, btw guys, we have to bagi-bagi perannya sekarang, so we can start memorizing each dialogue, how?" Jaksel seorang Ratna akhirnya muncul.
"Kalau yang satu itu
udah aku pikirin, karena Ratna pengin jadi ratu jadi kita kasih dia peran ratu, aku jadi peran pengawal ratu, Muha jadi pangeran jahat, kalau untuk putri baik dan putri jahat sepertinya harus kita pertimbangkan bersama antara Ami dan Nindya," tutur Adhi PxL alias panjang lebar."Hmmm," gumam Muha sambil berpikir, namun yang selanjutnya mengeluarkan pendapatnya justru Ratna.
"Ami kalem, Nindya barbar."
"Ami dingin, Nindya friendly."
"Ami sadis, Nindya murah senyum."
"Ami cool, Nindya blangsak."
"HEH KURANGAJAR LO YA DASAR TIKUS!!" geram Nindya memelototkan mata serta mengganti nama Ratna dengan sebutan tikus karena Ratna biasa dipanggil 'Rat'. Sampai sini sudah ngerti kan?
"hih kiringijir li yi disir tikis!" jawab Ratna sambil menyinyirkan bibir ke bawah.
Beginilah kira-kira ekspresi Ratna
"Menurut gue, Ami yang jadi putri jahat." Singkat Muha namun lugas, dengan wajah datar seperti biasa pastinya. Memang dasarnya pelit ekspresi orang ini.
"Kenapa Ami?" tanya Adhi tertarik.
"Karena wajah dia udah mendukung banget, sifat dia yang sadis, dia diem dan ngelihatin orang aja pasti orang udah takut." jawab Muha bertahan dengan ekspresi yang sama.
"Gue juga prefer ke Ami sih, gue sama Muha kan sehati," sahut Ratna dengan cengiran menyebalkan. Sampai-sampai Nindya harus mengepalkan tangan menahan hasratnya untuk tidak menonjok wajah cantiknya.
"Gimana Am?" tanya Adhi meminta persetujuan Ami.
Ami yang sejak tadi hanya diam mendengarkan dan memperhatikan lantas memutar bola matanya malas sambil bergumam "hemm."
"Okei, so guys, LET'S DO THIS!" ucap Ratna dengan penuh semangat.
-🌸-
semoga dapet feelnya ya, hehe.