Prolog || Tadhir

120 13 0
                                    


Fokus dengan buku, papan tulis, dan penjelasan Bu Lisa didampingi suasana syahdu pagi itu tengah dirasakan Tasha dan teman-temannya. Tapi kefokusan itu pecah karena anak kelas XI IPA 2 sedang ramai mengamati sekitar koridor kelas X IPA untuk mengerjakan tugas. Tetap berusaha tenang dan fokus ternyata susah dilakukan Tasha karena teman-temannya yang selalu ribut membicarakan Dhirga anak XI IPA 2 yang tengah mengamati beberapa tumbuhan di depan kelasnya.

Tak lewat Tasha selalu heran dengan teman-temannya yang selalu membangga-banggakan Dhirga. Padahal mereka tau bahwa Dhirga sudah menyukai teman dekat Tasha yaitu Grandie. Apa hanya dalam benak Tasha dan Grandie saja yang mengatakan Dhirga itu biasa aja woi. Apa bagusnya sih?

Dhirga yang dipandang teman-temannya sebagai cowo yang ganteng, pinter, dan aktif tak pernah dilihat oleh Tasha dan Grandie. Mereka berdua melihat Dhirga itu yaa seperti cowo lain di sekolahnya. Aneh, ditutup apa sih pandangan Tasha dan Grandie itu? Bisa-bisanya mereka sebut Kak Dhirga seperti cowo yang lain. Pertanyaan itu seolah tak bisa berhenti dibincangkan teman-temannya.

Karena Grandie emang anaknya cantik, jadi wajar lah disukai banyak cowo. Termasuk Dhirga. Tapi Grandie sebaliknya dengan Dhirga, dia tidak menyukai Dhirga. Dia hanya menganggap Dhirga itu sebagai kakak kelas biasa. Beruntung banget Grandie bisa disukai sama Kak Dhirga. Tapi bodohnya Grandie ga suka balik sama Kak Dhirga. Kalimat itu seakan sudah terbiasa terdengar oleh Tasha dan Grandie setiap mereka lewat di depan teman-temannya.

Tak jenuh Tasha selalu menjadi perantara Grandie dan Dhirga. Selalu menjadi orang yang berusaha netral padahal dia sama sekali tak peduli tentang perasaan mereka. Dalam pikirannya saat ini hanyalah penyesuaian diri pada SMA N Garuda. Yaa, secara dia dan teman-temannya belum lama masuk kelas X SMA N Garuda ini. Baru saja mereka memasuki semester 2.

TadhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang